Filler Aspal Keras Bahan Penyusun Campuran HRS-WC

commit to user 19 Tabel 2.9 Spesifikasi Gradasi Agregat untuk Campuran Ukuran Saringan Berat Lolos ASTM mm ¾ “ ½ “ γ8 “ No. 8 No. 30 No. 200 19 12,5 9,5 2,36 0,6 0,075 100 90 – 100 75 – 85 50 – 72 35 – 60 6 – 12 Sumber: Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, DPU 2005

2.2.1.2. Filler

Filler didefinisikan sebagai bubuk isian rongga-rongga diantara agregat kasar terdiri dari mineral nonplastis yang lolos saringan ukuran 0,075 mm. Bahan tersebut harus bebas dari bahan lain yang tidak dikehendaki. Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh bubuk isian antara lain:  Lolos saringan no. 200 75 µm  Bersifat non plastis  Mempunyai spesifik gravity ≥ β,75 Menurut Bina Marga tahun 1987 macam dari filler adalah abu batu, abu batu kapur limestone dust, abu terbang fly ash, semen portland, kapur padam dan bahan non plastis lainnya. Untuk penelitian ini filler yang digunakan adalah abu vulkanik. Pada prakteknya filler berfungsi untuk meningkatkan viskositas dari aspal dan mengurangi kepekaan terhadap temperatur. Menurut Hatherly 1967, dengan meningkatkan komposisi filler dalam campuran dapat meningkatkan stabilitas campuran tetapi menurunkan kadar air void rongga udara dalam campuran. Meskipun demikian komposisi filler dalam campuran tetap dibatasi. Terlalu tinggi kadar filler dalam campuran akan mengakibatkan campuran menjadi getas brittle, commit to user 20 dan retak crack ketika menerima beban lalu lintas. Akan tetapi terlalu rendah kadar filler akan menyebabkan campuran terlalu lunak pada saat cuaca panas. Bahan pengisi filler harus kering dan bebas dari bahan lain yang mengganggu Menurut Shahrour and Saloukeh 1992, kualitas dan banyaknya filler yang digunakan dalam campuran HRS sangat berpengaruh dalam kinerja campuran aspal panas. Filler umumnya menambah kekakuan pada HRS, tingkat kekakuannya berubah tergantung pada jenis filler dan jumlahnya. Tabel 2.10 Gradasi Bahan Pengisi Ukuran Saringan Persentase Berat yang Lolos No. 30 0,590 mm 100 No. 50 0,279 mm 95-100 No. 100 0,149 mm 90-100 No. 200 0,074 mm 65-100 Sumber : Bina Marga 1989, SNI No. 1737-1989-F

2.2.1.3. Aspal Keras

Aspal dalam campuran berfungsi sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi antar butir agregat.Berarti aspal harus mempunyai daya tahan tidak cepat rapuh terhadap cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan memberikan sifat elastis yang baik. Pemakaian aspal dalam campuran sangat menentukan kekedapan campuran aspal sebagai bahan perkerasan terhadap air dan udara.Semakin banyak kandungan aspal maka campurang tersebut semakin rapat. HRS yang direncanakan adalah yang memiliki durabilitas tinggi mempunyai syarat kadar aspal minimum dalam campuran cukup tinggi dimana oleh Bina Marga ditetapkan bahwa kadar aspal efektif dalam campuran harus lebih besar dari 6,8, dan total aspal harus lebih besar dari 7,3 untuk HRS klas A. commit to user 21 Pada penelitian ini digunakan aspal penetrasi 6070, dimana persyaratan aspalnya mengacu pada Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton LATASTON untuk jalan raya No. 13PTB19883, untuk spesifikasi yang disyaratkan seperti terlihat pada tabel 2.5 di bawah ini: Tabel 2.11 Spesifikasi Aspal Keras Penetrasi 6070 No. Jenis Pengujian Metode Persyaratan 1. Penetrasi,25 C,100 gr, 5dt, 0,1 mm SNI 06-2456-1991 60-79 2. Titik lembek, C SNI 06-2434-1991 45-58 3. Titik nyala bakar, C SNI 06-2433-1991 Min. 200 4. Daktilitas 25 C, cm SNI 06-2432-1991 Min. 100 5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0 6. Kelarutan dalam Trichlor, berat RSNIM 04-2004 Min. 99 7. Penurunan berat dengan TFOT, berat SNI 06-2440-1991 Min. 0,8 8. Penetrasi setelah penurunan berat, asli SNI 06-2456-1991 Min. 54 9. Daktilitas setelah penurunan berat, asli SNI 06-2432-1991 Min. 50 10. Uji Noda Aspal - Standar Naptha - Naptha Xylene - Hapthane Xylene SNI 03-6885-2002 Negatif Sumber ; Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton LATASTON untuk Jalan Raya

2.2.2. Karakteristik Perkerasan