Perancangan Sistem Kerja Proses Sortasi Bahan Olah Karet (Bokar) Di Pabrik Crumb Rubber Pt. Rubber Hock Lie Rantau Prapat – Sumatera Utara

(1)

P

P

P

E

E

E

R

R

R

A

A

A

N

N

N

C

C

C

A

A

A

N

N

N

G

G

G

A

A

A

N

N

N

S

S

S

I

I

I

S

S

S

T

T

T

E

E

E

M

M

M

K

K

K

E

E

E

R

R

R

J

J

J

A

A

A

P

P

P

R

R

R

O

O

O

S

S

S

E

E

E

S

S

S

S

S

S

O

O

O

R

R

R

T

T

T

A

A

A

S

S

S

I

I

I

B

B

B

A

A

A

H

H

H

A

A

A

N

N

N

O

O

O

L

L

L

A

A

A

H

H

H

K

K

K

A

A

A

R

R

R

E

E

E

T

T

T

(

(

(

B

B

B

O

O

O

K

K

K

A

A

A

R

R

R

)

)

)

D

D

D

I

I

I

P

P

P

A

A

A

B

B

B

R

R

R

I

I

I

K

K

K

C

C

C

R

R

R

U

U

U

M

M

M

B

B

B

R

R

R

U

U

U

B

B

B

B

B

B

E

E

E

R

R

R

P

P

P

T

T

T

.

.

.

R

R

R

U

U

U

B

B

B

B

B

B

E

E

E

R

R

R

H

H

H

O

O

O

C

C

C

K

K

K

L

L

L

I

I

I

E

E

E

R

R

R

A

A

A

N

N

N

T

T

T

A

A

A

U

U

U

P

P

P

R

R

R

A

A

A

P

P

P

A

A

A

T

T

T

S

S

S

U

U

U

M

M

M

A

A

A

T

T

T

E

E

E

R

R

R

A

A

A

U

U

U

T

T

T

A

A

A

R

R

R

A

A

A

TESIS

O OOLLLEEEHHH::: A

AARRRIIISSSMMMAAANNN 0

00333777000222555000000111///TTTIII

S

S

E

E

K

K

O

O

L

L

A

A

H

H

P

P

A

A

S

S

C

C

A

A

S

S

A

A

R

R

J

J

A

A

N

N

A

A

U

U

N

N

I

I

V

V

E

E

R

R

S

S

I

I

T

T

A

A

S

S

S

S

U

U

M

M

A

A

T

T

E

E

R

R

A

A

U

U

T

T

A

A

R

R

A

A

M

M

E

E

D

D

A

A

N

N

2


(2)

P

P

P

E

E

E

R

R

R

A

A

A

N

N

N

C

C

C

A

A

A

N

N

N

G

G

G

A

A

A

N

N

N

S

S

S

I

I

I

S

S

S

T

T

T

E

E

E

M

M

M

K

K

K

E

E

E

R

R

R

J

J

J

A

A

A

P

P

P

R

R

R

O

O

O

S

S

S

E

E

E

S

S

S

S

S

S

O

O

O

R

R

R

T

T

T

A

A

A

S

S

S

I

I

I

B

B

B

A

A

A

H

H

H

A

A

A

N

N

N

O

O

O

L

L

L

A

A

A

H

H

H

K

K

K

A

A

A

R

R

R

E

E

E

T

T

T

(

(

(

B

B

B

O

O

O

K

K

K

A

A

A

R

R

R

)

)

)

D

D

D

I

I

I

P

P

P

A

A

A

B

B

B

R

R

R

I

I

I

K

K

K

C

C

C

R

R

R

U

U

U

M

M

M

B

B

B

R

R

R

U

U

U

B

B

B

B

B

B

E

E

E

R

R

R

P

P

P

T

T

T

.

.

.

R

R

R

U

U

U

B

B

B

B

B

B

E

E

E

R

R

R

H

H

H

O

O

O

C

C

C

K

K

K

L

L

L

I

I

I

E

E

E

R

R

R

A

A

A

N

N

N

T

T

T

A

A

A

U

U

U

P

P

P

R

R

R

A

A

A

P

P

P

A

A

A

T

T

T

S

S

S

U

U

U

M

M

M

A

A

A

T

T

T

E

E

E

R

R

R

A

A

A

U

U

U

T

T

T

A

A

A

R

R

R

A

A

A

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Teknik Industri

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

O OOLLLEEEHHH:::

A

AARRRIIISSSMMMAAANNN 0

00333777000222555000000111///TTTIII

S

SEEKKOOLLAAHH PPAASSCCAASSAARRJJAANNAA U

UNNIIVVEERRSSIITTAASS SSUUMMAATTEERRAA UUTTAARRAA M

M EE DD AA NN 2


(3)

Judul Penelitian : PERANCANGAN SISTEM KERJA SORTASI BAHAN OLAH KARET (BOKAR) DI PABRIK CRUMB RUBBER PT. RUBBER HOCK LIE RANTAU PRAPAT

SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : ARISMAN Nomor Pokok : 037025001

Program Studi : TEKNIK INDUSTRI

Menyetujui Komisi Pembimbing :

( Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng ) Ketua

( Aulia Ishak, ST, MT ) Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Direktur,

Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc NIP. 130 365 325 NIP. 130 535 852


(4)

Telah diuji pada : Hari Selasa, 11 September 2007

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. DR. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng Anggota : Aulia Ishak, ST, MT

Prof. DR. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE Ir. Mangara M. Tambunan, MSc


(5)

ABSTRACT

The design of work systems is made to improve the job, it is done trough analizing the factors of work system which scope the human, material, machine and facilities, and environmet of work area.

To analyze the work system is done for time of work and method of work. From the result of analizing or research, we will get the alternatives work system, and than established one of them to developed.

PT. Rubber Hock Lie is a company which produces the raw- material of rubber into the “Crumb Rubber”, which is one of the prime comodity of Indonesian. The raw-material which is produced is bokar (bahan olah karet). The material is sorted before produced into crumb rubber. The sorte process usualy uses a cutting machine which has a round circle knife, and the condition of the knife always in open position.

The result of the research shows that the work system is not safety, and need re-design of the machine constructions. The shape and weight of the “bale bokar” has many variation, and not all the dimension include in bokar standart SNI 06-2047-2002, except the thick of it. Because it influences the process of re-design and workers physicology effect


(6)

RINGKASAN

Perancangan sistem kerja dapat dilakukan untuk kegiatan yang baru atau kegiatan yang sudah ada, dengan tujuan memperbaiki sistem kerjanya. Perbaikan sistem kerja dilakukan melalui analisa faktor – faktor sistem kerja yang meliputi faktor manusia, material atau bahan, mesin dan fasilitas kerja serta lingkungan tempat kerja.

Analisa sistem kerja ini dilakukan terhadap metode kerja dan pengukuran waktu kerja, dari hasil analisa atau penelitian ini akan diperoleh beberapa alternatif sistem kerja, dan selanjutnya ditentukan satu alternatif sistem kerja yang dikembangkan.

PT. Rubber Hock Lie adalah sebuah perusahaan pengolahan karet menjadi crumb rubber, yaitu salah satu komoditi eksport utama Indonesia. Bahan olah yang digunakan adalah bahan olah karet ( bokar ), bahan ini terlebih dahulu disortasi sebelum diproses menjadi crumb rubber. Proses sortasi bokar ini umumnya menggunakan mesin potong, dengan konstruksi berupa sebuah meja yang dilengkapi dengan sebuah pisau berbentuk lingkaran di bagian tengahnya.

Posisi pisau ini selalu dalam keadaan terbuka, baik pada saat proses berlangsung maupun pada saat berhenti. Kondisi yang seperti ini yang menjadi latar belakang penulisan tesis ini.

Dari hasil penelitian ternyata sistem kerja proses sortasi yang menggunakan mesin dengan konstruksi seperti ini kurang aman, sehingga perlu dilakukan perbaikan. Sedangkan ukuran berat, panjang, lebar dan tebal bale bokar sangat bervariasi sekali, dan belum diatur dalam standar mutu bokar SNI 06-2047:2002, kecuali hanya ukuran tebalnya saja. Ukuran-ukuran tersebut sangat berpengaruh terhadap proses desain mesin serta menimbulkan dampak psikologi pekerja.


(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulliah kehadirat Allah SWT, berkat rahmatNya tesis ini dapat diselesaikan, guna memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada program Magister Teknik Industri Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Tesis yang berjudul “ PERANCANGAN SISTEM KERJA PROSES SORTASI BAHAN OLAH KARET ( BOKAR ) DI PABRIK CRUMB RUBBER PT. RUBBER HOCK LIE. RANTAU PRAPAT - SUMATERA UTARA “ telah dilakukan dengan banyak mendapat bantuan baik yang diberikan oleh Universitas Sumatera Utara, maupun oleh perusahaan PT Rubber Hock Lie. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng, selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Industri dan sekaligus sebagai dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan tesis ini. 2. Bapak Ir. Harmein Nasution, MSIE, selaku Sekretaris Program Studi

Magister Teknik Industri.

3. Bapak Ir. Aulia Ishak, MT, selaku koordinator program Studi Magister Teknik Industri dan sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan tesis ini.

4. Seluruh staf pengajar pada Program Studi Magister Teknik Industri, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.


(8)

5. Bapak Direktur dan staf PT.Rubber Hock Lie Rantau Prapat Sumatera Utara, yang telah menyediakan fasilitas selama penulis melakukan penelitian.

6. Seluruh keluarga penulis, khususnya kepada istri tercinta Dra. Emi Farida dan anak-anak tersayang Wenny Arminda, Willy Armi, Wendy Armi dan Wilda Arminda, yang telah memberikan dorongan dan waktu selama perkuliahan pada program ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran, semoga tesis ini dapat berguna.

