Analisa Anthropometri dan Kursi kerja

commit to user 76 kepada kedua kelompok sebelum dan sesudah perlakuan adalah sama. Meskipun demikian dalam penelitian ini faktor mikroklimat sebagai variabel tidak terkendali.

D. Analisa Anthropometri dan Kursi kerja

Analisa ukuran kursi kerja sebelum dan sesudah perbaikan dengan Anthropometri tenaga kerja : a. Kursi kerja sebelum perbaikan 1 Tinggi Kursi Tinggi tempat duduk harus sesuai dengan tinggi popliteal. Pada tinggi tempat duduk menggunakan 50 persentil, artinya 50 dari populasi berada sama atau lebih rendah dari 50 persentil. Persentil 50 pada tinggi tempat duduk yaitu 41 cm dan persentil 50 untuk tinggi popliteal adalah 44 cm. Dengan demikian tinggi tempat duduk lebih pendek dari tinggi popliteal 41 cm 44 cm sehingga dapat dikatakan bahwa tinggi tempat duduk yang digunakan oleh tenaga kerja bagian penjahitan di Desa Sawahan Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten dikatakan tidak ergonomis. 2 Panjang Kursi Panjang kursi harus sesuai dengan panjang buttock- popliteal. Pada panjang kursi menggunakan 95 persentil, artinya 95 dari populasi berada sama atau lebih rendah dari 95 commit to user 77 persentil. Hasil pengukuran panjang kursi persentil 95 adalah 27 cm dan untuk panjang buttock-popliteal menggunakan persentil 95 yaitu 37 cm. Dengan demikian panjang kursi lebih pendek dari panjang tungkai atas 27 cm 37 cm, maka panjang kursi dikatakan tidak ergonomis. 3 Lebar Kursi Lebar kursi harus sesuai dengan lebar pinggul. Pada lebar kursi menggunakan persentil 95. Hasil pengukuran lebar kursi persentil 95 adalah 27 cm dan lebar pinggul persentil 95 adalah 33 cm. Dengan demikian lebar kursi lebih pendek dari lebar pinggul 27 cm 33 cm, maka lebar kursi dikatakan tidak ergonomis. b. Kursi Kerja Sesudah Perbaikan Kursi kerja sesudah perbaikan adalah kursi kerja yang telah disesuaikan dengan anthropometri tenaga kerja sesuai dengan gambar 18. Untuk tinggi kursi menggunakan persentile 50, bagi tenaga kerja yang merasa ketinggian menggunakan kursi dari hasil rancangan maka bisa memanfaatkan pijakan kaki untuk menopang kakinya. commit to user 78

E. Keluhan Sistem Muskuloskeletal

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR PEKERJAAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL AKIBAT KERJA (STUDI PADA NELAYAN DI DESA PUGER WETAN KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER)

69 391 123

PERBAIKAN POSTUR KERJA MENURUNKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN WAKTU PROSES PEMAHATAN PERBAIKAN POSTUR KERJA MENURUNKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN WAKTU PROSES PEMAHATAN DI JAVA ART STONE YOGYAKARTA.

0 2 12

PENGARUH PEMBERIAN PEREGANGAN OTOT (STRETCHING) TERHADAP KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN KEJENUHAN PADA Pengaruh Pemberian Peregangan Otot (Stretching) Terhadap Keluhan Muskuloskeletal Dan Kejenuhan Pada Pekerja Bagian Menjahit Divisi Garment Di Pt. Tyfounte

0 5 15

PENGARUH PEMBERIAN PEREGANGAN OTOT (STRETCHING) TERHADAP KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN KEJENUHAN PADA Pengaruh Pemberian Peregangan Otot (Stretching) Terhadap Keluhan Muskuloskeletal Dan Kejenuhan Pada Pekerja Bagian Menjahit Divisi Garment Di Pt. Tyfounte

1 8 16

Pengaruh Sikap Kerja terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada Perajin Batu Bata di Kecamatan Darussalam Aceh Besar

0 0 18

Pengaruh Sikap Kerja terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada Perajin Batu Bata di Kecamatan Darussalam Aceh Besar

0 0 2

Pengaruh Sikap Kerja terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada Perajin Batu Bata di Kecamatan Darussalam Aceh Besar

0 0 10

Pengaruh Sikap Kerja terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada Perajin Batu Bata di Kecamatan Darussalam Aceh Besar

0 0 15

Pengaruh Sikap Kerja terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada Perajin Batu Bata di Kecamatan Darussalam Aceh Besar

0 0 2

PENGARUH TERHADAP KELUHAN MUSKULOSKELETAL TENAGA KERJA DI PT

0 0 51