PENUTUP Potret Kesejahteraan Pembantu Rumah Tangga (Studi Kasus di Perumahan Griya Satria Pesona Kampung Busa Desa Satria Jaya Tambun Utara Bekasi Jawa Barat)

2 itu perolehan upah yang diterima oleh para pekerja di sektor formal rata-rata lebih besar dari pada upah yang diterima oleh pembantu rumah tangga. Ironisnya lagi, pembantu rumah tangga tidak memiliki kontrak kerja yang jelas dengan majikannya. Hal tersebut tidak sejalan dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 D Ayat: 1 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum; 2 Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Dengan demikian, Undang-Undang Dasar 1945 sangat menghargai setiap pekerja tanpa adanya diskriminasi. Namun, ketika dihadapkan dengan realitas ternyata keberadaan Undang-Undang Dasar 1945 ini sebagai acuan berbangsa dan bernegara, masih belum mampu mengubah nasib pembantu rumah tangga. Artinya, para pembantu rumah tangga sangat membutuhkan payung hukum secara spesifik untuk mendapatkan hak-haknya sebagai pekerja yang terlindungi. Koordinator Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga JALA PRT dalam sebuah kunjungan ke kantor Kaukus Perempuan Parlemen Republik Indonesia KPP-RI, menyatakan bahwa pekerjaan pembantu rumah tangga perlu adanya payung hukum seperti UU PRT di India, pen. Ketiadaan pengakuan dan perlindungan hukum terhadap pembantu rumah tangga secara khusus dalam konteks pembantu rumah tangga sebagai pekerja, menimbulkan banyak ketidakadilan bagi pembantu rumah tangga. Perlakuan yang tidak manusiawi pun sering dialami para pembantu rumah tangga, baik di dalam maupun di luar negeri. 3 Upah yang diterima tidak sesuai dengan beban kerja yang mereka tanggung. Tunjangan kesehatan seperti asuransi dan kemerdekaan untuk berorganisasi juga tidak mereka miliki. Dalam hal pengupahan JALA PRT mengharapkan adanya standarisasi dengan memberlakukan upah minimum. Upah bisa diberikan berdasarkan perjanjian kerjasama yang setara antara calon majikan dan pembantu rumah tangga. Upah diberikan tidak sesuai dengan beban kerja yang diterima pembantu rumah tangga. 1 Berdasarkan laporan Edwin Republika, potret pembantu rumah tangga memang masih memprihatinkan, memiliki waktu kerja yang tidak terbatas dan ruang lingkup pekerjaan yang sangat luas. 2 Mulai dari membuka pintu, mengambilkan minum, memasak, dan segundang pekerjaan lainnya. Padahal upah yang diterimanya hanya Rp 200 ribu sampai Rp 300 ribu per bulan. 3 Nominal tersebut masih tergolong sangat rendah di bawah standar Upah Minimum Kota UMK Bekasi sebesar Rp 2.441.954. 4 Selain itu, padatnya beban kerja yang dimiliki pembantu rumah tangga mengakibatkan kurangnya kesempatan memiliki hari libur. Padahal, dalam buku yang ditulis Adnan Buyung Nasution, dikatakan bahwa, “Setiap orang berhak 1 KPPRI. Audensi JALA PRT Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga. dalam situs resmi Kaukus Perempuan Parlemen Republik Indonesia KPP-RI. Tanggal 13 januari 2011. http:kppri.dpr.go.id?p=565. 2 Edwin. Sepenggal Renungan Soal Nasib Pembantu Rumah Tangga. Dalam Republika. Minggu, 23 Mei 2010. http:www.republika.co.idberitabreaking-newsnasional1005231166 99-sepenggal-renungan-soal-nasib-pembantu-rumah-tangga. 3 Berdasarkan hasil temuan penulis dibeberapa blog atau situs tidak resmi bahwa upah yang diterima pembantu rumah tangga saat ini berada pada kisaran 400.000 sd 750.000 bahkan ada yang lebih tetapi jarang. 4 Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 561 Tentang Upah Minimum Kabupaten Jawa Barat Tahun 2014.