Medan, September 2007

Penulis


(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Arisman

Tempat/tanggal lahir : Bukittinggi/ 22 Februari 1960

Alamat : Jl. Karyawisata. Kompleks Villa Mutiara Blok A/2. Medan johor. Medan

Pekerjaan : Pegawai Balai Pengujian Dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Propinsi Sumatera Utara

Riwayat pendidikan :

1. SD Negeri No 5 Bagan Siapi-api, tamat tahun 1972 2. SMP Negeri Tilkam- Agam, tamat tahun 1975 3. STMA (sekarang SMTI) Padang, tamat tahun 1980 4. Fakultas Ekonomi UIKA Bogor, tamat tahun 1989

Riwayat pekerjaan :

1. Analis kimia pada PT. Kertas Bekasi Teguh tahun 1980

2. Analis kimia pada Pusat Pengujian Mutu Barang. Depatemen perdangan tahun 1981 s/d 1990

3. Staf Fungsinal Jaminan Mutu pada Balai Pengujian Dan Sertifikasi Mutu Barang Medan. Dinas Perindag Sumut 1990 sampai sekarang

Profesi : Auditor Sistem Manajemen Mutu, Manajemen Lingkungan, HACCP dan Sistem Manajemen Laboratorium


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ……… i

RINGKASAN ……… ii

KATA PENGANTAR ……… iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………... v

DAFTAR ISI ……….……….…………... vi

DAFTRA GAMBAR………... x

DAFTAR TABEL……….………xi

DAFTAR LAMPIRAN……… xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan..……….….……… 1

1.2 Perumusan Masalah ……….…….……… 3

1.3 Tujuan Penelitian……….………..……… 3

1.4 Manfaat dan Ruang Lingkup Penelitian………..….……… 3

1.5Asumsi-Asumsi………..……... 4

BAB II TINAJAUAN LITERATUR 2.1 Sistem Kerja ……….………... 5

2.2Perancangan Sistem Kerja……….. 8

2.2.1 Penelitian Metoda Kerja…..……….….. 9


(11)

2.2.3 Pengukuran Waktu Baku Dengan Metode

Jam Henti (Stopwatch)………. 14

2.3 Keselamatan Kerja ………..………… 24

2.3.1 Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja………...…. 25

2.3.2 Tindakan Pencegahan Kecelakaan Kerja………... 27

2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Kerja…….. 27

2.4 Produktivitas ……….….. 30

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI 3.1 Gambaran Umum Perusahaan……….……….. 32

3.2 Proses Produksi…….……… 33

3.3 Proses Sortasi Bahan Olah Karet (Bokar)….……… 36

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1Metode Penelitian ……….……….…… 37

4.2Metode Pengumpulan data ………..……….. 37

4.3. Kerangka Konsep Penelitian……….… 39

BAB V PENGEMBANGAN MODEL PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Masalah ……… 41

5.1.1. Analisa Bahan Olah Karet ( Bokar)……….. 42

5.1.2. Analisa Pekerja……….. 45

5.1.3. Analisa Mesin dan Peralatan………. 48

5.1.4. Analisa Lingkungan Tempat Kerja………... 51


(12)

5.1.6 Pengukuran Waktu..……… 54

5.1.7. Pengukuran waktu Baku…………..………... 60

5.1.8 Sistem Kerja Manusia –Mesin Potong……… 62

5.1.9. Organisasi dan Manajemen………..…………. 64

5.1.10 Kecelakaan Kerja ………..………. 68

5.2 Model Pemecahan Masalah………... 69

BAB VI. PEMECAHAN MASALAH 6.1 Pemecahan Masalah……….……….…. 72

6.1.1. Bahan Olah karet (Bokar)………..…. 72

6.1.2. Manusia atau Pekerja……….... 73

6.1.3. Mesin Dan Peralatan……… 73

6.1.4. Lingkungan Tempat Kerja………... 74

6.1.5. Metode Kerja………... 74

6.2 Analisa Model Yang Dikembangkan Pemecahan Masalah ……….… 75

6.2.1 Bahan Baku ……… 75

6.2.2 Mesin dan Peralatan ……… 76

6.2.3 Pekerja ……… 76

6.2.4 Metode Kerja ……….. 77

6.2.5 Lingkungan Tempat Kerja ………..… 77


(13)

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN……….………….. 79

KEPUSTAKAAN ……… 81


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Langkah – langkah dalam telaah metode kerja ……….……. … 5

Gambar 2.2 Bagan Sistematis Dari Langkah-Langkah Penelitian Kerja ……. 8

Gambar 2.3 Konsep Dasar Ergonomi ……….. 11

Gambar 5.1 Model Sistem Kerja Sortasi Bokar Saat Ini………...……… 65

Gambar 5.2 Model Sistem Kerja Sortasi Bokar Dengan kondisi

Pisau Mesin Potong Tertutup………. 69

Gambar 5.3 Model Pengembangan Sistem Kerja Sortasi Bokar


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Data Ukuran dan Berat Bale Bokar……… 43

Tabel 5.2 Data Kriteria Pekerja Dalam Proses Sortasi Bokar

Dengan Mesin Pisau Terbuka……… 47

Tabel 5.3 Data Struktur konstruksi Mesin Potong Bokar………. 49

Tabel 5.4 Tingkat Bahaya Konstruksi Mesin dan Fasilitas Pengamanan

Mesin Potong Bokar……….…………. 50

Tabel 5.5 Data Kondisi Lingkungan Tempat Kerja Sortasi Bokar………… 52

Tabel 5.6 Data Lamanya Waktu Kerja Yang Dibutuhkan Dalam Proses

Pemotongan Bokar Pada pengukuran awal (dalam detik)…... 55

Tabel 5.7 Data Jarak Antara Pekerja Dengan Mesin Potong

Pada Saat Memotong Bokar………..……… 63

Tabel 5.8 Tingkat Pentingnya Faktor Lingkungan Pada Proses

Sortasi Bokar………. 66

Tabel 5.9 Tingkat Pentingnya Faktor Metode Kerja Dan

Pengawasan Pada Proses Sortasi Bokar……… 67


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

L-1 : Gerakan Therblig Dan Penjelasannya ……… 81

L-2 : Hubungan prinsip ekonomi gerak dengan tubuh manusia, tempat kerja dan perancangan peralatan ……… 88

L-3 : Faktor penyesuaian metode weshington ……… 91

L-4 : Skema proses Crumb Rubber ……… 96

L-5 : Skema proses sortasi bokar ……… 97

L-6 : Data lamanya waktu kerja (dalam detik) yang dibutuhkan pada proses pemotongan bokar pada mesin potong terbuka ……….. 98


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Sistem kerja merupakan interaksi dari Pekerja atau Manusia dengan segala sifat dan kemampuanya, Bahan, Mesin dan Peralatan atau Fasilitas yang digunakan serta Lingkungan tempat bekerja. Sistem kerja yang baik dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan, dan sebaliknya bila sistem kerja tidak baik akan cendrung tidak efisien dan tidak akan meningkatkan produktivitas usaha. Perbaikan sistem kerja perusahaan juga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian operasional perusahaan.

Saat ini faktor keselamatan kerja dalam kegiatan perusahaan sudah menjadi perhatian yang serius baik oleh pekerja maupun oleh manajemen perusahaan, karena akibat terjadinya kecelakaan kerja dapat mengganggu kelancaran operasional perusahaan, dan pada akhirya akan menurunkan efisiensi serta produktifitas perusahaan.

Untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas usaha, saat ini perusahaan juga mulai menerapkan program-program kerja berdasarkan beberapa standar sistem manajemen, seperti Standar Sistem Manajemen Mutu ISO-9001 : 2000,dan Standar Sistem Manajemen Lingkungan ISO-14001: 2004, dan standar kerja lainya yang berlaku secara internasional.


(18)

Perbaikan sistem kerja ini dapat dilakukan melalui perancangan sistem kerja yang baru atau pengembangan sistem yang sudah ada. Salah satu perusahaan yang selanjutnya akan menjadi objek penelitian penulis adalah perusahaan crumb rubber yang ada di Sumatera Utara.

Umumnya pabrik crumb rubber yang ada di Sumatera Utara mengolah bahan baku adalah karet hasil petani rakyat, sehingga disebut juga bahan olah karet rakyat atau dengan istilah “bokar”. Bahan ini dibeli oleh pedagang dari masyarakat petani karet dari berbagai tempat atau daerah penghasil karet dan selanjutnya dijual ke pabrik pengolahan crumb rubber. Panjangnya mata rantai perdagangan bahan baku ini serta daerah tanam yang berbeda-beda dan juga koln tanaman yang berbeda, maka jenis dan mutunya menjadi sangat bervariasi, sehingga diperlukan satu tahap proses sortasi mutu karet sebelum diolah dalam dalam pabrik crumb rubber.

Kegiatan sortasi bahan olah karet umumnya dilakukan dengan cara memotong-motong bahan baku dengan menggunakan mesin potong, kontruksi mesin ini berupa sebuah meja yang dilengkapi dengan sebuah pisau yang terbuat dari besi plat dan berbentuk lingkaran dengan diameter 100 Cm, dan setengah dari lingkaran pisau atau lebih-kurang 50 cm berada diatas meja dengan posisi terbuka, yang digerakan oleh dinamo listrik

Proses sortasi ini akan diawali dengan mengambil bahan baku dengan gancu dan menariknya kearah pisau yang sedang beputar, jarak antara pekerja dengan pisau sangat dekat sehingga apabila petugas tersebut terjatuh atau ada benda asing berupa


(19)

besi atau potongan kayu yang terpental dari dalam bahan baku yang sedang dipotong akan dapat menciderai pekerja tersebut.

1.2 Perumusan Masalah.

Berdasarkan uraian diatas, maka tingginya resiko kecelakaan kerja pada unit proses sortasi bahan olah karet (bokar) yang disebabkan oleh rendahnya faktor keamanan kerja yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dapat dicegah. Permasalahan tersebut timbul berkaitan dengan ketidaksesuaian rancangan sistem kerja yang efektif untuk menjamin keselamatan kerja.

1.3 Tujuan Penelitian .

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu model perancangan sistem kerja pada unit sortasi bahan olah karet (bokar) di pabrik pengolahan crumb rubber, dalam upaya mencegah timbulnya resiko kecelakaan kerja, serta meningkatkan efisiensi dan produktivitas pengolahan.

1.4 Manfaat dan Ruang Lingkup Penelitian.

Penelitian ini akan dapat memberi manfaat kepada perusahaan dan penulis sebagai penelitinya, manfaat tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1.4.1 Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi manajemen perusahan pabrik crumb rubber untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan dan untuk mencegah atau mengurangi potensi timbulnya kecelakaan kerja


(20)

1.4.2 Bagi penulis penelitian ini bermanfat untuk

a ).Dengan penelitian ini penulis akan lebih memahami konsep-konsep tentang perancangan sistem kerja dan cara penulisan karya ilmiah. b ). Penelitian akan bermanfaat pula bagi penulis sebagai pemenuhan

persyaratan akademis pada Sekolah Pascasarjana Jurusan Teknik Industri di Universitas Sumatera Utara, dimana penulis sedang mengikuti studi saat ini.

