Bahan dan Alat Kesimpulan

BAHAN DAN METODE

4.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini berlangsung dari bulan Februari sampai Juni 2007. Pengamatan lapang meliputi pengukuran dan inventarisasi serta pengamatan karakteristik tanah yang dilakukan pada plot penelitian CIFOR di Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Pengamatan karakteristik tanah meliputi deskripsi sifat tanah di setiap horison melalui pengeboran seperti warna tanah, drainase, tekstur tanah, kedalaman solum tanah, ketahanan penetrasi tanah, kondisi serasah, kemiringan lereng dan melihat erosi tanah yang terjadi. Sedangkan analisis tanah dilakukan oleh laboran di Laboratorium Fisika Tanah dan Kimia Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

4.2. Bahan dan Alat

Peralatan yang digunakan dalam pengamatan karakteristik tanah di lapang antara lain: Munsell Soil Color Chart, cangkul, bor tanah bor Belgi, pisau lapang, Penetrometer saku, kompas dan Abney Level. Bahan yang digunakan dalam analisis tanah di laboratorium antara lain: NH 4 OAc, NaOH, H 2 SO 4 , HCl, HF, K 2 Cr 2 O 7 , FeSO 4 , H 3 BO 3 , Na 2 SO 4 , aquades dan bahan kimia lainnya. Sedangkan alat yang digunakan dalam analisis tanah antara lain: timbangan, tabung Sentrifuse, alat Sentrifuse, labu takar, labu didih, Spektrofotometer, Flamefotometer, Atomic Absorption Specto-photometer AAS, Erlenmeyer, gelas ukur, tabung reaksi, cawan porselin, labu destilasi, labu ekstraksi, pipet, buret, kertas saring, Hidrometer, oven dan alat-alat lainnya.

4.3. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan

Penelitian ini dilakukan di plot penelitian CIFOR di Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Pada plot tersebut dilakukan pengambilan sample tanah untuk analisis sifat fisik dan kimia tanah.

4.3.1. Pengambilan Sample Tanah

Pada penelitian ini diambil sample tanah secara acak di setiap plot penelitian CIFOR. Ada 3 plot yang diambil sample tanahnya yaitu: 1. Plot Conventional Logging CNV yaitu plot yang menggunakan teknik tebang habis. Pada plot ini diambil sample tanah di 9 blok pengamatan sebanyak 27 sample pada lantai hutan dan 9 sample pada jalan sarad. 2. Plot Reduced Impact Logging RIL yaitu plot yang menggunakan teknik tebang pilih. Pada plot ini diambil sample tanah di 9 blok pengamatan sebanyak 27 sample pada lantai hutan dan 12 sample pada jalan sarad. 3. Plot Kontrol yaitu plot yang tanamannya tidak ditebang. Pada plot ini diambil sample tanah di 6 blok pengamatan sebanyak 18 sample pada lantai hutan. Gambar 1 Peta Sebaran Petak Pengambilan Sample Tanah

4.3.2. Analisis Sifat Tanah

1. Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis antara lain bobot isi, porositas, air tersedia dan permeabilitas. 2. Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah yang di analisis berupa C-organik, N-total, Fosfor, Kalium, dan KTK. Sifat-sifat tanah tersebut diatas dianalisis dengan metode seperti pada table berikut: Tabel 1. Metode analisis sifat fisik dan kimia tanah No Sifat Tanah Metode Analisis 1 Sifat Fisik 1. Bulk Density 2. Porositas 3. Air Tersedia 4. Permeabilitas Gravimetri Pycnometer pF Permeameter 2 Sifat Kimia 1. C-organik 2. N Total 3. Fosfor 4. Kalium 5. KTK Walkley dan Black Kjeldahl P-Bray N NH 4 OAc pH 7, AAS N NH 4 OAc pH 7, Titrasi

4.3.3. Analisis Data

Data-data sifat fisik dan kimia tanah yang telah diperoleh dianalisis secara statistik dengan analisis ragam Test of Between Subjects Effects dalam program SPSS 13, sedangkan uji lanjutan yang digunakan adalah uji Duncan dengan p 0,05 untuk melihat hubungan antara kondisi plot RIL, CNV, dan Kontrol. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Sifat Fisik Tanah

