Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

3 Upah yang diterima tidak sesuai dengan beban kerja yang mereka tanggung. Tunjangan kesehatan seperti asuransi dan kemerdekaan untuk berorganisasi juga tidak mereka miliki. Dalam hal pengupahan JALA PRT mengharapkan adanya standarisasi dengan memberlakukan upah minimum. Upah bisa diberikan berdasarkan perjanjian kerjasama yang setara antara calon majikan dan pembantu rumah tangga. Upah diberikan tidak sesuai dengan beban kerja yang diterima pembantu rumah tangga. 1 Berdasarkan laporan Edwin Republika, potret pembantu rumah tangga memang masih memprihatinkan, memiliki waktu kerja yang tidak terbatas dan ruang lingkup pekerjaan yang sangat luas. 2 Mulai dari membuka pintu, mengambilkan minum, memasak, dan segundang pekerjaan lainnya. Padahal upah yang diterimanya hanya Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu per bulan. 3 Nominal tersebut masih tergolong sangat rendah di bawah standar Upah Minimum Kota UMK Bekasi sebesar Rp 2.441.954. 4 Selain itu, padatnya beban kerja yang dimiliki pembantu rumah tangga mengakibatkan kurangnya kesempatan memiliki hari libur. Padahal, dalam buku yang ditulis Adnan Buyung Nasution, dikatakan bahwa, “Setiap orang berhak 1 KPPRI. Audensi JALA PRT Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga. dalam situs resmi Kaukus Perempuan Parlemen Republik Indonesia KPP-RI. Tanggal 13 januari 2011. http:kppri.dpr.go.id?p=565. 2 Edwin. Sepenggal Renungan Soal Nasib Pembantu Rumah Tangga. Dalam Republika. Minggu, 23 Mei 2010. http:www.republika.co.idberitabreaking-newsnasional1005231166 99-sepenggal-renungan-soal-nasib-pembantu-rumah-tangga. 3 Berdasarkan hasil temuan penulis dibeberapa blog atau situs tidak resmi bahwa upah yang diterima pembantu rumah tangga saat ini berada pada kisaran 400.000 sd 750.000 bahkan ada yang lebih tetapi jarang. 4 Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 561 Tentang Upah Minimum Kabupaten Jawa Barat Tahun 2014. 4 atas istrahat dan liburan, termasuk pembatasan-pembatasan jam kerja yang layak dan hari-hari liburan berkala dengan tetap menerima upah.” 5 Di sisi lain, tidak sedikit pembantu rumah tangga yang mendapat perlakuan kasar dari majikan. Ironisnya lagi pembantu rumah tangga yang disiksa dan diperkosa pun tidak sedikit ditemukan. Negara, dalam hal ini pemerintah pusatdaerah dan DPR RIDPRD, seharusnya memberikan perhatian lebih serius lagi terhadap fenomena ini. Namun, kenyataanya mereka tidak mendapat perlindungan hukum yang jelas dan tegas dari negara. Contoh kasus pekerja rumah tangga bernama Marlena 17 tahun yang dilakukan oleh majikannya sekeluarga yaitu: Tan Fang May 47 tahun, Eddie Budianto 50 tahun, Ezra Tantoro Suryaputra 27 tahun, Rony Agustian Hutri 32 tahun di Jl. Darmo Permai Selatan I38 Surabaya, terhadap PRT tersebut di atas yang bekerja di rumahnya sehingga mengakibatkan penderitaan fisik dan psikis kerugian ekonomi di waktu sekarang dan juga ke depannya. 6 Keberadaan Undang-Undang ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 dinilai belum mengakomodasi kepentingan pekerja rumah tangga. Pasalnya, undang-undang ini hanya mengatur hubungan industrial. Para pembantu rumah tangga masih dianggap pekerja sektor non formal yang belum diatur hak dan kewajibannya. Selain itu, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga KDRT yang dianggap 5 Adnan Buyung Nasution. 2006. Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia. Edisi ke 3. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal. 115. 6 Data ini diperoleh berdasarkan surat edaran dan seruan yang keluarkan oleh Jala PRT Jogjakarta, 23 Mei 2011 yang ditujukan kepada seluruh media massa lokal maupun nasional. 5 melindungi pembantu rumah tangga ternyata tidak mengatur hubungan kerja antara pembantu rumah tangga dengan pemberi kerja atau majikan. 7 Untuk itu, penulis melakukan penelitian di Perumahan Griya Satria Pesona GSP yang merupakan salah satu perumahan yang terdapat di daerah Tambun Utara Bekasi yang diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah dan masyarakat kelas bawah. Perumahan ini dibangun oleh pengembang developer yang bekerjasama dengan Koperasi Astra Internasional untuk proses pembangunanya dan Bank Tabungan Negara BTN untuk memberikan KPR kepada masyarakat yang membutuhkan rumah siap huni. Meskipun penghuni perumahan ini GSP tergolong kelas menengah dan kelas bawah ternyata banyak yang menggunakan jasa pembantu rumah tangga untuk membantu meringankan beban pekerjaan rumah mereka. Sekarang yang menjadi pertanyaan besar adalah dari beberapa pembantu rumah tangga yang bekrja di lingkungan perumahan ini malah banyak yang berhenti. Belum ada data ilmiah tentang penyebab kenapa mereka pembantu rumah tangga berhenti dari pekerjaannya. Berdasarkan hasil temuan sementara penulis, melalui obrolan informal dengan salah satu masyarakat perumahan ini, bahwa yang menjadi faktor pembantu rumah tangga di perumahan ini berhenti adalah persoalan gaji yang masih rendah dan adanya tindak kekerasan pada PRT. Penulis kemudian berpikir apa yang menyebabkan upah mereka kecil danatau tidak sesuai dengan pekerjaan yang mereka kerjakan. Mungkin dari faktor ekonomi sang majikan atau mungkin hal lainnya. Hal ini masih menjadi 7 Ibid. Edwin. Sepenggal Renungan Soal Nasib Pembantu Rumah Tangga. 6 pertanyaan bagi penulis untuk mencari jawaban yang komprehensif. Penulis kemudian melakukan penelitian di perumahan ini untuk memperoleh jawaban yang lebih akurat. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang pembantu rumah tangga. Oleh karena itu, penulis mengajukan judul, “Potret Kesejahteraan Pembantu Rumah Tangga Studi Kasus di Perumahan Griya Satria Pesona Kampung Busa Desa Satria Jaya Tambun Utara Bekasi Jawa Barat”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk membuat penelitian ini terarah dan tidak melebar, maka penulis perlu membatasi penelitian ini pada kesejahteraan dan beban kerja pembantu rumah tangga, serta relasi antara majikan dan pembantu rumah tangga. Penelitian dilakukan di Perumahan Griya Satria Pesona GSP Kampung Busa Tambun Utara Bekasi Jawa Barat. 2. Perumusan Masalah Sedangkan rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kesejahteraan pembantu rumah tangga di Perumahan Griya Satria Pesona GSP Kampung Busa Tambun Utara Bekasi Jawa Barat? 2. Bagaimana pola relasi yang dibangun antara majikan dan pembantu rumah tangganya? 7 3. Bagaimana beban kerja yang dimiliki pembantu rumah tangga?