1.4.3 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan dibatasi pada studi perancangan sistem kerja pada unit proses sortasi bahan olah karet (bokar) di pabrik crumb rubber yang menggunakan mesin potong bokar dengan konstruksi berupa meja yang dilengkapi dengan sebuah pisau berbentuk lingkaran yang digerakan dengan sebuah dinamo listrik.

1.5 Asumsi-asumsi.

Penelitian ini mengasumsikan bahwa proses sortasi bahan olah karet atau bokar yang dilakukan oleh pabrik pengolahan crumb rubber ini tetap menggunakan mesin potong.


(21)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR 2.1 Sistem Kerja.

Untuk mendapatkan suatu sistem kerja yang baik perlu dilakukan perbaikan sistem kerja, perbaikan ini dapat berupa perancangan atau design atau re-design terhadap suatu sistem kerja yang sudah ada. Perusahaaan yang mempunyai sistem kerja yang baik dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya.

Menurut Sutalaksana, Iftikar Z, et.al (2006) sistem kerja terdiri atas: Pekerja atau Manusia, Bahan, Mesin / Peralatan dan Lingkungan Kerja. Sedangkan menurut Wignyosoebroto, Sritomo (1995) yang dimaksudkan dengan sistem kerja adalah suatu sistem dimana komponen-komponen kerja seperti manusia (operator), mesin atau fasilitas kerja lainya, material atau bahan serta lingkungan kerja fisik akan berintegrasi, seperti terlihat pada gambar dibawah ini:

Sistem kerja Pekerja

Bahan

Mesin/peralatan lingkungan

Analisis metode kerja

Alternatif-Alternatif Alternatif Sistem Kerja


(22)

Dari gambar 2.1 di atas terdapat empat komponen sistem kerja yang harus dipelajari dan dianalisa untuk merancang suatu sistem kerja yang efisien dan efektif yang dapat meningkatkan produktivitas.

Komponen material disini adalah bahan baku, supplies (komponen, part, dan lain-lain), produk dan limbah. Pengaturan material ini menyangkut bagaimana menempatkan material, jenis material yang mudah diproses dan lain-lainnya berkaitan dengan proses kegiatan perusahaan.

Komponen manusia atau pekerja, menyangkut bagaimana menentukan posisi kerja yang baik saat proses berlangsung agar mampu memberikan gerakan-gerakan yang efektif dan efisien dalam berbagai posisi seperti duduk, berdiri, jongkok,merunduk dan lain-lain.

Komponen mesin, menyangkut design mesin dan fasilitas kerja lainya, apakah sesuai dengan perinsip-perinsip ergonomi, dan komponen lingkungan kerja fisik, menentukan bagaimana kondisi lingkungan kerja fisik tempat operasi kerja, berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan dan lainya.

Untuk melakukan perancangan sistem kerja diperlukan informasi dari aktivitas pekerjaan mulai dari tahap awal sampai tahap akhir, pengumpulan informasi ini dilakukan dengan menggunakan peta kerja. Sutalaksana, Iftikar Z, et,al (2006 ) menjelaskan bahwa peta kerja dapat dikelompokkan berdasarkan kegiatan yaitu:

1. Peta kerja keseluruhan, terdiri dari; a. Peta proses operasi


(23)

c. Peta proses kelompok kerja d. Diagram aliran

2. Peta kerja setempat terdiri dari : a. Peta pekerja-mesin

b. Peta tangan kiri dan tangan kanan

Sedangkan Lambang-lambang yang digunakan dalam peta analisa kerja ini adalah : Opersasi

Pemeriksaan Transportasi

Menunggu

Penyimpanan

Aktivitas gabungan pemeriksaan dan operasi

Peta aliran proses digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang jalannya suatu proses secara keseluruhan dan terperinci, sehingga dapat menggambarkan semua rangkaian aktivitas seperti operasi pemeriksaan, transportasi, menunggu, menyimpan.

Peta aliran proses ada dua type yaitu; peta aliran proses type bahan dan peta aliran proses type orang. Peta aliran proses type bahan menggambarkan kejadian yang dialami bahan dalam suatu proses operasi, sedangkan peta aliran proses type orang adalah peta yang menggambarkan proses aktivitas manusianya. Kegunaan peta aliran proses adalah sebagai berikut;


(24)

a. Untuk mengetahui aliran bahan atau aktivitas orang mulai masuk dalam proses sampai keluar proses .

b. Memberikan informasi tentang waktu penyelesaian suatu proses.

c. Mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau tahap kegiatan yang dilakukan oleh pekerja selama proses berlangsung.

d. Untuk melakukan perbaikan metode kerja

2.2. Perancangan Sistem Kerja

Untuk merancang sistem kerja, peneliti perlu memahami faktor – faktor yang membentuk sistem kerja tersebut, Wignyosoebroto, Sritomo (1995), menjelaskan bahwa ruang lingkup penelitian kerja terdiri dari dua bagian yaitu: : 1. Penelitian pengaturan /metode kerja

2. Penelitian pengukuran kerja

Hubungan kedua bagian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Produktivitas Tinggi Alternatif sistem kerja Beberapa alternatif sistem kerja Pengaturan/metode kerja. • Ergonomi.

• Studi gerak.

• Ekonomi gerak Penelitian

kerja

Pengukuran kerja.

•Pengukuran waktu

•Pengukuran tenaga

•Pengukuran dampak psikologis &sosilogis


(25)

2.2.1 Penelitian Metode Kerja

Penelitian tentang metode kerja adalah penelitian tentang perinsip-perinsip pengaturan komponen-komponen sistem kerja untuk memperoleh beberapa alternatif sistem kerja yang baik. Komponen sistem kerja ini diatur dan secara bersama-sama berada dalam suatu komposisi yang baik, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas usaha.

Beberapa pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan pengaturan terhadap komponen sistem kerja ini antara lain : Ergonomi (Human Enginering), Studi Gerak (motion study) dan Studi Tentang Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerak (Motion Economy). Gerakan yang dilakukan oleh seorang pekerja ada kalanya sudah tepat dan sesuai dengan gerakan yang diperlukan, tetapi ada juga gerakan yang tidak sesuai dilakukan oleh pekerja, gerakan yang tidak sesuai ini akan menimbulkan berbagai masalah yang berkaitan dengan keselamatan dan keamanan pekerja.

Ergonomi atau human Enginering menurut Tarwaka, et,al (2004) merupakan suatu ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyeimbangkan antara alat atau fasilitas kerja, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan dan keterbatasan baik fisik maupun mental manusia, sehingga manusia dapat bekerja secara optimal tanpa pengaruh buruk dari pekerjaanya. Sedangan menurut Wignyosoebroto, Sritomo (1995) ergonomi adalah suatu pengetahuan yang sistematis untuk memanfaatkan informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja, sehingga orang dapat hidup dan bekerja dalam sistem kerja tersebut dengan baik.


(26)

Sedangkan studi gerak menurut Sutalaksana, Iftikar Z, et al (2006) adalah suatu analisa yang dilakukan terhadap gerakan dari bagian badan pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Dengan melakukan analisa gerakan ini diharapkan agar semua gerakan yang dilakukan oleh pekerja akan lebih efektif sehingga dapat menghilangkan gerakan yang tidak diperlukan . Lebih lanjut Sutalaksana, Iftikar Z, et al (l992) menjelaskan bahwa untuk memudahkan suatu analisa gerakan, seorang peneliti terkenal Frank B. Gilbreth telah mengklasifikasikan 17 gerakan dasar yang disebut dengan gerakan therblig. Klasifikasi gerakan ini di uraikan dalam lampiran: 1 Dalam perancangan sistem kerja, studi tentang ekonomi gerak perlu dipahami, gerakan yang tidak diperlukan justru akan menimbulkan pemborosan karena waktu kerja menjadi lama dan juga berpotensi menimbul kecelakaan kerja. Berkaitan dengan ini Sutalaksana, Iftikar Z, et al (2006) menjelaskan prinsip- prinsip ekonomi gerak yang dihubungkan dengan tubuh manusia dan gerakannya, pengaturan tata letak tempat kerja, dan perancangan peralatan. Hubungan prinsip ekonomi gerak dengan tubuh manusia, tempat kerja dan perancangan peralatan dapat dilihat dalam lampiran: 2

Dengan pemahaman tentang ergonomi dan studi gerak akan dapat dicapai suatu keseimbangan antara tuntutan tugas dengan kemampuan kerja yang akan menciptakan performance pekerja yang baik. Tarwaka, et al (2004) menggambarkan kosep keseimbangan antara kapasitas kerja dan tuntutan tugas dalam konsep dasar ergonomi seperti di bawah ini:


(27)

Material Task/Work place Charateristitcs Characteristic

Organizational Environmental Characteristics Characteristics

TASK DEMAND

TASK DEMAND

Personal Physicology capacity capacity

Psycological Biomecanical

Capacity Capacity

WORK CAPACITY

Performance Quality Stress

Fatique Accident

Disconfort Diseases

Injury Productivity

Gambar: 2.3 Kosep Dasar Ergonomi

Kemampuan kerja sesorang sangat ditentukan oleh:

1. Personal capacity (karakteristik pribadi); meliputi faktor usia, jenis kelamin, antropometri, pendidikan, pengalaman, status sosial, agama dan kepercayaan, status kesehatan, kesegaran tubuh, dsb.

2. Physiological capacity (kemampuan fisiologis); meliputi kemampuan dan daya tahan cardio-vaskuler, syaraf otot, panca indra, dsb.

3. Psycological capacity (kemampuan psikologis); berhubungan dengan kemampuan mental, waktu reaksi, kemampuan adaptasi, stabilitas emosi,


(28)

4. Biomechanical capacity (kemampuan bio-mekanik) berkaitan dengan kemampuan dan daya tahan sendi, persendian, tendon dan jalinan tulang. Tuntutan tugas pekerjaan atau aktivitas tergantung pada

1. Task and material characteristics (karakteristik tugas dan material); ditentukan oleh karakteristik peralatan dan mesin, type, kecepatan, irama kerja, dsb.

2. Organization characteristics; berhubungan dengan jam kerja dan jam istirahat, kerja malam dan bergilir, cuti dan libur, manajemen, dsb

3. Environmental charactrisrics; berkaitan dengan manusia, teman tugas, suhu dan kelembaban, kebisingan dan getaran, penerangan, sosio-budaya, norma, adat dan kebiasaan, bahan-bahan pencemar, dsb.

Performance atau tampilan pekerja tergantung kepada rasio dari besarnya tuntutan tugas dan besarnya kemampuan yang bersangkutan, dengan demikian apabila:

1. Bila rasio tuntutan tugas lebih besar dari pada kemampuan seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan terjadi penampilan akhir berupa: ketidaknyamanan, overstress, kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit, dan tidak produktif.

