2 Aspek-Aspek Produksi 1 Pengertian Produksi 3 Fungsi Produksi dan Return to Scale

Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009 f Apresiasi US dolar yang sangat tinggi. Adanya tantangan dan kendala yang dihadapi oleh usaha kecil dan menengah, yang diimbangi dengan peluang usaha yang terbuka dengan lebar, tentunya tidak akan dibiarkan begitu saja oleh pemerintah. Hal ini tentu saja harus dicarikan jalan keluar dengan sebaik-baiknya. Apalagi pemerintah menyadari usaha kecil dan menegah masih dapat menyerap tenaga kerja di tengah situasi perekonomian yang sedang terpuruk. Melihat kondisi ini, tentunya bagi pengusaha kecil dan menengah harus dijadikan tonggak awal bagi pengembangan dan kesempatan usaha yang seluas- luasnya, terutama untuk menggantikan posisi pengusaha besar yang sedang terpuruk. Pemerintah tentunya akan membantu pengusaha kecil dan menengah untuk mengembangkan usaha, tanpa melihat besar atau kecilnya skala usaha yang dilakukan. 2. 2 Aspek-Aspek Produksi 2. 2. 1 Pengertian Produksi Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan input, atau sering disebut sebagai faktor produksi. Dengan demikian kegiatan produksi tersebut adalah proses mongkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output. Dari uraian singkat di Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009 atas dapat dimengerti bahwa setiap variabel input dan output mempunyai nilai yang positif. I Gusti Ngurah Agung, 1994, hal 9. Dalam ilmu ekonomi, istilah produksi mencakup jenis aktivitas yang jauh lebih luas dibanding pengertian sehari-hari. Menurut konteks ini produksi dapat diartikan sebagai hubungan fisik antara masukan input dan keluaran output. Pengertian seperti ini sering disebut sebagai ”proses produksi”. Sedangkan fungsi yang menggambarkan keadaan seperti ini dinamakan ”fungsi produksi”. Adapun unsur-unsur ekonomi yang berkaitan erat dengan masalah produksi ini diantaranya adalah pendapatan sekaligus berhubungan dengan labarugi, biaya produksi, efisiensi, produktivitas, dan lain-lain. 2. 2. 2 Konsep dan Tahap Produksi Menurut Kadariah 1994:Hal 100, secara umum, konsep produksi dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu :

a. Produk Total Total Product

Merupakan jumlah total produksi yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan selama kurun waktu tertentu dengan menggunakan sejumlah input yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian produk total ini merupakan fungsi dari inputfaktor-faktor produksi yang tersedia, sehingga besarnya sangat dipengaruhi oleh kepemilikan terhadap input yang diperlukan. Dalam hal ini fungsi produksi total dapat dirumuskan sebagai berikut : Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009 TP = f FP Artinya bahwa produksi total itu merupakan variabel dependen bergantung terhadap faktor produksi FP yang dijadikan sebagai variable independent dimana: TP = Total Product produksi total FP = Factor of Production faktor produksi

b. Produksi Rata-rata Average Product

Merupakan produksi rata-rata yang dihasilkan oleh setiap unit satuan faktor- faktor produksi. Konsep ini diperoleh dengan cara membagikan total produksi dengan jumlah faktor produksi input yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, konsep ini dapat dirumuskan sebagai berikut : AP = FP TP Dimana : AP = Average Product produksi rata-rata TP = Total Product total produksi FP = jumlah faktor produksi yang digunakan

