Kursi Ergonomis Desain kursi

commit to user 20 kursi sesuai dengan kriteria agar permukaan kerja tetap di bawah siku seperti bagian sebelumnya Nurmianto, 2003. Untuk mendesain peralatan secara ergonomis yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau mendesain peralatan yang ada pada lingkungan seharusnya disesuaikan dengan manusia lingkungan tersebut. Apabila tidak ergonomis akan dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada manusia tersebut. Dampak negatif bagi manusia tersebut akan terjadi baik dalam waktu jangka pendek maupun jangka panjang. Bekerja pada kondisi yang tidak ergonomis dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain: nyeri, kelelahan, bahkan kecelakaan kerja Santoso, 2004. Perancangan tempat kerja untuk pekerjaan duduk lebih sulit, karena dalam perancangan ini selain harus memperhitungkan tinggi bangku meja kerja juga interaksinya dengan tinggi tempat duduk. Misalnya jika kita merancang dengan kriteria agar permukaan tempat kerja tetap di bawah siku, maka sering kali rancangan tersebut tidak nyaman pada ruang untuk lutut. Untuk menjamin cukupnya ruang bagi lutut orang dewasa, maka direkomendasikan mengambil presentil 95 dari ukuran- ukuran telapak kaki sampai puncak lutut dan menambahkan dengan kelonggaran-kelonggarannya Pramono, 2003.

a. Kursi Ergonomis

Kursi hendaknya memakai sandaran punggung dan pinggang Grandjean, 1988. Sebuah kursi yang baik dapat mendukung pekerja dengan posisi kerja yang nyaman dan mempermudah perubahan posisi commit to user 21 tubuh yang sering terjadi OSH , 1998. Menurut Suma’ mur 2009, ukuran-ukuran kursi adalah : 1 Tinggi kursi 40 cm – 48 cm sedikit lebih pendek dari tinggi popliteal 2 Kedalaman kursi 40 cm lebih pendek dari jarak Popliteal – pantat 3 Lebar kursi 40 cm – 44 cm lebih lebar dari lebar pinggul Penerapan ergonomis dalam pembuatan kursi dimaksudkan untuk mendapatkan sikap tubuh yang ergonomis dalam bekerja. Sikap ergonomi ini diharapkan efesiensi kerja dan produktivitas meningkat. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa sehingga memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada begian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah dan sensibilitas bagian-bagian tersebut. Dalam mendesain kursi kerja yang ergonomis harus memenuhi kriteria- kriteria atau aturan baku tentang tempat duduk dan meja kerja dengan berpedoman pada ukuran-ukuran antropometri orang Indonesia. Sesuai dengan norma-norma ergonomi yang telah disepakati pada lokakarya penyusunan norma-norma ergonomi di tempat kerja tanggal 13-16 juli 1987 sebagai berikut : 1 Tinggi Tempat Duduk Diukur dari lantai sampai pada permukaan atas bagian depan atas tempat duduk. Kriteria yang di usulkan : tinggi alas duduk harus commit to user 22 sedikit lebih pendek dari panjang tekuk lutut sampai ke telapak kaki. Ukuran yang diusulkan adalah 34-38 cm. 2 Panjang alas duduk Diukur dari pertemuan garis Proyeksi permukaan depan sandaran tempat duduk permukaan atas alas duduk sampai garis punggung. Ukuran yang diusulkan adalah 36 cm. 3 Lebar tempat duduk Diukur pada garis tengah alas duduk melintang, harus lebih besar dari lebar pinggul. Ukuran yang diusulkan adalah 44 - 48 cm. 4 Sandaran pinggang Kriteria: Bagian atas sandaran pinggang tidak melebihi tepi bawah ujung tulang belikat dan bagian bawahnya setinggi garis pinggul. 5 Sandaran tangan Kriteria : Jarak antara tepi kedua sandaran lebih lebar dari lebar pinggul dan tidak melebihi bahu. Tinggi sandaran tangan adalah setinggi siku. Panjang sandaran tangan adalah sepanjang lengan atas. Ukuran yang diperkenankan : a Jarak antara tepi dalam kedua sandaran tangan adalah 46 - 48 cm b Tinggi sandaran tangan adalah 20 cm dari alas duduk c Panjang sandaran tangan adalah 21 cm d Sudut alas duduk Kriteria : Alas duduk harus sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan bagi pekerja untuk commit to user 23 melaksanakan pemilihan-pemilihan gerakan dan posisi. Ukuran yang diusulkan adalah horisontal untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memerlukan sedikit membungkuk kedepan alas duduk miring ke belakang 3 - 5 derajat Sarwono, 2002.

b. Kursi Non Ergonomis

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR PEKERJAAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL AKIBAT KERJA (STUDI PADA NELAYAN DI DESA PUGER WETAN KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER)

69 391 123

PERBAIKAN POSTUR KERJA MENURUNKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN WAKTU PROSES PEMAHATAN PERBAIKAN POSTUR KERJA MENURUNKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN WAKTU PROSES PEMAHATAN DI JAVA ART STONE YOGYAKARTA.

0 2 12

PENGARUH PEMBERIAN PEREGANGAN OTOT (STRETCHING) TERHADAP KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN KEJENUHAN PADA Pengaruh Pemberian Peregangan Otot (Stretching) Terhadap Keluhan Muskuloskeletal Dan Kejenuhan Pada Pekerja Bagian Menjahit Divisi Garment Di Pt. Tyfounte

0 5 15

PENGARUH PEMBERIAN PEREGANGAN OTOT (STRETCHING) TERHADAP KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN KEJENUHAN PADA Pengaruh Pemberian Peregangan Otot (Stretching) Terhadap Keluhan Muskuloskeletal Dan Kejenuhan Pada Pekerja Bagian Menjahit Divisi Garment Di Pt. Tyfounte

1 8 16

Pengaruh Sikap Kerja terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada Perajin Batu Bata di Kecamatan Darussalam Aceh Besar

0 0 18

Pengaruh Sikap Kerja terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada Perajin Batu Bata di Kecamatan Darussalam Aceh Besar

0 0 2

Pengaruh Sikap Kerja terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada Perajin Batu Bata di Kecamatan Darussalam Aceh Besar

0 0 10

Pengaruh Sikap Kerja terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada Perajin Batu Bata di Kecamatan Darussalam Aceh Besar

0 0 15

Pengaruh Sikap Kerja terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada Perajin Batu Bata di Kecamatan Darussalam Aceh Besar

0 0 2

PENGARUH TERHADAP KELUHAN MUSKULOSKELETAL TENAGA KERJA DI PT

0 0 51