2. Sebaliknya, bila tuntutan tugas lebih rendah dari kemampuan seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan terjadi penampilan akhir berupa understress, kebosanan, kejemuan, kelesuan, sakit dan tidak produktif.


(29)

3. Agar penampilan menjadi optimal maka perlu adanya keseimbangan dinamis antara tuntutan tugas dengan kemampuan yang dimiliki sehingga tercapai kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan produktif.

2.2.2. Penelitian Pengukuran Kerja

Setelah mendapatkan beberapa aternatif metode kerja dari hasil penelitian motede kerja yang lebih baik, selanjutnya dilakukan penelitian untuk mengukur sistem kerja tersebut. Ada tiga kriteria yang digunakan sebagai tolok ukur yaitu; waktu, tenaga, dampak psikologis dan sosiologis. Suatu sistem kerja akan dinilai baik, jika metode tersebut memungkinkan diselesaikan dalam waktu yang singkat, dan tenaga yang dikeluarkan untuk menyelesaikan kerja tersebut sedikit, cara penyelesaiaannya mudah, serta dampak psikologis dan sosiologis yang ditimbulkan sedikit. Berdasarkan kriteria inilah alternatif-alternatif yang diperoleh dari penelitian metode di atas dibandingkan satu dengan yang lainnya, semakin mudah dan murah kerja tersebut dilakukan maka semakin baiklah sistem tersebut, atau dengan kata lain semakin efisien kerja tersebut, semakin baik pula rancangan kerja yang telah dibuat.

Bagian kegiatan penelitian pengukuran kerja yang mempelajari tentang cara pengukuran sistem kerja ini disebut dengan pengukuran kerja (Work Measurement atau Time Study). Dalam pengukuran kerja kita akan meliputi teknik-teknik pengukuran waktu, pengukuran tenaga yang dibutuhkan untuk menyelesaikan


(30)

pekerjaan serta pengukuran dampak psikologis dan sosiologis tang ditimbulkan dari kerja atau kegiatan tersebut.

Pengukuran waktu ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja yang baik. Dengan adanya pernyataan kewajaran di atas, hal ini juga menggambarkan bahwa adanya ketidakwajaran dalam menyelesaikan pekerjaan.

Teknik pengukuran waktu ada dua cara yaitu pengukuran waktu secara langsung dan pengukuran secara tidak langsung. Pengukuran waktu secara langsung adalah melakukan pengukuran waktu langsung di tempat di mana pekerjaan dilakukan, cara pengukuran langsung ini dilakukan dengan dua cara, yaitu pengukuran waktu dengan jam henti atau stop watch dan pengukuran waktu secara sampling pekerjaan. Sedangan pengukuran waktu secara tidak lansung yaitu pengukuran waktu yang dilakukan tanpa harus berada ditempat di

mana pekerjaan dilakukan, tetapi dengan menggunakan atau menganalisa data yang sudah ada, seperti tabel-tabel data, pengukuran secara tidak lansung ini dapat dilakukan dengan baik bila dapat diketahui jalannya pekerjan dari satu elemen ke elemen yang berikunya.

2.2.3 Pengukuran Waktu Baku Dengan Metode Jam Henti (Stop Watch)

Sebelum melakukan pengukuran, operator atau pengukur harus terlebih dahulu melakukan persiapan seperti; Penetapan tujuan pengukuran, Pemilihan


(31)

operator dan Persiapan alat serta perlengkapan yang diperlukan dalam pengukuran. Setelah operator berada di tempat pengukuran di mana pekerjaan akan diukur, operator sebaiknya memilih tempat atau posisi yang tepat untuk mengamati dan mencatat waktu kerja tersebut. Posisi ini hendaknya sedemikian rupa sehingga operator tidak terganggu dalam kegiatannya.

Langkah-langkah pengukuran waktu baku dengan metode jam henti meliputi: penentuan jumlah pengukuran, penentuan waktu siklus, penentuan waktu normal dan menentukan waktu baku. Untuk menentukan jumlah pengukuran yang sebenarnya, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu pengukuran pendahuluan. Berdasarkan pengukuran ini dihitung jumlah pengukuran yang seharusnya.

Setelah dilakukan pengukuran pendahuluan, dilakukan uji keseragaman data untuk memastikan validitas data, caranya adalah sebagai berikut:

Kelompokan data hasil pengukuran dan kemudian cari nilai rata-rata masing-masing kelompok, selanjutnya hitung nilai rata-rata dari rata-rata kelompok

Σxi

Rata –rata ( X) = k

Dimana : x, adalah harga rata-rata dari sub-grup ke i


(32)

selanjutnya hitung nilai deviasi standar dengan rumus :

∑(xj-x)²

Standar deviasi( ) =

N-1

dimana : N-1 adalah jumlah (sample ) pengamatan yang telah dilakukan x adalah waktu penyelesaian yang diamati selama pengukuran

pendahuluan yang telah dilakukan

Selajutnya ukur batas kontrol atas dan batas kontrol bawah dengan tingkat ketelitian 5 % dan tingkat kepercayaan 95 %

Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah (BKA) dan (BKB)

BKA = X + 2 x


(33)

Selanjutnya dihitung jumlah pengamatan yang seharusnya dengan rumus :

40 NΣxj² (xj)² 2 N’ =

[

]

xj

Dimana ; N= adalah jumlah pengamatan yang telah dilakukan, rumus ini adalah untuk ketelitian 5 % dan tingkat keyakinan 95 %

Setelah dilakukan pengukuran sesuai dengan jumlah pengukuran minimal di atas, dihitung waktu baku. Waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan oleh pekerja atau operator normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja yang baik, cara menghitung waktu baku adalah sebagai berikut:

1. Hitung waktu siklus rata-rata dari hasil pengukuran yang dilakukan dengan rumus :


(34)

xi Ws =

N

Dimana: Xi = adalah nilai rata-rata N = adalah jumlah pengamatan

Untuk menghitung waktu normal, perlu ditambahkan faktor penyesuaian terhadap waktu siklus, faktor penyesuaian ini ada beberapa metode, untuk menentukan metode penyesuaian yang akan digunakan, ditetapkan berdasarkan pertimbangan lingkup kegiatan, perhitungan waktu normal dilakukan dengan rumus dibawah ini.

2. Hitung waktu normal dengan :

Wn = Ws x p


(35)

Setelah waktu normal diperoleh, dihitung waktu baku dengan cara menambahkan faktor kelonggaran/ allowance kepada waktu normal, contoh perhitungan waktu baku adalah sbb:

3. Hitung waktu baku dengan rumus:

Wb=Wn+i

Dimana i adalah faktor kelonggran/allowence yang diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan pekerjaanya

Faktor kelonggaran ini dapat diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan tidak wajar, sehingga hasil perhitungan waktu perlu di sesuaikan atau dinormalisasikan dulu untuk mendapatkan waktu siklus rata-rata yang wajar.

Ada beberapa cara untuk menentukan faktor penyesuaian, yaitu: cara persentase, shumard, westinghouse dan objektif. Cara persentase adalah cara yang mudah, yaitu pengukur berdasarkan pengamatnya dapat menetukan besarnya nilai p tersebut, cara ini lebih subjektif karena tergantung dari pengalaman pengukur. Sedangkan cara shumard, penilaian dilakukan berdasarkan kelas performance kerja, dan masing–masing performance mempunyai nilai tertentu. Performance kerja


(36)

tersebut adalah; superfast, fast, exelent, good, normal, fair dan foor. Seperti dalam tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel: 2.1 Penyesuaian menurut cara Shumard Kelas Penyesuaian

Superfast 100

Fast + 95

Fast 90

Fast - 85

Exelent 80

Good + 75

Good 70

Good - 65

Normal 60

Fair + 55

Fair 50

Fair - 45

Poor 40

Bila seseorang pekerja dibandingkan dalam kelas performance yang berbeda akan diperoleh nilai penyesuaian,


(37)

Seorang pekerja norma di beri nilai penyesuaian 60, bila operator ini dengan nilai exelent yang bernilai 80, maka faktor penyesuaian p =80/60=1.33, Jika waktu siklus rata-rata adalah 276,4 detik, maka waktu normalnya Wn=276,4x1,33=367,6 detik

Cara berikutnya adalah cara westinghouse, yaitu mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran dalam bekerja, yaitu ; keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Keterampilan atau skill adalah kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan, keterampilan ini dibagi dalam enam cara yaitu ; Super skill, Exelent skill, Good skill, Average skill, Fair skill, dan Poor skill

Secara keseluruhan tampak pada kelas-kelas diatas bahwa yang membedakan kelas keterampilan seseorang adalah keragu-raguan, ketelitian gerakan, kepercayaan diri, koordinasi, irama gerakan, “bekas-bekas latihan dan hal-hal lain yang serupa.

Sedangkan faktor usaha atau Effort dalam cara Westinghouse adalah kesungguhan yang ditujukan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya, faktor ini juga dibagi enam yaitu ; Excessive Effort, Exelent Effort, Good Effort, Average Effort, Fair Effort dan Poor Effort.

Faktor kondisi kerja yang dimaksud dalam cara westinghouse adalah kondisi fisik lingkungan seperti keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan. Kondisi kerja dibagi dalam enem kelas yaitu: ideal, exelent, good, average, fair dan


(38)

poor. Kondisi kerja yang ideal tidak selalu sama untuk semua pekerjaan, masing pekerjaan mempunyai karakteristik kondisi tertentu. Misalnya suatu kondisi yang dianggap good untuk suatu pekerjaan dapat saja dirasakan fair atau bahkan poor untuk pekerjaan yang lain.

Konsistensi dalam cara westinghouse adalah ketaatan terhadap metode atau kegiatan seperti pengukuran serta pencatatan, sering sekali kegiatan yang dilakukan berubah – ubah. Konsistensi pekerjaan juga dibagi enem kelas yaitu: perfect, exellent, good, average, fair dan poor. Seorang pekerja yang dikatakan perfect adalah pekerja yang dapat bekerja dengan waktu penyelesaian yang tetap setiap saat, secara teoritis variasinya kecil sekali. Sedangkan pekerja yang dikatakan poor adalah pekerja variasi yang waktu penyelesaiannya besar.

Angka-angka yang diberikan bagi setiap kelas dari faktor- faktor di atas adalah seperti dalam pada lampiran 3. Setelah diketahui faktor penyesuaian, maka faktor ini dikalikan dengan waktu siklus untuk mendapatkan waktu normal.

