Pengertian Kesejahteraan LANDASAN TEORI

21 orang, kelompok, yang dibedakan oleh gender, usia dan kelas sosial dapat mempunyai definisi yang berbeda tentang kesejahteraan sosial. Pada tingkat kedua kesejahteraan sosial mengacu pada lembaga penyelenggara. Pada sebagian masyarakat terdapat lembaga-lembaga khusus yang didirikan untuk menyelenggarakan kesejahteraan sosial. Namun, pada sebagian masyarakat yang lain, lembaga semacam itu tidak ada. Pada tingkat yang terakhir, kesejahteraan sosial terkait pada tingkat pelaksanaan, yaitu kegiatan kesejahteraan sosial yang diupayakan oleh individu atau kelompok yang dapat mewarnai beragamnya proses sosial. Kegiatan membangun rumah, misalnya, bukanlah bentuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Namun membangun rumah untuk orang miskin, kerabat yang membutuhkan pertolongan, barulah digolongkan ke dalam upaya kesejahteraan sosial. Dalam buku ini dikatakan juga bahwa, bila disadari adanya gejala- gejala sosial tersebut yang berpengaruh pada kesejahteraan sosial, maka diperlukan suatu koreksi terhadap konsep-konsep mengenai kesejahteraan sosial konvensional. Konsep kesejahteraan sosial selama ini hampir selalu mengacu kepada konsep-konsep Eropa-Amerika yang mengidentikkan kesejahteraan sosial dengan social security Ingris atau sociale zekerheid Belanda, yang tampaknya hanya cocok untuk kondisi masyarakat Eropa dan Amerika saja. Pada umumnya, dalam masyarakat kita dikenal sebagai kegiatan bekerja yang selalu memiliki hubungan dengan jaminan sosial yang dasar hukumnya terformulasi secara jelas dalam sistem hukum Negara. To a 22 large extent, conventional social security protects the protected, i.e. those who earning regular wages d. Jadi, mekanisme kesejahteraan sosial konvensional itu adalah perlindungan terhadap mereka yang terjamin. Bahkan mereka yang tidak bekerja pun terjangkau oleh mekanisme kesejahteraan sosial yang sepenuhnya ada di tangan pemerintah, dengan dukungan finansial yang kuat di negara-negara tersebut. 5 2. Pengertian Kesejahteraan PekerjaBuruh Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Bab II Pasal I Ayat 31 tentang Ketenagakerjaan, bahwa kesejahteraan pekerja atau buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan danatau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat.

B. Kategori Kemiskinan

Kemiskinan dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut: a. Miskin secara absolut Seseorang dikategorikan miskin secara absolut bilamana pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan hidup minimum yang digambarkan dengan garis kemiskinan tersebut. Sedangkan kebutuhan 5 T.O. Ihromi. 2003. Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal. 237-239. 23 minimum tersebut antara lain diukur dengan kebutuhan pangan, sandang, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup. b. Kemiskinan relatif atau kemiskinan struktural Seseorang masuk pada level kemiskinan relatif atau kemiskinan struktural apabila pendapatan seseorang sudah berada di atas garis kemiskinan, namun secara relatif masih lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan masyarakat di sekitarnya. Kemiskinan relatif erat kaitannya dengan masalah pembangunan yang bersifat yang bersifat struktural, yakni kebijaksanaan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pendapatan. c. Kemiskinan kultural Pada kategori yang terkhir, yaitu kemiskinan kultural, merupakan jenis kemiskinan yang mengacu pada sikap seseorang atau masyarakat yang karena budayanya tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupannya, meskipun ada usaha dari pihak luar untuk membantunya, karena mereka merasa sudah cukup dan tidak merasa kekurangan. Kelompok masyarakat ini tidak mudah melakukan perubahan, sering menolak mengikuti perkembangan, serta tidak mau berusaha untuk meningkatkan taraf hidupnya, sehingga pendapatan mereka tetap rendah menurut ukuran yang umum dipakai. 24 Tetapi karena tidak merasa miskin dan tidak mau dikatakan miskin, berbagai tolak ukur dan kebijakan pembangunan tidak mudah untuk menjangkau mereka. 6 Selain itu, menurut Emil Salim 7 , dalam pidatonya pada pengukuhan Guru Besar Universitas Indonesai, seperti yang dikutip oleh Nommy Horas Thombang Siahaan, dikatakan bahwa terdapat tiga ciri-ciri kemiskinan yaitu: a. Sebagian besar masyarakatnya hidup di pedesaan, terdiri dari buruh-buruh tani; b. Sebagai penganggur atau setengah menganggur. Meskipun bekerja, tetapi sifatnya tidak teratur dan tidak mencukupi bagi kebutuhan hidup yang wajar. Ini terdapat di pedesaan dan perkotaan; c. Berusaha sendiri dan dengan menyewa peralatan orang lain; dengan modal yang kecil dan serba terbatas, banyak didapati di kota dan ada juga di pedesaan.

C. Pembantu Rumah Tangga

1. Pengertian Pembantu Rumah Tangga Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, didefinisikan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang 6 Nommy Horas Thombang Siahaan. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. hal. 81-82. 7 Pengukuhan Guru Besar Universitas Indonesia 11 Februari 1976 dengan judul, Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan, lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.