Sifat fisik tanah yang diukur pada penelitian ini antara lain bobot isi, porositas total, air tersedia, dan permeabilitas tanah. Kegiatan pemanenan hasil hutan telah menyebabkan terjadi perubahan pada sifat fisik tanah yang lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai rata-rata sifat fisik tanah pada plot penelitian CIFOR RIL CNV Kontrol No Sifat Fisik Lantai Hutan Jalan Sarad Lantai Hutan Jalan Sarad Lantai Hutan 1 Bobot Isi gcc 1,15 1,41 1,19 1,42 1,15 2 Porositas Total 56,58 46,85 55,26 46,25 56,71 3 Air Tersedia 8,07 9,95 7,93 9,66 8,80 4 Permeabilitas cmjam 5,04 2,68 2,86 1,27 6,33

5.1.1. Bobot Isi Bulk Density

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai bobot isi tanah di lantai hutan pada plot CNV, RIL dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian juga nilai bobot isi tanah di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata. Pada Tabel 2 terlihat bahwa plot CNV di lantai hutan memiliki nilai rata-rata bobot isi tanah paling tinggi yaitu sebesar 1,19 gcc dibandingkan dengan nilai rata-rata bobot isi tanah di lantai hutan pada plot RIL dan Kontrol. Hal ini disebabkan karena pada plot CNV digunakan teknik Conventional Logging atau yang lebih dikenal dengan teknik tebang habis, dimana hampir semua tanaman berkayu ditebang. Oleh karena hampir semua tanaman berkayu ditebang, maka penggunaan alat-alat berat lebih intensif. Alat-alat berat tersebut melintasi hampir seluruh areal plot CNV untuk menarik atau mengangkat kayu yang sudah ditebang, dikarenakan alat-alat berat tersebut mempunyai bobot yang sangat berat menyebabkan tanah menjadi tertekan dan memadat sehingga nilai rata-rata bobot isi tanah di lantai hutan pada plot CNV menjadi tinggi. Sementara itu pada plot RIL digunakan teknik Reduced Impact Logging atau yang lebih dikenal dengan teknik tebang pilih, dimana tanaman berkayu yang akan ditebang dipilih berdasarkan ukuran diameternya sehingga tidak semua tanaman berkayu ditebang seperti pada plot CNV. Alat-alat berat yang digunakan pada plot RIL relatif lebih kecil dan lebih ringan serta tidak melintasi seluruh areal plot RIL sehingga tanah tidak mendapatkan tekanan atau gesekan yang dapat merusak atau memadatkan tanah. Sedangkan nilai rata-rata bobot isi tanah di jalan sarad pada plot CNV lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata bobot isi tanah di jalan sarad pada plot RIL. Hal ini disebabkan karena alat-alat berat yang digunakan untuk membuat jalan sarad pada plot CNV lebih besar dan lebih berat daripada alat-alat berat yang digunakan pada plot RIL, sehingga bobot isi tanah di jalan sarad pada plot CNV lebih besar dibandingkan dengan plot RIL. Pengaruh alat-alat berat dalam proses pemadatan tanah dapat terlihat dari nilai rata-rata bobot isi tanah di jalan sarad pada plot RIL dan CNV yang lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata bobot isi tanah di lantai hutan. Bobot Isi gcc 1.15 1.19 1.15 1.41 1.42 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 RIL CNV Kontrol Perlakuan N il a i B o b o t Is i g c c Lantai Hutan Jalan Sarad Gambar 2. Grafik Bobot Isi