C. Tujuan Penelitian

Di dalam kegiatan penelitian harus memiliki tujuan jelas untuk memperoleh hasil yang terarah dan sesuai dengan harapan. Pada penelitian ini penulis memiliki tujuan untuk mengetahui beberapa hal penting terkait dengan peran pembantu rumah tangga dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga, yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kesejahteraan pembantu rumah tangga; 2. Untuk mengetahui pola relasi yang dibangun antara majikan dan pembantu rumah tangga. 3. Untuk mengetahui beban kerja yang dimiliki pembantu rumah tangga.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademis - Mampu memberikan kontribusi pengetahuan dan pemahaman terhadap permasalahan yang diteliti yaitu tentang kesejahteraan pembantu rumah tangga dan perlakuan majikan terhadap pembantu rumah tangganya; - Menambah khazanah pengetahuan kesejahteraan sosial relevansinya dengan kesejahteraan pembantu rumah tangga dan perlakuan majikan terhadap pembantu rumah tangganya. 8 2. Manfaat praktis - Untuk memberikan informasi penting kepada masyarakat luas tentang kesejahteraan pembantu rumah tangga dan perlakuan majikan terhadap pembantu rumah tangganya; - Sebagai model untuk memberikan kontribusi bagi pemerintah, swasta dan masyarakat khususnya pembantu rumah tangga.

E. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori Kesejahteraan sosial apabila ditarik pada kondisi sebaliknya dapat melahirkan beberapa hal salah satunya, yaitu: kemiskinan, pengangguran, kurangnya kesempatan kerja, dan lain sebagainya. Kondisi tersebut melatar belakangi eksistensi pekerja informal dalam hal ini pekerja domistik atau pembantu rumah tangga. Pembantu rumah tangga pada hakikatnya berasal dari keluarga tidak mampu alias keluarga miskin. Pembantu rumah tangga sebagai aktor yang dipandang mampu menggantikan posisi majikannya di dalam mengurus dan melaksanakan kegiatan rumah tangga yaitu melaksanakan kegiatan memasak, menghidangkan makanan, mencuci, membersihkan rumah, mengasuh anak- anak, dan lain sebagainya. Namun, adanya pembantu rumah tangga, banyak menimbulkan problema secara general berkaitan dengan hak dan kewajiban antara pembantu rumah tangga dengan majikannya. Hal tersebut merupakan bagian dari masalah kesejahteraan sosial yang dialami para pekerja domistik. Pada dasarnya kesejahteraan sosial itu