Contoh perhitungan di bawah ini :

Misalkan waktu silus pekerjaan adalah 124.6 detik, dan faktor penyesuaian adalah sebagai berikut:


(39)

Usaha : Good (C2) = +0.02 Kondisi : exellent(B) = +0.04 Konsistensi : Poor(F) = - 0.04 ______________ Jumlah = -0.03

Jadi p = (1-0.03) adalah 0.97, sehingga waktu normalnya: Wn = 124,6 x 0.97 = 120.86 detik

Dalam perhitungan waktu baku selain keseragaman data, jumlah pengukuran dan penyesuaian suatu pekerjaan dengan hal-hal lain, juga perlu ditambahkan kelonggaran atas waktu normal yang telah diperoleh. Kelonggaran ini diberikan untuk tiga hal yaitu: untuk kebutuhan pribadi, untuk menghilangkan rasa fatique dan untuk hambatan – hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiga hal di atas adalah hal-hal yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap pekerja, karena hal ini tidak diukur dan tidak dicatat, maka perlu disesuaikan dengan cara ditambahkan pada waktu normal, sehingga perhitungannya seperti contoh dibawah ini:

Jika persentase kelonggaran dimisalkan (dalam tabel) untuk kebutuhan pribadi dan menghilangkan rasa fatique adalah 19.5 % dan hambatan yang tak terhindarkan adalah 5 % sehingga persentase kelonggaran menjadi 24,5 %. Dan bila waktu normal yang diperleh sebesar 120. 86 detik.


(40)

Wb= 120.86+(120.86 x 24.5%) Wb= 150.47 detik

2.3. Keselamatan Kerja.

Pekerja adalah salah satu komponen dalam sistem kerja, selain bahan, peralatan atau fasilitas dan lingkungan kerja. Dilihat dari besarnya peranan manusia sebagai pekerja, maka pekerja merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem kerja. Dalam perusahaan pekerja adalah aset perusahaan yang sangat strategis dan akan menentukan kemajuan bisnis perusahaan. Demikian pentingnya kedudukan manusia dalam sistem kerja perusahaan, maka pekerja perlu mendapatkan perlindungan dari hal-hal yang akan membahayakan keselamatannya. Masing-masing negara membuat peraturan tentang perlindungan keselamatan pekerja ini, demikian juga aturan ditingkat Internasional.

Di Indonesia aturan terakhir tentang keselamatan kerja ini telah ditetapkan dalam Undang-Undang no. 13 tahun 2003, yang dijelaskan dalam pasal 86 dan 87 tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam aturan ini dijelaskan bahwa “setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja” yang bertujuan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, dalam pasal 87 undang-undang ini mengharuskan agar setiap perusahaan wajib menerapkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.


(41)

Dalam sistem produksi, pekerja adalah salah satu faktor produksi, perlindungan dan penanganan terhadap faktor produksi harus dilakukan dengan baik agar semua faktor produksi dapat berfungsi dengan baik dan memberikan hasil atau produk sesuai dengan yang direncanakan. Penanganan pekerja tentu tidak sama dengan penanganan faktor produksi lainnya atau komponen sistem kerja lainnya seperti penanganan bahan atau fasilitas dan lingkungan kerja. Pekerja adalah manusia, disamping sebagai pekerja atau sebagai operator atau sebagai mesin, juga berfungsi sebagai pengatur dan pengendali semua sistem yang ada, maka penanganannya harus sesuai dengan fungsinya dalam perusahaan. Pekerja harus dilindungi dari hal yang membahayakan keselamatannya, baik fisik maupun mental, dan perlu dilakukan pengembangan kompetensinya agar pekerja tersebut dapat menjadi tenaga yang profesional.

2.3.1. Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Ada tiga faktor yang menjadi penyebab timbulnya kecelakaan kerja menurut Sedarmayanti (1996), yaitu:

1. Faktor Lingkungan 2. Faktor Manusia

a. Faktor fisik dan mental

1) Kurang penglihatan/pendengaran 2) Otot lemah


(42)

4) Lemah jantung atau lemah organ lain 5) Emosi dan syaraf tidak stabil

6) Lemah badan

b. Pengetahuan keterampilan

1) Kurang memperhatikan metode kerja 2) Kebiasaan yang salah

3) Kurang pengalaman c. Sikap

1) Kurang minat/ perhatian 2) Kurang teliti

3) Malas 4) Sombong

5) Tidak peduli akan suatu akibat 6) Hubungan yang yang kurang baik

3. Faktor mesin / alat

a. Penerangan yang kurang b. Mesin yang tidak dijaga c. Kerusakan teknis


(43)

2.3.2. Tindakan Pencegahan Kecelakaan Kerja

Tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja sangat tergantung dari keadaan masing-masing kegiatan atau kejadian. Ada tiga faktor yang dapat digunakan untuk melakukan pencegahan kecelakaan kerja, menurut Sedarmayanti (1996), yaitu;

1.Teknik (Enginering)

Teknik ( enginering ) artinya adalah mencegah terjadinya kecelakaan kerja dengan melengkapi semua mesin/ alat dengan alat pencegah kecelakaan (safety guard) misalnya tombol untuk menghentikan bekerjanya mesin/alat (cut of switches) serta alat lainya.

2.Pendidikan (Education)

Pendidikan artinya memberikan pendidikan atau pelatihan kepada para pegawai atau karyawan untuk menambah kemampuan bekerja dengan baik dan tepat.

3.Pelaksanaan (Enforcement)

Pelaksanaan (Enforcement) artinya pelaksanaan kerja yang memberikan jaminan bahwa peraturan pengendalian kecelakaan dilakasanakan.

2.3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Kerja

Keberhasilan melakukan suatu perkerjaan dapat diukur dari total produksi dan juga nilai dari hasil pekerjaan tersebut. Untuk memperoleh keberhasilan suatu


(44)

perkerjaan sesuai yang diharapkan ini, menurut Sutalaksana, Iftikar Z, et al (2006) ada dua faktor yang mempengaruhinya . yaitu:

Kelompok Faktor Diri (Individu) dan Faktor Situasional, seperti diuraikan sebagai berikut :

Faktor individu

a. Aptitude b. Sifat

c. Sistem nilai

d. Karakteristik fisik e. Minat

f. Motivasi g. Usia

h. Jenis kelamin i. Pendidikan j. Pengalaman

Faktor-faktor sosial - organisasi antara lain ;

a. Karakteristik perusahaan b. Pendididkan dan pelatihan c. Pengawasan

d. Perupahan


(45)

Sedangkan faktor-faktor fisik pekerjaan adalah:

a. Mesin b. Peralatan c. Bahan

d. Lingkungan fisik e. Metode kerja

Faktor diri atau individual adalah faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerja yang berasal dari dalam diri pekerja sendiri, faktor ini sudah ada pada diri individu seseorang sebelum dia melakukan pekerjaan tersebut, sebagian faktor diri ini sulit dirubah.

Diantara faktor individu ini, faktor pendidikan dan pengalaman dapat dirubah atau ditingkatkan, sedangkan faktor yang lain adalah faktor yang sudah ada dalam diri pekerja tersebut yang harus dapat atau rela untuk diterima. Sedangkan faktor kelompok kedua adalah faktor situasional, yaitu faktor yang sepenuhnya berada diluar diri pekerja dan umumnya berada dibawah penguasaan manajemen atau pimpinan, faktor ini hampir semua mudah dirubah atau diatur oleh manajemen perusahaan atau organisasi. Faktor situasional ini dibagi dua sub-kelompok yaitu faktor-faktor sosial - organisasi dan faktor-faktor fisik pekerjaan.


(46)

2.4. Produktivitas.

Upaya meningkatkan produktivitas secara terus-menerus dan menyeluruh merupakan suatu yang penting, dengan upaya peningkatan produktifitas ini maka tanggungjawab manajemen akan berfokus pada segala upaya dan daya untuk melaksanakan peran dan fungsinya dalam kegiatan produksi khususnya yang berkaitan dengan efisiensi penggunaan sumber (in-put). Wignyosoebroto, Sritomo (1995) menjelaskan, produktivitas adalah ratio perbandingan antara out-put atau masukan dan in-put atau keluaran.

Out-put Pi =

In-put

Agar produktivitas bisa meningkat, perlu diupayakan proses produksi yang memberikan kontribusi sepenuhnya terhadap kegiatan produktif yang memberikan nilai tambah, dan disamping itu sekaligus juga mengurangi atau meminimalkan langkah-langkah yang tidak produktif seperti banyaknya iddle, delays, set-up, loading dan material handling, dan lainnya.

Untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi, pihak manajemen harus selalu memperhatikan faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas dari semua kegiatan yang produktif dan menekan kondisi-kondisi yang kontra produktif mulai dari lantai produksi sampai ketingkat manajemen.


(47)

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas adalah : 1. Faktor teknis, yang meliputi:

a.Penggunaan fasilitas secara baik

b.Penerapan metode kerja yang efektif dan efisien c.Penggunaan bahan baku yang lebih ekonomis 2. Faktor manusia, yang meliputi:

a.Kemanpuan / ability dari pekerja

b.Motivasi kerja, yang mendorong peningkatan produktivitas

Pada usaha yang banyak melakukan kegiatan mekanisasi atau otomatisasi untuk fasilitas produksinya, maka faktor teknis akan lebih berpengaruh besar terhadap usaha peningkatan produktivitas, sedangkan untuk usaha yang peran manusianya lebih banyak, maka faktor manusia lebih berpengaruh dalam meningkatkan produktivitasnya.


(48)

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI

3.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT Rubber Hock Lie adalah sebuah perusahaan swasta asing yang memproduksi crumb rubber, yaitu karet alam yang akan diproses selanjutnya menjadi barang jadi karet seperti ban dan produk karet lainnya. Perusahaan ini berlokasi di Kecamatan Rantau Selatan-Rantau Prapat Kabupaten Labuhan Batu-Sumatera Utara. PT. Rubber Hock Lie ini adalah salah satu dari bebrapa perusahaan crumb rubber yang berada di bawah Group Lie Rubber yang berpusat di Singapura

Proses produksi crumb rubber adalah pengolahan bahan baku dari karet rakyat yaitu hasil bekuan lateks dari sadapan pohon karet yang oleh sebagian besar masyarakat disebut “getah” dan dalam literatur atau standar mutu disebut bahan olah karet atau “bokar” menjadi produk yang disebut crumb rubber atau karet remah. Bahan olah karet (untuk selanjutnya disebut bokar ) ini umumnya didatangkan dari berbagai daerah di Sumatera Utara dan juga dari beberapa propinsi lainnya.

