Unsur-Unsur Penyelenggaraan Ibadah Haji

semisalnya, jika tidak dapat melakukannya maka ia wajib mengganti dengan mengeluarkan makanan senilai harga hewan tersebut d. Dam karena membunuh binatang buruan, maka ia wajib memilih dendanya antara menyembelih hewan ternak yang sebanding atau menyedekahkan makanan seharga binatang kepada fakir miskin yang tinggal di tanah haram atau berpuasa satu hari tiap-tiap mud makanan tersebut di atas. e. Dam karena jima’

3. Unsur-Unsur Penyelenggaraan Ibadah Haji

Penyelenggaraan ibadah haji adalah sebuah kegiatan yang memiliki mobilitas tinggi dan pergerakan dinamis tapi dibatasi oleh tempat dan waktu dengan melibatkan lima komponen yang harus dipenuhi dalam operasionalnya, yaitu adanya calon haji, pembiayaan, sarana transportasi, hubungan antar-negara dan organisasi pelaksananya. 33 Yang pertama adalah adanya calon jamaah haji, dalam hal ini mereka harus memenuhi syarat untuk melaksanakan ibadah haji, yakni antara lain telah mencapai usia berakal jika belum usia berakal, hajinya sah namun belum termasuk dalam kewajiban mereka, memiki biaya cukup untuk di dalam dan di Arab Saudi, memiliki pengetahuan 33 Ahmad Nidjam, Alatief Hanan, Manajemen Haji: Studi Kasus dan Telaah Implementasi Knowledge Workers, Jakarta: Zikrul Hakim, 2001 Cet.I h.10 yang cukup tentang prosesi pelaksanaan ibadah haji, serta memiliki dokumen perjalanan yang sah dan lengkap. Kemudian unsur yang kedua adalah mengenai pembiayaan haji atau bisa disebut sebagai Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji BPIH atau dulu disebut dengan Ongkos Naik Haji ONH. Biaya haji adalah sejumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh calon jamaah kepada pihak penyelenggara dalam hal ini adalah Kementerian Agama melalui sejumlah bank-bank yang telah ditunjuk sebagai bank penerima setoran BPIH Secara singkat, organisasi pelaksana dalam hal ini adalah tanggung jawab Menteri Agama yang dalam pelaksanaannya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umroh dengan yang terdiri dari 4 jejaring eselon yakni eselon I Direktur Jenderal PHU, eselon II Direktur, eselon III Bagian dan Sub Direktorat dan eselon IV Seksi dan Sub Bagian serta didukung oleh staff pelaksana yang jumlahnya bervariasi untuk masing-masing unit kerja. Adapun sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing unit, secara garis besar organisasi pelaksana haji dapat dibagi sebagai berikut: a. Sekretarian Jenderal PHU b. Direktorat Pembinaan Haji c. Direktorat Pelayanan Haji d. Direktorat Pengelolaan BPIH dan Sistem Informasi Haji e. Dan yang terakhir adalah organsiasi terkecil dalam PIH, yakni kelompok terbang kloter yang dalam setiap kloter didampingi oleh Tim Pemandu Ibadah Haji Indonesia TPIHI, Tim Pembimbing Ibadah Haji TPIH dan Tim Kesehatan Haji Indonesia TKHI. 34 34 Muhammad M. Basyuni, Reformasi Manajemen Haji, Jakarta, FDK Press, 2008 h.132-134

BAB III GAMBARAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMROH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

A. Sejarah Singkat Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh

Ditjen PHU 1. Penyelenggaraan Haji Pasca-Kemerdekaan Pada tanggal 21 Januari 1950, Badan Kongres Muslimin Indonesia BKMI mendirikan sebuah yayasan yang secara khusus menangani kegiatan penyelenggaraan haji, yaitu Panitia Perbaikan Perjalanan Haji Indonesia PPPHI yang kemudian kedudukannya diperkuat dengan dikeluarkannya Surat Kementerian Agama Republik Indonesia Serikat RIS Nomor 3170 tanggal 6 Pebruari 1950, disusul dengan surat edaran Menteri Agama RIS Nomor A.IIII648 tanggal 9 Pebruari 1950 yang menunjuk PPPHI sebagai satu-satunya wadah yang sah disamping Pemerintah untuk mengurus dan menyelenggarakan haji Indonesia. Sejak saat itulah penyelenggaraan haji ditangani oleh Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama, dibantu oleh instansi lain seperti Pamongpraja. 35 Tahun itu merupakan tahun pertama rombongan haji Indonesia yang diikuti dan dipimpin oleh Majelis Pimpinan Haji bersama dengan Rombongan Kesehatan Indonesia RKI. 35 Zakaria Anshar, Profile Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh, Jakarta: Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umroh, 2008, h.5