5.1.2. Porositas Total

Porositas atau ruang pori tanah yaitu bagian tanah yang ditempati oleh air dan udara. Berdasarkan analisis statistik nilai porositas total di lantai hutan pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian juga nilai porositas total di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata. Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai rata-rata porositas total di lantai hutan pada plot CNV adalah yang paling kecil yaitu sebesar 55,26 dibandingkan dengan nilai rata-rata porositas total di lantai hutan pada plot RIL dan Kontrol. Hal ini disebabkan karena kepadatan tanah di lantai hutan pada plot CNV lebih tinggi dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Kepadatan tanah dapat terlihat dari nilai bobot isi tanah yang tinggi, dimana nilai bobot isi tanah di lantai hutan pada plot CNV paling tinggi dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Pemadatan tanah telah menyebabkan rusaknya struktur tanah, sehingga porositas total tanah menjadi rendah. Pori-pori makro yang sebelumnya lebih banyak telah hancur menjadi pori-pori mikro akibat dari pemadatan tanah yang disebabkan oleh alat-alat berat yang digunakan pada kegiatan penebangan sehingga porositas total tanah menjadi menurun. Selain itu, porositas total juga dipengaruhi oleh kandungan bahan organik. Dimana pengaruh bahan organik dalam memperbaiki struktur tanah yang akan berakibat terhadap membaiknya porositas total tanah. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata C-Organik di lantai hutan pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata C-Organik di lantai hutan pada plot CNV. Sehingga porositas total di lantai hutan pada plot RIL lebih besar dibandingkan dengan porositas total di lantai hutan pada plot CNV. Sedangkan nilai rata-rata porositas total di jalan sarad pada plot CNV lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata porositas total di jalan sarad pada plot RIL. Hal ini disebabkan karena kepadatan tanah di jalan sarad pada plot CNV lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan tanah di jalan sarad pada plot RIL. Pengaruh pemadatan tanah terhadap porositas total tanah dapat dilihat dari nilai rata-rata porositas total di jalan sarad pada plot RIL dan CNV yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata porositas total di lantai hutan. Porositas Total 56.58 55.26 56.71 46.85 46.25 10 20 30 40 50 60 RIL CNV Kontrol Perlakuan N il a i P o ro s it a s T o ta l Lantai Hutan Jalan Sarad Gambar 3. Grafik Porositas Total

5.1.3. Air Tersedia

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai rata-rata air tersedia di lantai hutan pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian pula dengan nilai rata-rata air tersedia di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata air tersedia di lantai hutan pada plot CNV adalah yang paling rendah yaitu sebesar 7,93. Hal ini disebabkan karena kepadatan tanah pada plot CNV lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan tanah pada plot RIL yang mengakibatkan porositas total tanah lebih banyak pori mikronya daripada pori makro, sehingga air tersedia yang terjerap di dalam pori mikro lebih banyak. Banyaknya tanaman yang hilang akibat penebangan menyebabkan menurunnya kandungan bahan organik pada plot CNV, dimana kita ketahui bahwa bahan organik mempunyai kemampuan menahan air water holding capacity yang mampu menyerap air sehingga menyebabkan meningkatnya ketersediaan air. Hal inilah yang menyebabkan air tersedia pada plot CNV lebih rendah dibandingkan dengan plot RIL karena kandungan bahan organik pada plot CNV lebih sedikit daripada kandungan bahan organik pada plot RIL. Sedangkan nilai rata-rata air tersedia di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata air tersedia di jalan sarad pada plot CNV. Ini dikarenakan kandungan bahan organik di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan bahan organik di jalan sarad pada plot CNV. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa nilai C-Organik di jalan sarad pada plot RIL lebih besar yaitu sebesar 2,01 dibandingkan dengan nilai C-Organik di jalan sarad pada plot CNV yaitu sebesar 1,96. Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai rata-rata air tersedia di jalan sarad pada plot RIL dan CNV lebih besar dibandingkan nilai rata-rata air tersedia di lantai hutan. Hal ini disebabkan karena ketinggian tanah di jalan sarad lebih rendah dibandingkan dengan ketinggian tanah di lantai hutan akibat pengkikisan dari alat- alat berat sehingga air hujan yang jatuh di lantai hutan bergerak menuju jalan sarad yang lebih rendah dan menimbulkan genangan air diatas permukaan tanah di jalan sarad. Air yang menggenangi permukaan tanah di jalan sarad perlahan-lahan masuk kedalam tanah dan mengisi pori-pori mikro serta pada akhirnya meningkatkan ketersediaan air didalam tanah. Inilah yang menyebabkan air tersedia di jalan sarad pada plot RIL dan CNV lebih besar dibandingkan dengan di lantai hutan. Air Tersedia 8.07 7.93 8.80 9.95 9.66 2 4 6 8 10 12 RIL CNV Kontrol Perlakuan N il a i A ir T e rs e d ia Lantai Hutan Jalan Sarad Gambar 4. Grafik Air Tersedia