Produk crumb rubber dari perusahaan ini umumnya diekspor terutama untuk industri produk bahan jadi karet seperti “pabrik ban” dengan jenis mutu SIR-10 dan SIR-20, yaitu kependekan dari Standar Indonesian Rubber. Sedangkan nilai 10 atau 20 adalah nilai standar yang diambil dari kandungan maksimal kadar kotoran yang ditoleransi dari crumb rubber ini. SIR 10 berarti karet remah atau crumb rubber yang


(49)

memenuhi Standar Indonesian Rubber dengan kandungan kadar kotoran maksimal 0.010 %.

Sesuai dengan peraturan perdagangan yang berlaku di Indonesia, komoditi crumb rubber ini adalah salah satu komoditi yang diawasi mutu eksportnya, artinya setiap produk ini yang akan diexport harus dipastikan mutunya sudah memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan Standar Indonesian Rubber (SNI 06-1903 : 2000).

Untuk menjamin konsisten mutu produk yang dihasilkannya, perusahaan ini telah memperoleh sertifikat ISO-9001:2000 dari lembaga Sertifikasi Sistem Mutu “ SIMA” dan Sertifikat Produk dari Lembaga Sertifikasi Produk Pusat Standardisasi Depertemen Perindustrian Dan Perdagangan Republik Indonesia. Dan untuk masa yang akan datang manajemen perusahaan telah menyatakan komitmennya akan selalu secara konsisten mengikuti perkembangan sistem yang berlaku dalam memenuhi persyaratan dan kebutuhan serta kepuasan pelanggannya. Dalam menerapkan Standar Sistem Manajemen Mutu ini perusahaan harus menjamin konsistensinya dalam memenuhi persyaratan dan perundang-undangan yang berlaku termasuk juga pengelolaan aspek lingkungan perusahaan .

3.2. Proses Produksi

Proses produksi crumb rubber dimulai dari proses sortasi bahan baku, bahan baku yang akan diolah harus memenuhi persyaratan mutu yang dipersyaratkan perusahaan agar memenuhi standar mutu produk yang akan dihasilkan. Kemudian bahan tersebut diproses dalam pabrik melalui beberapa tahapan proses pengolahan.


(50)

Secara umum tahap proses pengolahan crumb rubber dilakukan dalam dua tahap yaitu proses pengolahan basah dan proses pengolahan kering.

Pengolahan basah adalah proses pencucian bahan dari kontaminasi bahan asing seperti tanah, potongan-potongan kayu (istilah perusahaan “tatal”) dan kotoran lainnya, Proses ini juga sekaligus digunakan untuk melakukan homogenisasi bahan yang diproses, dan agar mutu produk yang dihasilkan menjadi seragam. Hal ini disebabkan karena bahan baku yang diproses berasal dari berbagai daerah asal dan berbagai jenis mutu, dan mungkin juga dari berbagai varitas atau koln tanaman karet, sehingga mutu bokar memiliki nilai mutu yang berbeda.

Tahap proses pengolahan basah ini dimulai dari mengambil bahan baku dari gudang bahan baku dan dibawa dengan forklift ke mesin Slabcutter untuk dipotong menjadi lebih kecil, dan selanjutnya dengan conveyor bahan ini di hancurkan dalam Hummer Mill menjadi potongan karet yang kecil. Bahan ditampung dalam bak air yang disirkulasi dengan bantuan kipas, sehingga dalam proses ini sekaligus terjadi pemisahan kotoran-kotoran dari bahan sehingga hasilnya menjadi bersih.

Proses selanjutnya adalah penggilingan bahan pada mesin creaper dengan bantuan dua mangle yang berputar berlawan arah, bahan digiling dengan mangle ini sambil disiramkan air dari bagian atas, penggilingan ini dilakukan secara berturut-turut sampai tujuh atau delapan kali, sehingga menjadikan bahan seperti lembaran tipis dengan ketebalan 8 mm sampai 10 mm yang disebut juga ‘creap”, atau “blanket”. Blanket ini selanjutnya dijemur dalam ruang penjemuran dengan cara digantung pada galangan kayu yang sudah disediakan dalam ruang jemuran, proses


(51)

penjemuran ini disamping berfungsi sebagai pengeringan juga berfungsi untuk menstabilkan nilai teknis karakteristik crumb rubber yaitu nilai plastisitas

Sedangkan proses kering merupakan pengeringan blanket hasil penjemuran di dalam mesin Dryer untuk menghasilkan crumb rubber, proses ini dimulai dari penurunan blangket yang sudah kering dari ruang jemuran, kemudian bahan diremah atau dicrumb dengan mesin shereder dan ditampung dalam bak air yang bersih. Remahan ini dipompakan ke cetakan ( disebut trolly) melalui corong pemisah, dimana air akan kembali kedalam bak shereder. Setelah itu crumb yang masih basah ini dimasukan kedalam dryer untuk dikeringkan.

Crumb yang sudah kering selanjutnya ditimbang seberat 35 kg dan dimasukan kedalam mesin press sehingga menjadi bale ( baca : bal) karet. Bale ini selanjutnya dibungkus plastik kantongan transparan yang terbuat dari bahan polyethilen dengan persyaratan titik leleh plastik maksimum 1040 C sesuai persyaratan mutu yang telah ditentukan dalam Standar Nasional Indonesia untuk Indonesian Rubber, dan selanjutnya produk ini dikemas dalam peti atau pallet sebanyak 30 bale per pallet. Sebelum produk dikirim atau diexport, dilakukan pengujian mutunya di laboratorium sesuai standar SNI-06-1903 : 2000 sesuai peraturan yang berlaku di Indonesia.

Secara umum gambaran proses produksi pengolahan crumb rubber di perusahaan adalah seperti di gambarkan dalam lampiran 4


(52)

3.3. Proses Sortasi Bokar

Pengadaan bokar yang akan diolah di pabrik dilaksanakan oleh bagian pembelian bokar. Kegiatan ini meliputi proses sortasi terhadap bahan baku yang akan dibeli, proses sortasi ini meliputi kegiatan pemotongan bahan dengan mesin potong. Seleksi bahan menurut kriteria mutu yang dipersyaratkan yaitu tingkat kebersihan bahan dari kotoran atau benda-benda asing seperti tanah, potongan-potongan kayu atau disebut juga dengan tatal dan penetuan tingkat kekeringan atau kadar karet kering (K3).

Proses pemotongan bokar dengan mesin potong ini dilakukan oleh tenaga kerja yang terampil dengan cara : bahan diambil dengan alat pengait yang disebut “gancu” oleh salah seorang operator, bahan selanjutnya diletakan ke atas meja mesin potong dan kemudian kedua operator yang berada pada sisi kiri dan kanan mesin akan mengait dan menarik bahan ke arah pisau potong. Bahan kemudian dipotong dengan pisau yang digerakan dengan sebuah dinamo listrik. Hasil potongan bahan ini diseleksi oleh petugas grading atau petugas kadar yang menentukan rendeman karet atau kadar karet kering serta mengklasifikasi mutu bahan, proses sortasi ini dapat dilihat pada dalam skema lampiran 5


(53)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian descriptif terhadap sistem kerja kegiatan sortasi bokar pada pabrik pengolahan crumb rubber, yang dilakukan secara ilmiah dan mengikuti pola yang sitematis sesuai dengan kaidah penulisan tesis yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara, dengan kerangka penelitian sebagai berikut ini:

4.2 . Metode Pengumpulan Data

a. Data primer.

Data primer diperoleh dari pengukuran langsung terhadap sistem kerja pada lokasi penelitian yang meliputi :

1. Sistem kerja sortasi bokar dan parameter yang diukur: a. Bahan baku bokar, yang meliputi:

1)Berat (kg)

2)Ukuran: panjang, lebar dan tebal (cm) b. Perilaku pekerja yang meliputi:

1)Keterampilan 2)Kedisiplinan


(54)

c. Konstruksi mesin, yang meliputi: 1)Konstruksi mesin

2)Ketersedian fasilitas pengamanan d. Lingkungan kerja yang meliputi:

1)Kebersihan, pencahayaan, kebisingan, getaran dan bau. e. Metode kerja yaitu:

1)Analisa gerak

2.Pengukuran waktu dengan metode jam henti ( stopwatch)

b. Data sekunder.

Data sekunder akan diperoleh melalui studi literatur, dari buku teks, jurnal yang relevan dengan permasalahan yang diteliti dan laporan kegiatan perusahaan yang sah, data sekunder yang diperlukan meliputi :

1) Data yang berkaitan dengan pekerja yaitu : jumlah pekerja pada bagian sortasi, tingkat pendidikan pekerja, dan data yang berkaitan dengan kasus kecelakaan kerja yang terjadi.

2) Data yang berkaitan denga Peraturan-peraturan yang berlaku, data mengenai struktur organisasi dan manajemen perusahaan.

c. Teknik pengumpulan data

Secara umum pengumpulan data primer akan dilakukan dengan cara: 1. Teknik wawancara.


(55)

2. Teknik questioner. 3. Teknik observasi.

Data yang berkaitan dengan sistem operasi sortasi seperti data tentang bahan baku, data mesin potong, dikumpulkan dengan cara observasi langsung, yaitu bahan baku di ukur berat dan dimensi panjang lebar serta tebalnya di lokasi penelitian, sedangkan data lainya dikumpulkan dengan wawancara dan kuestioner.

d. Metode Analisa.

Metode analisa yang digunakan terhadap data hasil penelitian dilakukan dua tahap yaitu: pengolahan data dan analisa data. Pengolahan data kuantitatif mulai dari penyususan data, tabulasi data, kemudian dihitung nilai rata hasil pengukuran, sedangkan untuk data yang bersifat kualitatif dikuantitatifkan dengan menggunakan metode skala likert, dan selanjutnya dicari nilai porsentasi dari informasi data tersebut.

4.3. Kerangka Konsep Penelitian

Penelitian yang dilakukan meliputi tahap menganalisa sistem operasional mesin yang digunakan, analisa sumber penyebab resiko, formulasi alternatif sistem kerja, pemilihan alternatif yang optimal, pengembangan model pemecahan masalah dan rekomendasi model akhir perbaikan sistem kerja sortasi bokar. Secara rinci konsep penelitian ini digambarkan seperti pada gambar 4.1 di bawah ini.