c. Produksi Marginal Marginal Product

Merupakan perubahan pertambahan atau penurunan produksi yang diperoleh seiring dengan dilakukannya penambahan input. Dengan demikian konsep ini dapat dirumuskan sebagai berikut : MP = Q = Q n – Q n-1 Dimana : Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009 MP = Marginal Product perubahan produksi Q n = total produksi setelah penambahan faktor produksi Q n-1 = total produksi sebelum penambahan faktor produksi Disamping konsep-konsep produksi di atas, aspek produksi lainnya yang juga harus tetap diperhatikan dalam rangka kesinambungan perusahaan adalah masalah tahap-tahap produksi. Untuk lebih jelasnya tentang tahap-tahap produksi ini dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut : Y output TP Tahap I Tahap II Tahap III AP A B MP X Input Gambar 2.1 Tahapan Produksi Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009 Dengan mengetahui tahap-tahap tersebut diharapkan pihak perusahaan akan dapat mengantisipasi dengan pengambilan strategi-strategi yang tepat dalam mempertahankan eksistensi dan kemajuan perusahaan. Hal ini perlu diterapkan karena tahap-tahap ini berlaku dan akan selalu dijumpai pada semua perusahaan yang melakukan kegiatan produksi. Tahap-tahap produksi yang dimaksud adalah : • Tahap I, sering disebut dengan Increasing Average Returns Tahap ini ditandai dengan kenaikan produksi rata-rata, karena kenaikan jumlah faktor produksi. Hal ini ditunjukkan dari penggunaan input awal sampai pada perpotongan marginal product dengan average product. Adapun dampak yang mungkin timbul dari situasi seperti ini adalah bahwa efisiensi faktor produksi juga akan meningkat. • Tahap II, sering disebut dengan Decreasing Average Returns Dalam Tahap ini akan dijumpai produksi rata-rata yang mengalami penurunan sekaligus produksi marginalnya. Dalam hal ini produksi marginal masih tetap berada pada nilai yang positif seiring dengan kenaikan produksi total. Dilain pihak meskipun dalam produksi rata-rata terjadi penurunan, namun efisiensi faktor produksi tetap mengalami peningkatan. Dimulsi dari MP = AP sampai pada maksimum total product TP dengan MP = 0. Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009 • Tahap III, sering disebut All Product Decreasing Returns Dikatakan demikian karena semua yang berhubungan dengan produksi pada tahap ini akan mengalami penurunan. Dalam tahap ini baik total, average, maupun marginal product semuanya mengalami penurunan. Selanjutnya hal yang dijumpai pada tahap ini adalah bahwa produksi marginal memiliki nilai yang negative, berbeda dengan tahap ke II dimana marginal product bernilai positif. Adapun faktor yang menyebabkan hal ini adalah karena dalam tahap ini produksi total juga mengalami penurunan. Disamping itu hal yang juga terjadi adalah bahwa efisiensi faktor produksi mengalami penurunan juga. 2. 2. 3 Fungsi Produksi dan Return to Scale Seperti yang telah diuraikan terlebih dahulu bahwa fungsi produksi menggambarkan hubungan keterkaitan antara output produksi dengan input faktor produksi yang dihasilkan dan dimiliki oleh sebuah perusahaan. Bentuk fungsi produksi yang banyak digunakan untuk mewakili hubungan antara output dan input adalah fungsi produksi Cobb Douglas. Ia diusulkan oleh Knut Wicksell 1851-1926, dan bukt i uji statistik oleh Charles Cobb dan Paul Douglas dalam 1900-1928. Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009 Gambar 2.2 : Dua Input Fungsi Produksi Cobb-Douglas Dengan demikian fungsi produksi secara umum dapat dirumuskan dengan : Y = K AL di mana: • Y = total produksi nilai moneter semua barang yang dihasilkan dalam satu tahun • L = tenaga kerja input • K = modal input • A = total faktor produktivitas • dan adalah elastisitas output tenaga kerja dan modal, masing-masing. Nilai-nilai yang konstan ditentukan oleh teknologi yang tersedia. Elastisitas Output mengukur respon output untuk perubahan baik di tingkat modal atau tenaga kerja yang digunakan dalam produksi, ceteris paribus. Misalnya Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009 jika = 0,15, 1 peningkatan tenaga kerja akan mengakibatkan sekitar 0,15 dengan peningkatan output. Lebih jauh lagi, jika: + = 1, skala fungsi produksi kembali konstan. Artinya, jika L dan K yang masing-masing meningkat sebesar 20, Y meningkat 20. Jika + 1, kembali ke skala yang menurun, dan jika + 1 kembali ke skala yang meningkat. Dengan asumsi persaingan sempurna, dan dapat ditampilkan untuk menjadi tenaga kerja dan modal dari berbagi output. Untuk faktor produksi ini berlaku sebuah rumusan yang dinamakan dengan hukum petambahan hasil yang semakin menurun berkurang yang sering disebut sebagai ”The Law of Diminishing Returns”. Hukum ini mengemukakan bahwa dengan dilakukannya penambahan input faktor produksi sampai dengan batas tertentu akan dapat meningkatkan produksi. Namun jika dilakukan penambahan secara terus menerus tanpa beraturan, maka dampak yang mungkin saja timbul adalah bahwa produksi akan mengalami penurunan Walter Nicholson, 1995, Hal: 184. Hukum ini pada awalnya ditandai dengan terjadinya kenaikan output seiring dengan dilakukannya penambahan input sampai dengan batas tertentu. Demikian pula dengan pertambahan produksi juga akan mengalami peningkatan. Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009 Menurut prinsip ini sebuah perusahaan diharapkan dapat memanfaatkan atau bahkan memberdayakan faktor produksi yang dimiliki secara baik dan tepat tanpa melakukan pemborosan inefisiensi. Dengan diberlakukannya prinsip yang demikian, maka perusahaan akan dapat menghemat bahakan mengatur dan mengontrol produksi yang akan dihasilkan. Produksi tersebut tidak akan mengalami kenaikan secara drastis dan tidak mengalami penurunan yang drastis pula. Namun yang diharapkan adalah kenaikan secara perlahan-lahan sehingga akan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama serta dapat mempengaruhi baik eksistensi dan kesinambungan perusahaan. Demikian pula halnya jika produksi mangalami penurunan, sebaliknya penurunan yang terjadi janganlah terlalu drastis, tapi secara bertahap. Dengan kondisi seperti ini perusahaaan akan dapat mengantisipasi melalui upaya-upaya terpadu dalam rangka menaikkan produksi kembali. Jika hal ini dapat diantisipasi, perusahaan pasti tidak akan kelabakan dalam menghadapinya serta tidak akan mengalami kerugian dalam jumlah yang relatif besar. Dilain pihak untuk mengetahui tentang hubungan antara penambahan input dengan output yang dihasilkan maka dapat digunakan suatu fungsi yang dinamakan fungsi ”Return to Scale”. Dengan kata lain fungsi ini digunakan unutk mengetahui apakah penambahan faktor produksi yang dilakukan akan memberikan hasil yang melebihi penambahan input tersebut, ataukah hasil yang seimbang atau sebaliknya, hasil akan menurun seiring dengan penambahan input tersebut. Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009 Dalam hal ini terdapat tiga jenis fungsi return to scale Walter Nicholson, 1994, Hal 218. Untuk ketiga kasus diatas, dapat dirumuskan dengan : Y = aX1 b1 X2 b2 e Dari persamaan diatas maka : 1. Decreasing return to scale terjadi bila b1+b2 1 Berarti proporsi penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan hasil produksi. Dengan kata lain proporsi pertambahan hasil adalah lebih rendah dibanding proporsi penambahan faktor produksi. 2. Constant Return to Scale terjadi bila b1+b2 = 1 Berarti proporsi penambahan faktor produksi adalah proporsi terhadap pertambahan produksi yang dihasilkan. Dengan kata lain bahwa pertambahan hasil itu adalah seimbang dengan pertambahan faktor produksi. 3. Increasing Return to scale terjadi bila b1+b2 1 Berarti proporsi pertambahan hasil yang diperoleh adalah lebih besar dari pada penambahan faktor produksi yang dilakukan. Untuk sebuah perusahaan pada umumnya menginginkan fungsi return to scale yang kedua dan ketiga. Alasannya adalah bahwa untuk kasus fungsi Decreasing Return to Scale 1, biasanya perusahaan akan rugi. Sementara untuk fungsi yang kedua dan ketiga, perusahaan berada pada posisi yang berimbang tidak untung dan tidak rugi atau mungkin juga untung III. Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009 Hal ini juga dikaitkan dengan masalah produktivitas perusahaan, yakni keluaran rata-rata yang dihasilkan oleh tiap unit satuan fungsi produksi. Dimana produktivitas yang tinggi merupakan dambaan semua perusahaan, artinya tiap unit faktor produksi dapat menghasilkan output yang lebih tinggi dibanding perusahaan lainnya. Dengan demikian tambahan kelebihan hasil yang diperoleh tersebut akan membuat perusahaaan itu lebih unggul atas perusahaan lainnya. Tinggi rendahnya produktivitas perusahaan banyak ditentukan oleh kualitas manusia yang bekerja tenaga kerjanya. Syarat yang dibutuhkan untuk terciptanya produktivitas yang tinggi adalah tingkat pendidikan yang dimiliki, berarti semakin tinggi pendidikian karyawan biasanya produktivitas yang dihasilkan juga akan naik. Dengan kondisi seperti ini, dimana perusahaan mengharapkan tenaga kerja dengan keahlian skill yang tinggi maka faktor produksi tenaga kerja mungkjin saja dijadikan sebagai prioritas utama dalam pengembangan perusahaan. Hal ini bukan berarti faktor produksi lainnya menjadi tidakperlu. Namun tenaga manusia akan dijadikan sebagai pengontrol faktor produksi lainnya, sehingga akan tercipta efisiensi, produksi, produktivitas yang tinggi sekaligus akan memberikan kenaikan pendapatan dan laba perusahaan. 2. 2. 4 Pengertian Penerimaan Kita ketahui bahwa proses produksi yang dilakukan oleh seorang produsen akan menghasilkan sejumlah barang, atau produk. Produk inilah yang merupakan jumlah barang yang akan dijual dan hasilnya merupakan jumlah penerimaan bagi Erizal Sitinjak : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Usaha Kecil Di Kota Tebing Tinggi, 2009. USU Repository © 2009 seorang produsen. Jadi pengertian penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima oleh perusahaan atas penjualan produk yang dihasilkan. Dalam ilmu ekonomi penerimaan diistilahkan revenue. Anda bisa melihat sekitar lingkungan tempat tinggal Anda, seperti seseorang menjajakan goreng pisang atau lainnya, maka akan diterima sejumlah uang dari penjualan goreng pisang tersebut dan ini merupakan penerimaan bagi orang tersebut. Dari contoh di atas misalkan penjual pisang goreng tersebut memperoleh uang 20.000,- dan harga pisang goreng perbuah Rp. 200,00 maka jumlah pisang goreng yang dijual sebanyak 100 pisang goreng. Oleh sebab itu jumlah penerimaan ditentukan oleh dua faktor, yaitu jumlah produk barang yang dihasilkan dan harga produk tersebut. Jadi semakin banyak jumlah barang yang dijual semakin besar jumlah penerimaan. 2. 3 Ketenagakerjaan 2. 3. 1 Pengertian Tenaga Kerja