5.1.4. Permeabilitas

Permeabilitas adalah kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu media dalam keadaan jenuh. Berdasarkan hasil analisis statistik nilai rata-rata permeabilitas di lantai hutan pada plot CNV berbeda nyata dengan plot RIL dan Kontrol. Sementara itu nilai rata-rata permeabilitas di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata. Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai rata-rata permeabilitas di lantai hutan pada plot CNV adalah yang paling kecil yaitu sebesar 2,86 cmjam. Hal ini disebabkan karena porositas total di lantai hutan pada plot CNV paling kecil yaitu sebesar 55,26 dibandingkan pada plot RIL dan Kontrol. Dimana porositas memiliki pori-pori makro dan pori-pori mikro yang ditempati oleh air serta udara. Pada pori makro air bergerak lebih cepat dibandingkan dengan pori mikro dan porositas total yang lebih tinggi artinya memiliki pori-pori makro lebih banyak dibandingkan dengan porositas total yang lebih rendah. Hal ini berarti bahwa tanah yang memiliki porositas tinggi mampu menyerap air lebih cepat dibandingkan dengan tanah yang memiliki porositas lebih rendah. Atau dengan kata lain semakin tinggi porositas totalnya maka akan semakin tinggi pula permeabilitasnya. Selain itu, kepadatan tanah di lantai hutan pada plot CNV paling tinggi yaitu sebesar 1,19 gcm dibandingkan pada plot RIL dan Kontrol. Kepadatan tanah menyebabkan menurunnya porositas total karena pori-pori makro banyak yang hancur menjadi pori-pori mikro sehingga air lebih lambat bergerak kedalam tanah. Hal ini berarti kepadatan tanah berpengaruh terhadap permeabilitas tanah. Kandungan bahan organik juga mempengaruhi permeabilitas tanah, dimana bahan organik mampu memperbaiki struktur tanah yang pada akhirnya akan meningkatkan porositas tanah. Pada Tabel 3 terlihat bahwa kandungan C- Organik pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Tetapi pada plot CNV kandungan C-Organik di lantai hutan lebih rendah dibandingkan dengan di jalan sarad. Perlu diingat bahwa pengaruh bahan organik kaitannya dengan permeabilitas tanah adalah kemampuan bahan organik dalam memperbaiki struktur tanah bukan kemampuan bahan organik dalam penyerapan air. Hal ini berarti bahwa bahan organik mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap permeabilitas tanah. Sedangkan nilai rata-rata permeabilitas di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Hal ini disebabkan karena kepadatan tanah di jalan sarad pada plot RIL lebih rendah dibandingkan dengan plot CNV dan porositas total di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Permeabilitas cmjam 5.04 2.86 6.33 2.68 1.27 1 2 3 4 5 6 7 RIL CNV Kontrol Perlakuan N il a i P e rm e a b il it a s c m j a m Lantai Hutan Jalan Sarad Gambar 5. Grafik Permeabilitas

5.2. Sifat Kimia Tanah

Analisis sifat kimia tanah dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Manajemen Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan sample tanah komposit. Hasil analisis sifat kimia tanah dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai rata-rata sifat kimia tanah pada plot penelitian CIFOR RIL CNV Kontrol No Sifat Kimia Lantai Hutan Jalan Sarad Lantai Hutan Jalan Sarad Lantai Hutan 1 C-Organik 2,16 2,01 1,89 1,96 2,26 2 N Total 0,19 0,19 0,17 0,17 0,20 3 P Tersedia ppm 5,32 5,79 4,94 4,32 5,76 4 K me100g 0,11 0,11 0,10 0,10 0,13 5 KTK me100g 9,75 9,48 9,59 5,74 11,36

