Pengertian, Macam, Syarat, Rukun, Wajib dan Sunnah Ibadah

3. Langkah-Langkah Pelaksanaan

Fungsi pelaksanaan mengandung 2 langkah terpenting dalam rangka melaksanakan sebuah kegiatan dalam organisasi, yang pertama adalah penyusunan staf kerja staffing yang meliputi sumber daya manusia SDM dan tenaga lain dari luar lembaga relawan. Yang kedua adalah pengarahan kerja directing ,yakni mengelompokkan SDM atau anggota kelompok sesuai dengan kemampuan dan bakat, yang tentunya secara tidak langsung akan menghasilkan kinerja yang efektif dan efisien. Tanpa adanya sebuah pengarahan, SDM atau anggota kelompok cenderung bekerja sesuai dengan apa yang mereka lihat tanpa memandang kepentingan utama sebuah lembaga. Pada proses pengarahan, biasanya sebuah perusahaan atau lembaga menggunakan program Total Quality Management TQM. 27

C. Ruang Lingkup Ibadah Haji

1. Pengertian, Macam, Syarat, Rukun, Wajib dan Sunnah Ibadah

Haji Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima yang merupakan salah satu kewajiban umat Islam dunia untuk menjalankannya bagi mereka yang mampu. Secara bahasa, kata haji berasal dari bahasa Arab, hajj yang berarti ziarah. Dalam hal ini adalah ziarah ke tempat-tempat yang diagungkan oleh agama Islam, yakni Baitullah Makkah dan Madinah, tepatnya adalah menziarahi 27 Hunger and Wheelen, Essesntial of Strategic Management, Tampa, Florida, Addison Wesley Longman Inc., 1997, h. 149 ka’bah dengan syarat dan rukun tertentu. 28 . Sesuai dengan yang disebutkan dalam Al-Quran:                Artinya : “Tiada lain sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.” QS. Al-Anfaal : 35. Secara istilah kata haji bisa diartikan sebagai rukun Islam kelima yang pelaksanaannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu yaitu antara tanggal 8 sampai dengan 13 Dzulhijjah setiap tahun 29 , dan dilaksanakan dengan syarat dan rukun tertentu serta larangan saat pelaksanaan ibadah haji, seperti yang disebutkan dalam Al-Quran:                                   Artinya : “Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya Sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang- orang yang berakal.” QS Al- Baqarah : 197. 28 M. Ardani, Fikih Ibadah Praktis, Ciputat: Bumbu Dapur Communication – PT. Mitra Cahaya Utama, 2008 h.39 29 Ahmad Nidjam, Alatief Hanan, Manajemen Haji: Studi Kasus dan Telaah Implementasi Knowledge Workers, Jakarta: Zikrul Hakim, 2001 Cet.I h.1 Ayat tersebut diatas menjelaskan tentang kapan waktu dibolehkannya melaksanakan ibadah haji, yakni pada bulan yang dimaklumi antara lain bulan Syawal, Dzulkaidah dan Dzulhijjah. Ayat tersebut juga menyebutkan tentang berbagai larangan saat pelaksanaan ibadah haji, antara lain tidak boleh melaksanakan rafats 30 , tidak boleh berbuat fasik dan berbantah-bantahan selama proses pelaksanaan ibadah haji. Kemudian Allah menyuruh hamba-Nya untuk menyiapkan segala bekal untuk selama di tanah suci agar tetap istiqomah menjalankan ibadah haji tanpa merasa kekurangan harta dan kebutuhan rohani lainnya. Menurut cara pelaksanaannya, haji itu terbagi menjadi tiga macam, yaitu haji ifrad, haji tamattu dan haji qiran. Haji Ifrad adalah haji yang dilaksanakan dengan mendahulukan umrah daripada ibadah haji, sedangkan haji tamattu adalah ibadah haji yang dikerjakan dengan mendahulukan ihram untuk umrah lalu kemudian baru melaksanakan ihram haji setelah pekerjaan-pekerjaan umrah lainnya telah selesai dikerjakan, sedangkan haji qiran adalah melakukan ihram untuk ibadah haji sekaligus bersamaan dengan niat untuk umrah. Dalam pelaksanaan ibadah haji,ada beberapa hal penting terkait syarat, rukun, wajib dan sunnah haji yang perlu diperhatikan agar menghasilkan ibadah haji yang mabrur. 30 Yang dimaksud dengan rafats adalah mengeluarkan perkataan yang kotor sehingga bisa menimbulkan birahi atau syahwat dan bisa menjerumuskan pada perbuatan bersetubuh. a. Syarat Haji Syarat adalah segala hal yang harus dilakukan sebelum melakukan sebuah ibadah,tidak sah ibadahnya jika tidak memenuhi syarat. Dalam pelaksanaan ibadah haji pun juga ada beberapa syarat yang harus dijalani oleh calon jamaah, tidak hanya semata-mata mampu dalam hal pembiayaan, namun juga ada beberapa syarat utama yang harus dimiliki oleh calon jamaah haji, antara lain: 1 Beragama Islam 2 Telah mencapai usia berakal baligh 3 Pengetahuan tentang manasik haji 4 Biaya yang ia miliki cukup untuk keperluan di dalam negeri, perjalanan pulang pergi, biaya hidup di Arab Saudi dan keperluan lainnya 5 Kelengkapan dokumen perjalanan paspor dan izin masuk ke negara tujuan visa. b. Rukun Haji Rukun adalah segala sesuatu yang mendasar dan harus dikerjakan selama suatu ibadah berlangsung,tidak sah jika meninggalkan satu rukunnya. Adapun yang termasuk dalam rukun-rukun haji adalah enam hal, antara lain: 1 Ihram, yaitu berniat untuk memulai ibadah haji. 2 Wuquf di Arafah 3 Thawaf di Baitullah 4 Sa’I antara bukit Shafa dan Marwah 5 Tahalul, yaitu mencukur atau memotong sedikit atau seluruh bagia rambut 6 Tertib, yaitu berurutan mengerjakan rukun haji. c. Wajib Haji Adapun yang termasuk dalam wajib haji adalah antara lain: 1 Melakukan ihram dari miqat 2 Melempar jumrah 3 Bermalam mabit di Mina 4 Thawaf al-Wada’ 5 Menghindari segala yang diharamkan dalam ihram d. Sunnah Haji Adapun yang termasuk dalam sunnah haji adalah antara lain: 1 Melakukan haji dengan ifrad 2 Talbiyah, yakni mengucapkan kalimat 3 Thawaf al-Qudum 4 Bermalam di Muzdaliah 5 Shalat thawaf dua rakaat 31 31 Lahmuddin Nasution, Fiqh 1, Jakarta: Wacana Ilmu, 1995 h.213

2. Larangan Saat Ibadah Haji dan Denda Dam