(56)

Peraturan / standar kerja Analisa Data

Kecelakaan Kerja

Identifikasi Faktor Resiko Kecelakaan Kerja Analisa Sistem Operasional

Mesin Potong Bokar

Analisa Sumber Penyebab Utama Kecelakaan Kerja

Formulasi Alternatif Metode Pemecahan Masalah Kecelakaan Kerja

Kriteria keselamatan

kerja

Pemilihan Alternatif Model Pemecahan Masalah

Karakteristik Operasional

Perusahaan

Rekomendasi Model Akhir Perbaikan Sistem Kerja

Pengembangan Model Pemecahan Masalah


(57)

BAB V

PENGEMBANGAN MODEL PEMECAHAN MASALAH

5.1. Analisa Masalah

Analisa masalah yang dilakukan terhadap sistem kerja sortasi bokar meliputi analisa terhadap masing-masing komponen sistem kerja dan interaksi komponen sistem kerja tersebut , yaitu :

a. Bahan olah karet (Bokar).

Analisa terhadap Bahan olah karet (bokar) meliputi pengukuran dimensi - Berat ( kg )

- dan Ukuran yaitu panjang, lebar dan tebal (dalam cm). b. Pekerja

Analisa terhadap pekerja dilakukan terhadap perilaku pekerja yang meliputi;

- Keterampilan - Kedisiplinan c. Mesin

Analisa terhadap mesin dan peralatan dilakukan terhadap konstruksi mesin yang mencakup:


(58)

- Ukuran pisau - Ukuran gancu

- Ketersedian fasilitas keamanan mesin

d. Lingkungan

Analisa komponen lingkungan dilakukan terhadap lingkungan tempat kerja yang mencakup:

- Kebersihan, pencahayaan, kebisingan, getaran dan bau. e. Metode kerja

Analisa terhadap metode kerja meliputi : - Analisa gerak

f. Pengukuan waktu kerja

Pengukuran waktu kerja yang dilakukan adalah pengukuran waktu langsung dengan metode jam henti ( stopwatch), pengukuran waktu ini meliput:

- Waktu siklus - Waktu normal - Waktu baku

5.1.1. Analisa Bahan Olah Karet (Bokar)

Analisa ukuran dan dimensi bokar ini dilakukan terhadap sebanyak 30 sample, yang terdiri dari bandela bokar yang diambil secara acak dari tumpukan


(59)

bokar. Pengukuran terhadap berat dan dimensi panjang, lebar dan tebal ini dilakukan untuk mengetahui informasi tentang rata-rata ukuran bahan yang akan dipotong dengan mesin potong. Data ini juga dapat berguna sebagai dasar untuk mengukur perilaku pekerja dan perancangan mesin baru.

Tabel 5.1. Data Ukuran Dan Berat Bale Bokar Ukuran (Cm) No Berat

(kg) Panjang Lebar Tebal 1 69 67 45 35 2 42 77 57 15 3 38 86 37 16 4 11 54 28 24 5 29 45 43 24

6 66 79 61 22 7 76 75 45 30 8 33 56 44 21 9 18 51 34 20 10 10 38 20 18 11 67 62 55 23 12 15 45 29 20 13 45 74 46 22


(60)

14 28 61 32 23 15 33 49 44 18 16 14 45 31 21 17 44 76 47 32 18 50 80 65 20 19 28 47 45 23 20 39 80 39 24 21 40 79 50 15 22 43 71 51 15 23 17 46 29 18 24 30 69 45 34 25 40 59 34 22 26 21 49 32 23 27 18 49 28 19 28 28 68 61 13 29 41 72 51 20 30 39 68 45 30

Σ 1070 1878 1280 660 X* 36 62 44 24 * nilai setelah pembulatan


(61)

Berdasarkan pengukuran terhadap sample Bokar yang dilakukan diperoleh gambaran nilai rata-rata dan modus sebagai berikut:

nilai rata-rata: Berat = 36 Kg Panjang = 62 cm Lebar = 42 cm Tebal = 22 cm

Untuk mengetahui nilai ukuran yang terbanyak untuk semua dimensi yang diukur, terhadap data-data di atas, dilakukan analisa modus, hasilnya sebagai berikut:

Berat terbanyak adalah = 36 % dengan ukuran 34 s/d 45 kg. Panjang terbanyak adalah = 30 % dengan ukuran 68 s/d 77 cm Lebar terbanyak adalah = 34 % dengan ukuran 40 s/d 49 cm Tebal terbanyak adalah = 43 % dengan ukuran 18 s/d 22 cm

Dari data yang ada, khusus untuk ukuran tebal hanya ada 13 % yang memenuhi standar yaitu maximal 15 cm, dan sebanyak 87 % ukuran tebal bokar berada di atas ukuran standar SNI bokar.

5.1.2 Analisa Perilaku Pekerja

Pekerja pada proses sortasi bokar umumnya dilakukan oleh pekerja laki-laki. Jumlah pekerja pada bagian ini ada 21 orang, saat ini usia pekerja berkisar antara 20 sampai 38 tahun, dengan tingkat pendidikan SD ada 6 orang, SMP sebanyak 8 orang dan SMA ada 7 orang, dengan pengalaman kerja semuanya di atas 2 tahun.


(62)

Pekerjaan memotong bokar pada proses sortasi dapat dilakukan oleh 2 orang atau 4 orang pekerja untuk setiap mesin potong. Apabila ada 4 orang pekerja, maka 2 orang berada di bagian depan meja mesin potong, dan 2 orang lagi berada di bagian tengah (atau sejajar dengan pisau). Pekerja yang berada di bagian depan berfungsi untuk mengambil bahan dengan gancu dan meletakan ke atas meja tepat di depan pisau potong, sedangan pekerja yang di tengah berfungsi untuk menarik dan memotong bahan di mesin potong.

Sedangkan bila proses pemotongan hanya dilakukan oleh 2 orang pekerja, maka kedua pekerja tersebut akan melakukan semua gerakan mulai dari mengambil sampai dengan memotong bahan pada mesin potong.

Data hasil pengukuran sistem kerja operator atau pekerja yang meliputi keterampilan dan kedisiplinan terhadap pekerja yang melakukan proses sortasi dengan penilaian berdasarkan motode skala likert positif :

5 = sangat baik 4 = baik

3 = kurang baik 2 = tidak baik

1 = sangat tidak baik. Sedang katagori penilaian

0-19 = sangat tidak penting 20-39 = tidak penting 40-59 = kurang penting


(63)

60-79 = penting 80-100 = sangat penting.

Diperoleh data hasil pengukuran seperti dalam tabel 5.2 di bawah ini Tabel 5.2. Data Kriteria Pekerja Dalam Proses Sortasi Bokar dengan mesin pisau terbuka

Responden Keterampilan Kedisiplinan Keterangan

1 4 4 5 Sangat penting

2 4 5 4 Penting

3 4 4 3 Kurang penting 4 5 4 2 Tidak penting 5 5 5 1.Sangat tdk penting 6 4 4

7 5 4

8 5 4 80-100 Sangat penting

9 4 4 60-79 Penting

10 4 4 40-59 Kurang penting Total 44 42 20-39 Tdk penting Bobot 50 50 0-19 Sangat tdk penting Nilai 44/50=88% 42/50=84%


(64)

Berdasarkan data-data analisa perilaku pekerja sortasi di atas, menyatakan bahwa keterampilan dan kedisiplinan pekerja adalah sangat penting yaitu dengan nilai masing 88 % untuk keterampilan dan 84 % untuk kedisiplinan

5.1.3 Analisa Mesin Dan Peralatan

Mesin sebagai fasilitas kerja yang digunakan oleh pekerja adalah bagian dari sistem kerja yang perlu diperhatikan dan dipelihara. Mesin yang digunakan dalam proses sortasi bokar adalah mesin potong, konstruksi mesin potong bokar yang digunakan di sini adalah berupa sebuah meja yang dilengkapi dengan pisau yang terbuat dari besi dengan diameter lebih kurang 40 cm (ukuran minimal atau saat sudah seharusnya diganti) sampai dengan 100 cm (ukuran maksimal saat pisau baru di pasang). Pisau ini diletakan berdiri pada bagian tengah meja di mana sebagian pisau muncul di permukaan meja dan sebagiannya berada di bawah permukaan meja. Ukuran meja adalah : panjang 150 cm, lebar 100 cm dan tinggi meja bahagian depan 73 cm dan tinggi bagian belakang 66 cm, kontruksi meja dibuat miring ke belakang agar bahan mudah ditarik pada saat dipotong. Mesin digerakkan dengan sebuah dinamo listrik dengan kecepatan putaran 1500 rpm, di mana kondisi dan pisau saat digunakan atau berhenti selalu dalam kondisi terbuka atau tidak ada penutup sebagai pengaman.

Untuk menghidupkan dan mematikan mesin, mesin dilengkapi dengan dua tombol hijau (on) dan tombol merah (off). Apabila terjadi kondisi darurat, maka pekerja segera menekan tombol merah untuk mematikan mesin.


(65)

Untuk mengambil, mengangkat dan menarik bahan selama proses pemotongan, pekerja menggunakan gancu yang terbuat dari besi bulat berukuran 8-12 mm dengan panjang kira-kira 40 hingga 50 cm, dan bagian ujungnya dibengkokkan seperti mata kail dan runcing.

Tabel . 5.3 . Data Struktur Konstruksi Mesin Potong Bokar

No URAIAN KETERANGAN FUNGSI 1 Bentuk Berupa meja potong yang

dilengkapi pisau potong dibagian tengahnya

Sebagai mesin potong bokar

2 Struktur Meja Pisau Dinamo Kabel listrik Tempat bahan Pemotong Sumber gerak Sumber daya/litrik 3 Ukuran meja Panjang

Lebar Tinggi depan Tinggi belakang 150 cm 100 cm 73 cm 66 cm 4 Piasu Bahan

Ukuran normal Ukuran minimal

mild steel Diameter100.cm Diameter 60 cm


(66)

5 Putaran pisau 1500.rpm, 7,5 Hp

6 Panjang Gancu 40.cm Pengambil bahan Ujung benkok & tajam

7 Sumber daya Listrik

Analisa tingkat bahaya konstruksi mesin dan keperluan fasilitas pengamanan mesin yang dilakukan kepada pekerja bagian ini sebagai responden, yang menunjukan hasil seperti pada tabel 5.4 di bawah ini.