5.2.1. C-Organik

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai C-Organik di lantai hutan pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian juga nilai C- Organik di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata. Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa pada plot CNV memiliki nilai rata-rata C-Organik di lantai hutan paling rendah yaitu sebesar 1,89. Hal ini disebabkan karena pada plot CNV digunakan teknik Conventional Logging atau teknik tebang habis, dimana hampir semua tanaman berkayu ditebang sehingga bahan organik yang hilang akibat penebangan lebih banyak. Sedangkan pada plot RIL digunakan teknik Reduced Impact Logging atau teknik tebang pilih, dimana tanaman yang akan ditebang dipilih berdasarkan ukuran diameter batangnya sehingga jumlah tanaman yang ditebang lebih sedikit dan bahan organik yang hilang akibat penebangan lebih sedikit. Pada plot CNV bahan organik yang tertinggal setelah kegiatan penebangan dilakukan, mulanya berada diatas permukaan tanah di lantai hutan yang kemudian melapuk menjadi bagian yang lebih kecil dan akhirnya terbawa oleh air hujan menuju kedaerah yang lebih rendah yaitu di jalan sarad. Hal inilah yang menyebabkan mengapa kandungan C-Organik di jalan sarad pada plot CNV lebih tinggi dibandingkan dengan di lantai hutan. Berbeda dengan plot RIL sisa bahan organik dari kegiatan penebangan lebih sedikit terbawa oleh air karena tertahan oleh tanaman lain yang tidak ditebang sehingga kandungan C-Organik di lantai hutan pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan di jalan sarad. Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai rata-rata kandungan C-Organik pada plot Kontrol paling tinggi yaitu sebesar 2,26. Hal ini membuktikan bahwa kegiatan penebangan hutan telah menyebabkan penurunan kandungan C-Organik, dimana kegiatan penebangan hutan dengan menggunakan teknik reduced Impact Logging atau teknik tebang pilih lebih baik dibandingkan dengan teknik Conventional Logging atau teknik tebang habis karena penurunan kandungan C- Organik pada plot RIL lebih kecil dibandingkan dengan penurunan kandungan C- Organik pada plot CNV. C-Organik 2.16 1.89 2.26 2.01 1.96 0.5 1 1.5 2 2.5 RIL CNV Kontrol Perlakuan N il a i C -O rg a n ik Lantai Hutan Jalan Sarad Gambar 6. Grafik C-Organik

5.2.2. N-Total

Hasil analisis kandungan N-Total pada plot penelitian CIFOR dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan hasil analisis statistik nilai N-Total di lantai hutan pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian juga dengan nilai N-Total di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata. Pada Gambar 7 plot CNV memiliki nilai rata-rata N-Total di lantai hutan paling rendah dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Sedangkan nilai rata-rata N-Total di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Hal ini disebabkan karena pada plot CNV mempunyai kandungan bahan organik paling rendah dibandingkan pada plot RIL dan Kontrol, sehingga kandungan N-Total pada plot CNV paling rendah dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Berdasarkan Gambar 7 terlihat bahwa pada plot RIL dan CNV memiliki nilai rata-rata N-Total di lantai hutan sama dengan nilai rata-rata N-Total di jalan sarad. Hal ini disebabkan karena bahan organik yang terangkut oleh air dan dideposisikan di jalan sarad lebih cepat melapuk akibat pengaruh iklim sehingga N organik lebih cepat tersedia, tetapi lebih mudah hilang juga. Meskipun kandungan bahan organik pada plot CNV di jalan sarad lebih tinggi dan mampu menyumbang N organik lebih banyak, tapi banyak N organik yang hilang akibat penguapan atau pencucian sehingga N-Total di jalan sarad sama dengan di lantai hutan. N-Total 0.19 0.17 0.2 0.19 0.17 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 RIL CNV Kontrol Perlakuan N il a i N -T o ta l Lantai Hutan Jalan Sarad Gambar 7. Grafik N-Total

5.2.3. P Tersedia

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai P tersedia di lantai hutan pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian pula dengan nilai P tersedia di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata. Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai rata-rata P tersedia di lantai hutan pada plot CNV paling rendah yaitu sebesar 4,94 ppm. Sedangkan nilai rata-rata P tersedia di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Hal ini disebabkan karena kandungan bahan organik di lantai hutan pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Seperti yang telah diketahui bahwa sumber P dalam tanah adalah bahan organik dan batuan mineral fosfat. Jadi pelapukan bahan organik akan memberikan penambahan P kedalam tanah. Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai rata-rata P tersedia di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan di lantai hutan. Hal ini disebabkan oleh adanya penambahan dari P di lantai hutan yang tererosi atau tercuci oleh air dan dideposisikan di jalan sarad sehingga kandungan P tersedia di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan di lantai hutan. Sedangkan pada plot CNV jumlah P yang tererosi atau tercuci oleh air sangat sedikit karena kandungan bahan organiknya rendah sehingga penambahan P di jalan sarad sangat sedikit. P Tersedia ppm 5.32 4.94 5.76 5.79 4.32 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 RIL CNV Kontrol Perlakuan N il a i P T e rs e d ia p p m Lantai Hutan Jalan Sarad Gambar 8. Grafik P Tersedia

5.2.4. Kalium

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai K di lantai hutan pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Demikian juga dengan nilai K di jalan sarad pada plot RIL dan CNV tidak berbeda nyata. Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai rata-rata K di lantai hutan pada plot CNV paling rendah yaitu sebesar 0,10 me100g. Sedangkan nilai rata-rata K di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Hal ini disebabkan karena kandungan bahan organik pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Seperti halnya dengan P sumber K dalam tanah adalah bahan organik dan batuan mineral kalium. Jadi pelapukan bahan organik akan memberikan penambahan K kedalam tanah, tapi perlu diingat bahwa K didalam tanah mudah hilang akibat proses pencucian oleh air. Pada plot CNV karena kandungan bahan organiknya lebih rendah dari plot RIL maka kandugan K dalam tanahnya pun lebih rendah dibandingkan dengan plot RIL. Selain itu proses pencucian K oleh air pada plot CNV lebih tinggi karena tanaman yang menutupi permukaan tanah jauh lebih sedikit dibandingkan dengan plot RIL sehingga kandungan K dalam tanah pada plot CNV lebih banyak hilang akibat pencucian oleh air. K me100g 0.11 0.10 0.13 0.11 0.10 0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 0.12 0.14 RIL CNV Kontrol Perlakuan N il a i K m e 1 g Lantai Hutan Jalan Sarad Gambar 9. Grafik K

5.2.5. Kapasitas Tukar Kation KTK

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai KTK di lantai hutan pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Sedangkan nilai KTK di jalan sarad pada plot RIL dan CNV berbeda nyata. Berdasarkan Gambar 10 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata KTK di lantai hutan pada plot CNV paling rendah dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Sedangkan nilai rata-rata KTK di jalan sarad pada plot RIL lebih tinggi dibandingkan dengan plot CNV. Hal ini disebabkan karena kandungan bahan organik pada plot CNV paling rendah dibandingkan pada plot RIL dan Kontrol, sehingga KTK pada plot CNV paling rendah dibandingkan dengan plot RIL dan Kontrol. Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa nilai KTK di jalan sarad pada plot CNV lebih rendah dibandingkan di lantai hutan, sedangkan nilai C-Organik di jalan sarad lebih tinggi dibandingkan di lantai hutan. Hal ini mungkin dikarenakan oleh perbedaan tekstur dan macam koloid anorganik, sehingga KTK di jalan sarad pada plot CNV lebih rendah meskipun memiliki kandungan C-Organik lebih tinggi dibandingkan di lantai hutan. Seperti yang telah kita ketahui bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi KTK antara lain: 1 tekstur, 2 macam koloid anorganik, dan 3 kadar bahan organik. Jadi kandungan bahan organik yang lebih tinggi belum tentu KTK-nya lebih tinggi pula, apabila tekstur dan macam koloid anorganiknya berbeda. KTK me100g 9.75 9.59 11.36 9.48 5.74 2 4 6 8 10 12 RIL CNV Kontrol Perlakuan N il a i K T K m e 1 g Lantai Hutan Jalan Sarad Gambar 10. Grafik KTK KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1 Kegiatan penebangan hutan pada plot penelitian CIFOR di Kabupaten Malinau Kalimantan Timur dengan teknik Reduced Impact Logging RIL dan teknik Conventional Logging CNV telah menyebabkan perubahan sifat fisik dan kimia tanah, meskipun perubahan tersebut tidak berbeda nyata menurut analisis statistik yang telah dilakukan. 2 Perubahan pada sifat fisik antara lain: peningkatan nilai bobot isi, penurunan nilai porositas, penurunan nilai air tersedia, serta penurunan nilai permeabilitas. Perubahan pada sifat kimia antara lain: penurunan nilai C-Organik, N-Total, P tersedia, K, serta KTK. 3 Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai bobot isi, porositas, air tersedia, C-Organik, N-Total, P Bray, K dan KTK pada plot RIL, CNV, dan Kontrol tidak berbeda nyata. Sedangkan nilai permeabilitas pada plot CNV berbeda nyata dengan plot RIL dan Kontrol. 4 Perubahan sifat fisik dan kimia tanah pada plot RIL lebih kecil dibandingkan dengan plot CNV. Hal ini berarti bahwa teknik Reduced Impact Logging RIL lebih baik dibandingkan dengan teknik Conventional Logging CNV.

6.2. Saran