Tabel 5.4. Tingkat Bahaya Konstruksi Mesin Dan Fasilitas Pengamanan Mesin Potong Sortasi Bokar

Responden Keamanan konstruksi mesin

Ketersediaan fasilitas pengamanan

Keterangan

1 2 2 5 Sangat aman

2 1 2 4 aman

3 2 2 3 Kurang aman 4 3 3 2 Tidak aman 5 3 1 1.Sangat tidak aman


(67)

6 3 2

7 2 3

8 1 3 80-100 Sangat aman

9 3 2 60-79 aman

10 3 1 40-59 Kurang aman Total 23 21 20-39 Tidak aman Bobot 50 50 0-19 Sangat tidak aman Nilai 23/50=46% 21/50=42%

Nilai keamanan konstruksi mesin adalah 46 % berarti kurang aman dan Nilai ketersedian fasilitas pengamanan adalah 42 % juga berarti kurang aman

5.1.4 Analisa Lingkungan Tempat Kerja

Lingkungan tempat kerja yaitu area atau lokasi kerja yang berkaitan dengan kebersihan, keamanan dan kenyamanan. Tempat kerja pada proses sortasi bahan baku ini dipersyaratkan terbebas dari kotoran dan pencemaran bahan asing lainya yang akan menjadikan bahan baku tercampur dengan bahan asing tersebut ( yang dimaksud dengan bahan asing di sini adalah bahan-bahan atau barang-barang selain bokar ).

Tempat sortasi berupa bangunan permanen dengan konstruksi besi, beratap seng dan berlantai cor semen, pada lantai dibuat bounding atau saluran-saluran,


(68)

sehingga cairan yang keluar dari bahan atau air pencucian lantai mudah dialirkan ke saluran limbah yang berada di sekeliling tempat kerja ini.

Tempat sortasi terpisah dari kegiatan pengolahan atau unit produksi lainnya, dan terbebas dari pengaruh kegiatan yang dapat menimbulkan ketidakamanan dalam bekerja. Konstruksi bangunan yang tidak berdinding serta lokasi pabrik yang luas, membuat sirkulasi udara bebas, sehingga tidak ada polusi udara , dan lokasi sortasi ini jauh dari sumber bunyi atau getaran seperti mesin listrik dan mesin produksi lainya, sehingga pengaruh kebisingan tidak ada.

Bokar yang disortasi tidak mengeluarkan limbah kimia beracun atau (B3), sehingga pencemaran limbah padat, cair dan gas berbahaya tidak ada. Bokar yang dipasok oleh supplier dari luar pabrik tidak menimbulkan bau yang membahayakan, baunya adalah bau khas karet dan masyarakat sekitarnya sudah terbiasa sehingga tidak menjadikan lingkungan yang berbahaya.

Secara keseluruhan kondisi lingkungan tempat kerja pada kegiatan sortasi diperusahaan ini dapat dilihat pada tabel 5.5 di bawah ini.

Tabel 5.5: Data Kondisi Lingkungan Tempat Kerja Sortasi Bokar

No URAIAN FUNGSI KETERANGAN 1 Tempat Bangunan

permanen

Berkonstruksi besi dan beratap. Lantai semen cor


(69)

tempat kerja

Suhu udara Normal

Kebisingan Normal Limbah berbahaya Tidak ada Siklus udara Normal

Bau Bau (Khas) karet / getah

Sanitasi Air limbah dikumpulakan dan diolah pada unit pengolahan limbah

5.1.5 Analisa Gerak

Berdasarkan analisa gerak yang dilakukan untuk 2 orang pekerja yang berada pada posisi kiri dan kanan mesin (misalkan pada posisi kiri adalah pekerja A dan posisi kanan adalah pekerja B), maka gerakan pekerja ini adalah sebagai berikut:

1. Menjangkau bahan ke arah tumpukan bahan

2. Mengambil bahan dengan gancu

3. Membawa dengan gancu ke atas meja mesin potong

4. Melepaskan bahan di atas meja mesin potong pada bagian depan pisau

5. Menjangkau bahan dengan gancu

6. Mengambil bahan dengan gangu

7. Membawa / menarik bahan ke arah pisau


(70)

Gerakan yang dilakukan oleh pekerja ini kemudian diukur waktu kerjannya atau waktu siklus, pengukuran waktu kerja ini dilakukan dengan metoda jam henti atau stopwatch, dan pengukuran dihitung mulai gerakan pertama sampai gerakan terakhir yaitu melepas bahan yang terpotong.

Proses pemotongan bokar ini dapat dilakukan 2 orang atau 4 orang, dengan posisi saling berhadapan di antara mesin potong yang digunakan, apabila pekerjaan dilakukan oleh 4 orang, maka gerakan nomor 5 sampai dengan 8 dilakukan oleh 2 orang pekerja yang berdiri pada posisi tengah mesin atau sejajar pisau. Proses sortasi yang dilakukan oleh 4 orang pekerja sesungguhnya terdiri dari 2 siklus kegiatan, yaitu: siklus pertama terdiri dari gerakan 1 sampai dengan gerakan ke 4, sedangkan siklus kedua terdiri dari gerakan ke 5 sampai dengan gerakan ke 8.

5.1.6. Pengukuran Waktu

Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktu kerja yang diperlukan oleh pekerja dalam menyelesaikan satu siklus pekerjaan, pengukuran waktu ini dilakukan dengan metode jam henti (stopwatch). Untuk menentukan jumlah pengukuran yang baik, terlebih dahulu dilakukan pengukuran pendahuluan, pengukuran ini dilakukan sebanyak 10 kali pengukuran, data hasil pengukurannya adalah seperti pada tabel 5.6 di bawah ini:


(71)

Tabel .5.6. : Data Lamanya Waktu Kerja Yang Dibutuhkan Dalam Proses Pemotongan Bokar Pada pengukuran awal (dalam detik)

Jumlah Pekerja No

2 orang 4 orang

1 4.5 2.2

2 7.0 3.0

3 4.0 3.3

4 5.5 2.7

5 5.0 2.5

6 5.7 2.5

7 4.0 2.5

8 6.5 3.0

9 6.0 2.4

10 5.0 2.7

Jumlah 53.2 26.8

Rata-rata 53.2/10 atau 5.3 dt/ 2 orang

26.8/10=2.68 dt/ 4 org atau

2.68x2=5.36 dt/ 2 org

Untuk perhitungan penentuan jumlah pengukuran yang sebenarnya, data pengukuran di atas yang akan diolah adalah salah satu saja, yaitu data pengukuran


(72)

yang dilakukan oleh 2 orang pekerja. Untuk memudahkan perhitungan dari 10 data pengukuran diambil 9 data, yaitu :

Pengukuaran ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waktu(detik) 4.5 7.0 4.0 5.5 5.5 5.7 4.0 6.5 6.0

Data pengukuran di atas dikelompokan dalam 3 sub-grup, kemudian dihitung rata-rata nya.

Sub-Grup Waktu Penyelesaian Nilai rata-rata

1 4.5 7.0 4.0 5.2

2 5.5 5.0 5.7 5.4

3 4.0 6.5 6.0 5.5

Jumlah 16.1

Rata-rata dari harga rata-rata sub-grup adalah X = ∑Xi

k = 16.1 3

=5.4


(1)

L - 4 SKEMA PROSES CRUMB RUBBER

Sortasi Bahan baku Gudang

Bahan baku

Proses creeper Bahan baku

Proses drying

Packing

delivery /pengiriman Penyimpan


(2)

L - 5

SKEMA PROSES SORTASI BOKAR

Pengambilan bahan ditumpukan dengan gancu

Mengangkat bahan ke atas meja dengan gancu

Menarik bahan ke arah pisau

Memotong bahan

Ditolak/ out spect Menilai /grading

Di olah/ disimpan


(3)

L - 6

Tabel .5.11. Data lamanya waktu kerja (dalam detik) yang dibutuhkan pada proses pemotongan bokar pada mesin potong

Jumlah pekerja No

2 Orang 4 Orang

1 4.5 2.2

2 7.0 3.0

3 4.0 2.3

4 5.5 2.7

5 5.0 2.5

6 5.7 2.5

7 4.0 2.5

8 6.5 3.0

9 6.0 2.4

10 5.0 2.7

11 5.5 2.5

12 4.5 2.0

13 5.0 2.0

14 4.0 3,5

15 6.5 2.5

16 5.5 2.5

17 4.0 2,5

18 4.5 2.5

19 6.0 3.0

20 5.5 3.0

21 6.5 3.0

22 5.4 2.5


(4)

27 5.0 3.0

28 5.0 2.5

29 5.5 2.5

30 4.5 2.5

31 6.0 3.0

32 6.0 2.0

33 5.0 2.5

34 5.5 2.5

35 4.5 3.5

36 5.0 2.5

37 4.5 2.5

38 6.0 2.5

39 5.5 3.0

40 4.5 2,0

41 4.5 2.8

42 6.4 2.5

43 5.5 3.0

44 5.0 2.4

45 6.0 3.0

46 5.5 2.0

47 5.0 3.0

48 4.0 3.0

49 4.5 3.0

50 5.0 2.0

51 5.0 2.5

52 5.0 2.5

53 4.5 2.5

54 6.0 2.5

55 5.5 2.0

56 5.0 3.0

Jumlah 411 287


(5)

Tabel 6.2 : Identifikasi faktor resiko dan pencegahan kecelakaan kerja Pada Mesin Potong Sortasi Bahan Baku Bokar

No Masalah Resiko Faktor

penyebab

Pencegahan kecelakaan kerja

1 Pisau potong

dengan kondisi terbuka

Luka Kontruksi mesin

1. Penambahan alat pengaman agar kecelakan kerja dapat diminimalisasi.

2. Melakukan rancang ulang kontruksi mesin sedemikian rupa sehingga pisau tidak dalam posisi terbuka.

2 Jarak pisau-

dengan pekerja sangat dekat

Luka Lebar meja mesin yang kecil.

Panjang

1. Lebar meja perlu ditambah, sehingga jarak pekerja dengan mesin lebih jauh

2. Panjang gancu yang digunakan untuk menarik bahan kepisau perlu ditambah sehingga pekerja dapat menarik dalam


(6)

pendek 3. Pekerja harus hati-hati dan disiplin agar tidak jatuh.

3 Pemahaman metode/ prosedur kerja Kesalah an kerja Penyedia an dan sosialisasi metode kerja tidak cukup

1. Harus disediakan motede atau prosedur kerja yang cukup dan valid , serta disosialisasikan kepada semua pekerja terkait.

4 Lingkungan tempat kerja Pekerja jatuh/ Sakit Lantai kotor dan licin

1. Selesai sortasi lantai disapu dan disemprot dengan air. 2. Dibuat saluran air dilantai kerja, agar lantai kering 3. Jauhkan barang lain yang tidak

diperlukan.

5 Pengawasan Kurang Pekerja

tidak disiplin

1. Manajemen harus melakukan pengawasan yang konsisten agar pekerjaan terkendali dan sesuai prosedur

2. Harus dilakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan.