BAB III. BUDIDAYA BEBERAPA TANAMAN HORTIKULTURA

(1)

BAB III. BUDIDAYA BEBERAPA

TANAMAN HORTIKULTURA

Deskripsi Singkat

Pokok Bahasan : Budidaya Beberapa Tanaman Hortikultura Waktu : 2 (satu) kali tatap muka pelatihan

Tujuan : Agar Praja mampu menjelaskan budidaya beberapa tanaman hortikultura yang dapat ditanam dengan pola Green House dan Shading House

Metode : Ceramah, diskusi dan peragaan

A.

BUDIDAYA TANAMAN SAWI

1. Pendahuluan

Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain. Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau (Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica rapa kelompok pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalah sesawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica oleracea kelompok alboglabra) adalah sejenis sayuran daun lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuran mi goreng. Sawi sendok (pakcoy atau bok choy) merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal pula dalam dunia boga Indonesia.


(2)

Gambar 1. Beberapa Jenis Sawi Sawi Hijau Sawi Putih

Sumber : cozyeslife.blogspot.com Sumber : agrobost.wordpress.com

2. Manfaat

Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.

3. Jenis Sawi

Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Petani kita hanya mengenal 3 macam sawi yang biasa dibudidayakan yaitu : sawi putih (sawi jabung), sawi hijau, dan sawi huma. Sekarang ini masyarakat lebih mengenal caisim alias sawi bakso. Selain itu juga ada pula jenis sawi keriting dan sawi sawi monumen. Caisim alias sawi bakso ada juga yang menyebutnya sawi cina., merupakan jenis sawi yang paling banyak dijajakan di pasar-pasar dewasa ini. Tangkai daunnya panjang, langsing, berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Rasanya yang renyah, segar, dengan sedikit sekali rasa pahit. Selain enak ditumis


(3)

atau dioseng, juga untuk pedangan mie bakso, mie ayam, atau restoran cina.

4. Syarat Tumbuh

Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia ini. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7.

5. Budidaya Tanaman Sawi

Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman. Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tumpang sari. Tanaman yang


(4)

dapat ditumpangsarikan antara lain : bawang dau, wortel, bayam, kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan terlebih dahulu. Berikut ini akan dibahas mengenai teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan.

a. Benih

Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman (Gambar 2).

Gambar 2. Benih Sawi

Sumber : agrobis.wordpress.com

Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan,


(5)

tempat penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.

b. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).

c. Pembibitan

Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3 meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm. Dua minggu


(6)

sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl. Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 – 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.

d. Penanaman

Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.

e. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman sawi,


(7)

disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan.

f. Penanaman Vertikultur

Langkah – angkah penanaman secara vertikultur adalah sebagai berikut : 1. Benih disemaikan pada kotak persemaian dengan media pasir.

Bibit dirawat hingga siap ditanaman pada umur 14 hari sejak benih disemaikan.

2. Sediakan media tanam berupa tanah top soil, pupuk kandang, pasir dan kompos dengan perbandingan 2:1:1:1 yang dicampur secara merata.

3. Masukkan campuran media tanam tersebut ke dalam polibag yang berukuran 20 x 30 cm.

4. Pindahkan bibit tanaman yang sudah siap tanam ke dalam polibag yang tersedia. Tanaman yang dipindahkan biasanya telah berdaun 3 – 5 helai.

5. Polibag yang sudah ditanami disusun pada rak-rak yang tersedia pada Lath House.

g. Penanaman Hidroponik

Langkah-langkah penanaman secara hidroponik adalah sebagai berikut :

1. Siapkan wadah persemaian . Masukkan media berupa pasir halus yang disterilkan setebal 3 – 4 cm. Taburkan benih sawi di atasnya selanjutnya tutupi kembali dengan lapisan pasir setebal 0,5 cm.


(8)

2. Setelah bibit tumbuh dan berdaun 3 – 5 helai (umur 3 – 4 minggu0, bibit dicabut dengan hati-hati, selanjutnya bagian akarnya dicuci dengan air hingga bersih, akar yang terlalu panjang dapat digunting. 3. Bak penanaman diisi bagian bawahnya dengan kerikil steril setebal

7 – 10 cm, selanjutnya di sebelah atas ditambahkan lapisan pasir kasar yang juga sudah steril setebal 20 cm.

4. Buat lubang penanaman dengan jarak sekitar 25 x 25 cm, masukkan bibit ke lubang tersebut, tutupi bagian akar bibit dengan media hingga melewati leher akar, usahakan posisi bibit tegak lurus dengan media.

5. Berikan larutan hidroponik lewat penyiraman, dapat pula pemberian dilakukan dengan sistem drip irigation atau sistem lainnya, tanaman baru selanjutnya dipelihara hingga tumbuh besar.

Hama dan Penyakit 1. Hama.

- Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.). - Ulat tritip (Plutella maculipennis).

- Siput (Agriolimas sp.). - Ulat Thepa javanica. - Cacing bulu (cut worm). - Penyakit

2. Penyakit akar pekuk.

- Bercak daun alternaria. - Busuk basah (soft root).

- Penyakit embun tepung (downy mildew). - Penyakit rebah semai (dumping off). - Busuk daun.

- busuk Rhizoctonia (bottom root). - Bercak daun.


(9)

Panen Dan Penanganan Pasca Panen

Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya. Umur panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari. Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun. Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau tajam. Pasca panen sawi yang perlu diperhatikan adalah :

- Pencucian dan pembuangan kotoran. - Sortasi.

- Pengemasan. - Penympanan. - Pengolahan.

B.

BUDIDAYA PAPRIKA

Gambar 3. Paprika

Sumber : http//www.freshplaza.com

1. Persiapan Greenhouse

Persiapan greenhouse meliputi sanitasi dan sterilisasi. Sanitasi dilakukan dengan membuang sisa tanaman yang masih ada didalam greenhouse. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan penularan penyakit dan hama yang ada pada sisa tanaman itu.


(10)

Gambar 3. Sterilisasi Greenhouse

Sumber : http//www.images.miarusmiaty.multiply.multiplycontent.com Sterilisasi greenhouse dilakukan dengan menggunakan bahan kimia seperti Lysol dan Formalin untuk membunuh bibit penyakit yang dapat menyerang tanaman paprika. Untuk musim tanam berikutnya, dilakukan penggantian plastik mulsa greenhouse yang berfungsi untuk menjaga kelembaban daerah sekitar perakaran tanaman paprika.

2. Pembibitan

Benih paprika sebelum ditanam di dalam greenhouse disemai dahulu agar lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan tanam nanti. Teknis pembibitan paprika adalah sebagai berikut :

Benih terlebih dahulu direndam dengan air hangat kuku selama 30 menit.

Media tanam berupa arang sekam atau rockwool dibasahi dengan air bersih dan dipastikan agar media basah sampai merata dan dibiarkan sesaat agar air siraman yang berlebihan menetes.

Apabila menggunakan media Rockwool, dibuat lubang kecil pada Rockwool dan apabila menggunakan arang sekam dibuat garitan kecil yang saling berpotongan pada sekam dengan jarak + 2 x 2 cm. Benih diletakkan satu persatu pada setiap lubang dengan posisi calon lembaga (titik tumbuh) menghadap ke bawah ± 0,5 cm


(11)

dengan menggunakan pinset, setelah semua benih disemai kemudian tutup dengan plastik mulsa.

Benih-benih tersebut ditaruh dilemari semai (germnation chamber) dengan suhu optimal 20-25 ºC dan RH 70%-90%. Suhu dan RH dapat diatur dengan cara memasang lampu jika suhu rendah dan jika kelembaban rendah semprotkan air ke dalam lemari semai dengan menggunakan hand sprayer.

Benih akan berkecambah dalam waktu ± 7 hari, plastik mulsa dibuka kemudian bibit dipindahkan ke tempat yang ada sinar dengan tetap menjaga suhu dan kelembaban.

Bibit dengan kotiledon tumbuh sempurna, dipindahkan ke polybag 15 x 15 cm yang telah dibasahi dengan larutan nutrisi dengan EC 1,5 mS/cm dan pH 5,5.

Pemeliharaan di persemaian/pembibitan meliputi penyiraman 1-2 kali sehari (tergantung cuaca, fase pertumbuhan bibit, dan media yang digunakan), pengendalian hama dan penyakit selama di nursery misalnya Trips, Mite, Leaf miner, rebah kecambah dll) dan yang tak kalah pentingnya adalah pengaturan kembali jarak antar tanam agar daun tanaman tidak saling menutupi.

Bibit siap ditanam ke greenhouse produksi setelah berumur ± 21-30 hari di polybag atau sudah berdaun ± 5 helai.

Gambar 4. Persemaian Paprika


(12)

Gambar 5. Pembibitan dan Pengecekan Bibit Paprika

Sumber : http//www.ediskoe.blogspot.com

3. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit yang telah berumur + 21-30 hari pada media tanam yang lebih besar yang telah disusun di dalam greenhouse. Media yang digunakan untuk penanaman ini adalah arang sekam. Pemindahan tanaman dilakukan dengan cara :

Bibit diletakkan di sisi polybag untuk penyesuaian cuaca.

Media tanam disiram sampai basah dengan larutan hara sebanyak 2 liter.

Regulating stick dicabut dan dikeluarkan dari media.

Bagian tengah media dilubangi dan tambahkan karbofuram 1 g/polybag.

Bibit disiram dan dikeluarkan beserta medianya dengan cara membalikkan polybag bibit sambil menyangga bibit dengan tangan. Bibit dimasukkan ke lubang tanam, dan media dirapatkan di sekitar batang.


(13)

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman paprika meliputi pemupukan, pengajiran, pemangkasan, penjarangan buah, dan pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan dilakukan bersamaan dengan penyiramaan/irigasi. Pupuk dilarutkan dalam air kemudian ditampung di dalam tangki air untuk irigasi tetes. Frekuensi pemberian pupuk ini tergantung pada kondisi cuaca dan umur tanaman. Pada kondisi cuaca panas, pemberian pupuk dilakukan lebih sering untuk menjaga supaya tanaman tidak layu. Waktu pemberian pupuk dilakukan pada pukul 8:00, 10:00, 12:00, 14:00, dan 16:00 dengan lama tiap pemberian selama 2 menit.

Terdapat 2 sistem irigasi pada hidroponik paprika di Kabupaten Bandung. Sistem irigasi pertama menggunakan metode penyiraman tanaman satu per satu menggunakan selang. Sistem irigasi kedua menggunakan irigasi tetes dimana pada masing-masing polybag tanaman dipasang pipa kecil yang terhubung dengan tangki penyimpanan air. Dengan irigasi tetes penyiraman tanaman dilakukan sekaligus pada seluruh tanaman pada waktu yang bersamaan. Skema irigasi tetes dapat dilihat pada Gambar 6.

Pada tanaman yang masih muda larutan pupuk diberikan sebanyak 0,5 liter per pohon dan pada tanaman dewasa diberikan sebanyak 1,2 liter per pohon. Salah satu sistem irigasi yang digunakan petani paprika di Kabupaten Bandung menggunakan sistem irigasi tetes. Pada sistem irigasi tetes ini, selain seluruh polybag tanaman mendapat penyiraman yang bersamaan, volume penyiraman lebih terkontrol sehingga lebih efisien dalam hal waktu dan volume penyiraman.


(14)

Gambar 6. Skema Irigasi Tetes pada Sistem Hidroponik

Sumber : http//www.images.miarusmiaty.multiply.multiplycontent.com Gambar 7. Pengajiran

Sumber : http//www. hebatdesaku.com

Pengajiran dilakukan dengan melilitkan benang pada tanaman paprika untuk menopang tanaman paprika. Dengan penopangan tanaman akan diperoleh bentuk tanaman yang sesuai dengan kegiatan produksi secara maksimal, terutama dalam efisiensi lahan. Pengajiran dilakukan pada tanaman yang berumur 2 minggu setelah tanam.


(15)

Pemangkasan dilakukan untuk membentuk tanaman sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman maksimal. Pemangkasan ini meliputi pemangkasan cabang dan tunas (pewiwilan), pemangkasan daun dan pemangkasan bunga.

Pemangkasan cabang dan tunas dilakukan dengan mengatur dan mengurangi cabang dan tunas di ketiak daun sehingga hanya ada 2 cabang utama. Pemangkasan ini dilakukan sampai bunga yang dipelihara tumbuh dan mekar.

Pemangkasan daun dilakukan dengan membuang semua daun pada batang utama, daun yang tua dan sakit serta daun yang terlalu rimbun.

Pemangkasan bunga dilakukan sampai tanaman berusia 4 minggu setelah tanam. Bunga yang muncul sebelum 4 minggu setelah tanam dibuang. Dari satu ketiak daun sebaiknya hanya dipelihara 1 bunga agar buah yang dihasilkan besar dan berkualitas.

Gambar 8. Tanaman Paprika Hasil Pemangkasan


(16)

Gambar 9. Pemeliharaan Paprika

Sumber : http//www.images.miarusmiaty.multiply.multiplycontent.com Salah satu kendala dalam pertanian yang menggunakan sistem monokultur adalah penyebaran penyakit dan hama yang sangat cepat jika tidak segera ditangani. Untuk mencegah penyebaran penyakit dan hama, dilakukan tindakan seperti pengamatan dini pada serangan hama dan penyakit, membuang dan membakar tanaman yang terkena serangan dan penyemprotan pestisida.

5. Pemanenan

Dalam pemanenan perlu diperhatikan beberapa hal seperti waktu dan cara pemanenan. Berdasarkan waktu, pemanenan dibagi menjadi 2, yaitu panen buah matang hijau dan panen buah matang berwarna (merah, kuning, orange). Penggolongan ini disesuaikan dengan permintaan pasar dan harga jual.

Pada saat pemetikan harus diusahakan agar tidak merusak ranting atau tanaman yang masih muda. Buah paprika sebaiknya dipanen beserta tangkai buahnya dengan menggunakan gunting atau pisau tajam. Diusahakan agar tangkai buah tidak terlepas dari buah atau tertinggal di cabang tanaman karena buah akan mudah terserang patogen.


(17)

Gambar 10. Pemanenan Paprika

Sumber : http//www.images.miarusmiaty.multiply.multiplycontent.com

6. Pascapanen

Pada tahap pascapanen, buah paprika yang telah dipanen dicuci. Pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan sisa pestisida yang ada pada buah paprika. Selain itu, pencucian ini juga bertujuan untuk menurunkan panas lapang buah sehingga transpirasi buah menurun. Setelah dilakukan pencucian, buah paprika kemudian disortasi dan digrading.

C.

Budidaya Mentimun

Gambar 11. Mentimun bentuk love dan star


(18)

1. Pendahuluan

Mentimun dibudidayakan dimana-mana, baik di ladang, halaman rumah atau di rumah kaca gambar 12.

Gambar 12. Tanaman mentimun

Sumber : http//www.ijolhumut.blogspot.com

Tanaman ini tidak tahan terhadap hujan yang terus menerus. Pertumbuhannya memerlukan kelembaban udara yang tinggi, tanah subur yang gembur dan mendapat sinar matahari penuh dengan drainage yang baik. Mentimun sebaiknya dirambatkan ke para-para dan tumbuh baik dari dataran rendah sampai 1.300 m dpl (Gambar 11).

Gambar 13. Tanaman mentimun yang menjalar

Sumber : Sumber :


(19)

Tanaman ini diduga berasal dari daerah pegunungan Himalaya di India Utara. Tanaman semusim, merayap atau merambat, berambut kasar, berbatang basah, panjang 0,5-2,5 m. Tanaman ini mempunyai sulur dahan berbentuk spiral yang keluar di sisi tangkai daun. Daun tunggal, letak berseling, bertangkai panjang, bentuknya bulat telur lebar, bertaju 3-7, dengan pangkal berbentuk jantung, ujung runcing, tepi bergerigi. Panjang 7-18 cm, lebar 7-15 cm, warnanya hijau. Bunganya ada yang jantan berwarna putih kekuningan, dan bunga betina yang bentuknya seperti terompet. Buah bulat panjang, tumbuh bergantung, warnanya hijau berlilin putih, setelah tua warnanya kuning kotor, panjang 10--30 cm, bagian pangkal berbintil, banyak mengandung cairan. Bijinya banyak, bentuknya lonjong meruncingi pipih, warnanya putih kotor. Daun dan tangkai muda bisa dimakan sebagai lalab mentah atau dikukus. Buahnya bisa dimakan mentah, direbus, dikukus atau disayur. Bisa juga dibuat acar atau dimakan bersama rujak. Banyak jenis mentimun yang ada di pasar, seperti mentimun biasa, mentimun krai, mentimun wuku, mentimun poan dan mentimun watang. Perbanyakan mentimun dilakukan dengan menggunakan biji.

2. Syarat Tumbuh a. Iklim

Ketinggian tempat : 1 m - 1.000 m di atas permukaan laut dengan curah hujan tahunan : 800 mm - 1.000 mm/tahun. · Bulan basah (di atas 100 mm/bulan) : 5 bulan - 7 bulan dan bulan kering (di bawah 60 mm/bulan) : 4 bulan - 6 bulan. Suhu udara sebesar 170 C - 230 C · dengan kelembapan : sedang. Penyinaran yang dibutuhkan antara sedang - tinggi b. Tanah ·dengan tekstur lempung, dan · drainase yang baik. Kedalaman air tanah antara 50 cm - 200 cm dari permukaan tanah · Kedalaman perakaran di atas 15 cm dari permukaan tanah. · Kemasaman tanah (pH) : 5,5 - 6,8 dan tingkat kesuburan yang tinggi.


(20)

2. Pedoman Bertanam

a. Pegolahan Tanah, Pencangkulan tanah sedalam 30 cm lalu diratakan, dibuat bedengan ukuran 120 cm x (300 - 500) cm. · Pada bedengan dibuat lubang dan diberi pupuk kandang 1 kg - 2 kg/lubang. b. Persiapan Bibit · Tanaman mentimun dapat diperbanyak dengan biji. c. Penanaman · Biji ditanam langsung ke dalam lubang tanam. Setiap lubang diberi 2 butir - 3 butir. · Jarak tanam 50 cm x 100 cm · Sediakan turus untuk merambat mentimun.

Gambar 14. Biji mentimun

Sumber : http//www.aggie-horticulture.tamu.edu

Gambar 15. Pembibitan mentimun


(21)

D.

Budidaya Krissan

Gambar 16. Aneka bunga krisan

Sumber : Sumber :

http//www.duniakembang.blogspot.com http//www.connecti.biz

1. Pendahuluan

Budidaya krisan di Indonesia umumnya dilakukan di dalam rumah lindung yang dapat berupa rumah kaca atau rumah plastik. Rumah lindung ini berfungsi untuk memberikan kondisi lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan tanaman krisan yang optimal. Modifikasi lingkungan tumbuh pun dapat dilakukan melalui penerapan teknik budidaya yang sesuai hingga memberikan iklim mikro yang optimal untuk pertumbuhan tanaman dan mengurangi pengaruh negatif lingkungan seperti intensitas cahaya matahari yang tinggi, terpaan air hujan langsung dan amplitudo suhu harian yang tinggi serta serangan serangga hama dan patogen.

2. Syarat Tumbuh

Tanaman krisan dapat tumbuh baik pada ketinggian tempat 700 m

– 1200 m dpl dengan suhu udara antara 20◦C – 26◦C untuk pertumbuhan dan antara 16◦C – 18◦C untuk pembungaan dengan kelembaban udara

antara 70% - 80%. Untuk pertumbuhan akar pada saat awal pertumbuhan diperlukan kelembaban 90% - 95%. Tingkat keasaman tanah PH 6,2 – 6,7


(22)

dan EC 0,8 Ms/cm-1 Ms/cm. Tanaman krisan merupakan tanaman hari pendek (short day plant) yaitu tanaman akan segera berbunga pada hari panjang hari (jumlah jam terangnya) kurang dari 14,5 jam. Di Indonesia panjang hari dan panjang malam hampir sama yaitu 12 jam, oleh karena itu diperlukan penambahan cahaya dengan tujuan memperpanjang fase vegetatif, agar bagian vegetatif tanaman dapat tumbuh kuat dan dapat mengatur ketingiian tanaman.

3. Budidaya Krisan

a. Penyiapan rumah lindung

Tujuan membuat rumah lindung adalah untuk melindungi tanaman dari keadaan cuaca, lingkungan dan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan kualitas bunga yang dihasilkan. Rumah lindung dibuat ukuran 100 m2 memanjang sesuai keadaan tanah, tinggi 4 m dari permukaan tanah. Rumah lindung menggunakan rangka bambu, atapnya menggunakan plastik UV, sedangkan bagian samping ditutup dengan screen halus berdiameter 1 mm.

b. Penyiapan sarana dalam rumah lindung

- Menyiapkan bedengan (tinggi 25 cm dan lebar 1 m) memanjang searah panjang rumah lindung.

- Dibuat jaring penegak tanaman dengan lubang anyaman sesuai jarak tanam yang digunakan

- Menyiapkan bak air lengkap dengan sarana penunjang lainnya seperti slang palstik, ember dsb untuk memudahkan mengairi tanaman krisan.

- Memasang instalasi listrik, lampu dan pengatur waktu atau timer (bila memungkinkan) untuk pemberian cahaya tambahan bagi tanaman, dengan jarak titik lampu 2 mx 2 m dan tinggi 1,5 m dari atas permukaan bedengan. Intensitas cahaya tambahan


(23)

diusahakan sekitar 70-100 lux selama sekitar 4 jam pada malam hari.

- Menyediakan peralatan pemeliharaan seperti gunting stek, cangkul, embrat dsb untuk memudahkan proses pemeliharaan tanaman dan panen.

c. Persiapan tanam

Tanah diolah secara sempurna sedalam sekitar 30 cm menggunakan cangkul, dan gulma dibuang ke luar rumah lindung.

- Tanah dikering anginkan selama 2 minggu, pada periode ini tanah tidak boleh diberi air atau terbasahi.

- Dibuat bedengan memanjang sesuai panjang rumah lindung, tanah diolah ringan dengan mencampur pupuk kandang (sudah matang) sebanyak 3 kg/m2. Pada saat yang bersamaan, bedengan diberi pupuk dasar berupa 20 g Urea/m2, 30 g SP-36/m2, dan 35 g KCl/m2 , dicampur secara merata. Untuk tanah dengan kemasaman tinggi, perlu ditambahkan kapur.

d. Tanam

- Sehari sebelum tanam, bedengan diberi air sampai kapasitas lapang.

- Dibuat lubang tanam dengan bambu atau penugal, jarak tanam 12,5 cm x 12,5 cm.

- Memperoleh tinggi tanaman yang dikehendaki sebelum tanaman dibungakan. Intensitas cahaya lampu 70-100 lux atau setara dengan intensitas cahaya lampu pijar 75-100 watt atau TL 40 watt. Pemberian cahaya lampu menggunakan metode nite-break (siklik) dengan pola 10-20×6 (10 menit lampu menyala diikuiti dengan 20 menit lampu dimatikan dalam satu siklus/6 kali) selama 4 jam dari jam 22.00-02.00 setiap hari. Setelah tanaman umur 30 hari, pemberian cahaya tambahan dihentikan.


(24)

- Pupuk susulan diberikan saat tanaman umur 2 minggu dan 40 hari dengan pupuk majemuk NPK takaran 50 g/m2. Untuk menunjang pertumbuhannya, tanaman juga Memasang jaring penegak tanaman yang dibuat dari anyaman plastik, untuk membantu agar tanaman nantinya dapat tumbuh tegak. Lebar anyaman disesuaikan dengan jarak tanam.

- Bibit berupa stek berakar ditanam pada masing-masing lubang tanam (kerapakan 64 tanaman/m2). Setelah tanam, bedengan diberi air secukupnya agar tanaman tidak mati.

e. Sulam

Satu minggu setelah tanam, bibit yang mati atau tumbuh tidak normal diganti bibit baru dengan umur sama.

f. Pemeliharaan

- Seiring dengan pertumbuhan tanaman, jaring penegak tanaman dinaikkan perlahan-lahan agar arah pertumbuhan tanaman tetap tegak lurus (tidak miring atau roboh). Jaring penegak ini dipertahankan hingga panen. Setelah panen, jaring penegak disimpan untuk digunakan pada tanam berikutnya.

- Selama 7 hari setelah tanam, tanaman diairi setiap hari hingga membasahi seluruh bedengan. Setelah 1 minggu dari tanam, tanaman diairi empat kali seminggu. Pemberian air biasa disiram, menggunakan metode springkle, trikle atau drip.

- Pemberian hari panjang dengan cara memberi tambahan cahaya lampu pada malam hari, dimaksudkan untuk mempertahankan fase vegetatif dalam jangka waktu tertentu guna perlu tambahan pupuk cair mulai awal pertumbuhan tanam hingga menjelang panen, takaran sesuai anjuran dengan selang waktu 2 kali seminggu. - Setiap 2 minggu dilakukan pembersihan gulma dengan cara


(25)

menutup tanah, frekuensi menyiang dikurangi sesuai kebutuhan. Pembersihan rumput juga perlu dilakukan di areal di luar rumah lindung.

g. Pengendalian hama dan penyakit

- Hama yang merusak krisan antara lain pengorok daun (Liriomyza sp) dan trip (Thrip parvispinus), sedangkan penyakitnya adalah karat daun (Puccinia horiana) dan busuk akar-pangkal batang (Pythium sp). Hama pengorok daun dapat dikendalikan dengan memotong dan membuang daun terserang, tanam varietas tahan, insektisida berbahan aktif abamektin, amitraz, klorfenapir, atau siromazin. Hama trip, dapat dikendalikan dengan cara memotong dan membuang daun/bunga terserang, atau menyemprot tanaman menggunakan insektisida berbahan aktif merkaptodimetur.

- Penyakit karat daun , dapat dikendalikan dengan menanam varietas tahan, memotong dan membuang daun sakit, menggunakan jarak tanam lebar, atau menggunakan fungisida berbahan aktif karbendazim. Penyakit busuk akar-pangkal batang menyebabkan tanaman layu dan mati, dapat dikendalikan dengan menggunakan pupuk kandang yang sudah jadi, menanam stek sehat, atau mencabut tanaman sakit lalu membuangnya ke luar rumah lindung, dan bekas cabutan diberi fungisida. sedangkan penyakitnya adalah karat daun (Puccinia horiana) dan busuk akar-pangkal batang (Pythium sp). Penyakitt karat daun terjadi pada daun, dapat dikendalikan dengan menanam varietas tahan, memotong dan membuang daun sakit, menggunakan jarak tanam lebar, atau menggunakan fungisida berbahan aktif karbendazim.


(26)

h. Panen

Bila bunga pada seluruh pertanaman telah 80% mekar sempurna, tanaman bunga krisan bisa dipanen, dengan memotong batang krisan setinggi 10 cm dari permukaan bedengan menggunakan pisau atau gunting yang tajam. Panen sebaiknya pada pagi hari jam 06.00-08.00.

Gambar 17. Bunga krisan yang siap dipanen dan dijual

Sumber : Sumber :

http//www.swaiklan.com http//www.deptan.go.id

E.

Budidaya Lily

1. Pendahuluan

Lily (Lilium sp.) merupakan salah satu tanaman bunga potong yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Warna menarik yang dimilikinya menempatkan bunga tersebut sebagai hiasan yang memikat bagi penggemarnya sepanjang masa. Lily di Indonesia dibudidayakan di daerah pegunungan dan dapat ditanam sepanjang tahun. Daerah penghasil bunga lily yang potensial saat ini adalah: Cipanas-Puncak, Sukabumi, Lembang dan Bogor.


(27)

Gambar 18. Aneka bunga lily

Sumber : Sumber :

http//www.canadianfarmersmarket.com http//www. greenhousecanada.com

Gambar 19. Aneka rangkaian bunga lily

Sumber : http//www.flickr.com

Tuntutan akan kebutuhan bunga potong lily semakin ; meningkat, tetapi kebutuhan tersebut belum dapat dipenuhi oleh para produsen bunga potong di Indonesia. Untuk dapat menghasilkan kualitas bunga yang baik dibutuhkan kualitas bibit yang baik, serta teknik budi daya yang baik pula. Sampai saat ini, bibit lily masih diimpor dari negeri Belanda dengan harga yang cukup mahal, karena bibit lily belum ada atau belum


(28)

banyak diprodiiksi di Indonesia. Dalam tulisan ini tidak dibahas tentang lily lokal (krek lily) karena waktu panennya sulit untuk diprediksi.

Lily merupakan tanaman yang memiliki umbi sejati (bulb), bentuknya cawan yang dikelilingi oleh sisik. Sisik-sisik tersebut menyerupai lembaran yang berdaging dan dapat dipisahkan dengan mudah yang kemudian dapat ditumbuhkan menjadi tunas (tanaman baru). Cara seperti itu adalah salah satu jalan untuk memperbanyak tanaman lily. Tanaman lily dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: lily asiatik, lily oriental, dan lily longiflorum.

Lily asiatik yang biasa digunakan di Kebun Ciputri memiliki ukuran lingkar umbi 10-14 cm. Batang tanaman tegar, dengan panjang berkisar antara 50-100 cm. Daunnya melekat pada batang dan tumbuh berseiang-seling, bentuk daunnya lanset meruncing dan tidak bertangkai daun. Tandan bunga berada di ujung batang, terdiri dari 4-15 kuntum bunga per batang. Bunga lily asiatik bermacam-macam warnanya, sesuai dengan jenisnya.

Lily oriental yang biasa digunakan di Kebun Ciputri memiliki ukuran lingkar umbi 1418 cm. Tinggi tanaman bisa mencapai antara 50-85 cm. Daun lily oriental lebih besar dari lily asiatik. Setiap batang bunga mempunyai 2-6 kuntum bunga. Bunganya berbentuk seperti mangkuk, dan bila sudah mekar baunya harum.

Lily longiflorum yang biasa digunakan di Kebun Ciputri mempunyai ukuran lingkar umbi 12-14 cm dan 14-16 cm. Batang tanaman tegar, tingginya antara 50-100 cm. Daunnya melengkung, lebih panjang dan lebih besar daripada daun lily asiatik. Bunganya berbentuk seperti terompet, dengan jumlah bunga 2-5 kuntum per tangkai.

2. Syarat Tumbuh

Lily dapat tumbuh secara optimal pada dataran tinggi antara 400- l .500 meter di atas permukaan laut. Tanaman tumbuh dengan baik pada tanah yang subur dan gembur yang mengandung banyak bahan organik


(29)

sehingga airasi dan drainase tanah cukup baik. Keasaman tanah yang optimal adalah memiliki pH antara 5,5-7, dengan temperatur udara antara 20-25°C pada siang hari dan10-15°C pada malam hari.

3. Budidaya Tanaman

a. Rumah Naungan Tanaman

Sebelum pelaksanaan penanaman dimulai, yang perlu dipersiapkan adalah rumah naungan tanaman. Kerangka rumah naungan tanaman dapat dibuat dari bambu, kayu, atau besi dengan atap plastik yang tembus cahaya. Rumah naungan tanaman dibuat untuk menghindari air hujan, mencegah panas yang terlalu tinggi, mencegah terpaan angin, dan menciptakan lingkungan tumbuh yang lebih baik.

Gambar 17. Penanaman bunga lily dalam greenhouse

Sumber : http//www.gardenphotography.blogspot.com

b. Pengolahan Tanah

Tanaman lily memerlukan media tumbuh yang gembur dan cukup aerasi agar pertumbuhan akarnya bisa optimal. Sebelum tanah diolah sebaiknya kondisi lahan sudah dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman lainnya. Untuk menjaga struktur tanah tetap baik perlu ditambahkan pupuk kandang, volume yang biasa digunakan yaitu 1,5-3


(30)

m3/100 m2. Penambahan pupuk kandang ini mutlak dilakukan untuk jenis tanah yang kandungan liatnya tinggi. Cara pemberian pupuk kandang dilakukan dengan menyebarnya secara merata di atas lahan bersama-sama dengan pupuk dasar yaitu SP 36 sebanyak 75 gram/m2 dan kapur dolomit sebanyak 300 gram/m2. Apabila pH tanah terlalu rendah maka harus dilakukan pengapuran, seperti dijelaskan pada Bab Pupuk dan Pemupukan. Setelah pupuk kandang dan pupuk dasar disebar selanjutnya lahan dicangkul sedalam 20-30 cm dan diaduk secara merata.

c. Persiapan tanam

Sebelum membuat lubang tanam untuk bulb sebaiknya sarana irigasinya sudah disiapkan. Pada penanaman lily, pembuatan bedengan tidak dilakukan sebelum penanaman bulb, melainkan setelah bulb ditanam, oleh karena itu alat irigasinya direncanakan sesuai dengan lebar bedeng yang direncanakan. Lebar bedeng sebaiknya tidak terlalu besar agar sebaran air irigasi lebih merata ke seluruh permukaan bedeng, dan apabila menggunakan pipa PVC untuk pemasangan sprinkler sebaiknya cukup menggunakan satu jalur di tengah bedeng. Cara pemasangan alat irigasi harus mempertimbangkan kemudahan dalam membuat lubang penanaman yang akan dilakukan.

Setelah alat irigasi terpasang, lahan sudah siap dibuat lubang tanam. Untuk mempermudah pembuatan lubang tanam, alat irigasi berupa ctrip atau pipa fleksibel sebaiknya digulung terlebih dahulu.

Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan mengangkat tanah yang akan dibuat bedengan, setengah diangkat ke kiri dan setengah lagi ke kanan, seperti pada Gambar 10-4.1 di halaman berikut.

Lebar lubang tanam dibuat antara 80-100 cm, panjang sesuai dengan panjang rumah tanaman, kedalaman 10-1 ~, cm dan jarak antarlubang tanam 40 cm, bagian ini nantinya yang akan digunakan sebagai jalan antarbedengan.


(31)

d. Populasi tanaman

Populasi tanaman untuk lily ditentukan dengan mempertimbangkan jenis lily dan ukuran bulb yang akan ditanam. Hal ini disebabkan setiap jenis memiliki struktur daun yang berbeda, demikian juga dengan ukuran bulb, semakin besar ukurannya akan menghasilkan tanaman yang lebih besar, sehingga populasinya harus dibedakan. Sebagai acuan pemakaian populasi tanaman dapat diperhatikan Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Populasi Tanaman per Meter Persegi sesuai dengan Jenis dan Ukuran Keliling Bulb

Jenis 12-14 14-16 16-18

Asiatik hibrid Oriental Stargaser Casablanca Longiflorum 35-65 45-55 35-45 45-55 50-60 40-50 30-40 40-50 40-50 40-50 25-35 35-45

e. Penanaman

Penanaman dilakukan pada lubang tanam yang sudah dibuat dan menggunakan populasi bulb sesuai pada Tabel 1. Sebelum bulb ditanam, lubang tanam disiram sampai pada kondisi kapasitas lapang, untuk itu dibutuhkan air sekitar 5-10 liter per meter persegi. Cara penanaman dilakukan dengan meletakkan bulb di atas lubang tanam dengan posisi tunas bulb menghadap ke atas.

Setelah bulb diletakkan dengan baik, selanjutnya ditutup dengan tanah di pinggir lubang secara hati-hati jangan sampai posisi bulb miring, karena akan menyebabkan tunas yang tumbuh miring dan lebih lama. Penutupan tanah dilakukan sampai permukaan bedeng setinggi 6 - 10 cm di atas bulb. Setelah bulb ditutup dan telah terbentuk bedengan, selanjutnya dilakukan penyiraman sampai kondisi kapasitas lapang.


(32)

Contoh Proyeksi Penanaman Lily

Apabila diinginkan pemanenan yang berkesinambungan maka penanaman juga dilakukan secara rutin, berikut ini akan disampaikan contoh skedul penanaman lily asiatik.

Tabel 2. Skedul Tanaman Lily

Kegiatan Skedul Tanaman

Tanam (bibit)

Minggu I Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 dst.

1150 1150 1150 1150 1150

Panen (batang)

Minggu 8 Minggu 9 Minggu 10 Minggu 11 Minggu 12 dst.

1092 1092 1092 1092 1092

Keterangan:

Penanaman pada minggu ke-1 dengan kondisi cuaca yang normal yaitu dengan intensitas cahaya matahari penuh diharapkan bunganya dapat dipanen pada minggu ke-8, sedangkan bila intensitas cahaya matahari kurang pemanenan bunga bisa mundur. Apabila penanaman dilakukan secara rutin setiap satu minggu maka pemanenan bisa dilakukan secara rutin setiap hari, karena kematangan bunga tidak serempak dalam satu hari melainkan bisa berselang dalam satu minggu. Dengan asumsi tingkat keberhasilan tanam 95%, dengan penanaman 1.150 bulb per minggu, akan terpanen 1.092 tangkai bunga per minggu. Jadi rata-rata panen per hari adalah 156 batang.

f. Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua hari sekali atau tergantung dari kondisi tanah. Tanaman lily pada umumnya menghendaki kondisi tanah yang selalu lembap tetapi tidak terlalu basah. Apabila kondisi tanah kering


(33)

maka pertumbuhan tanaman akan lambat dan kerdil karena tanaman lily sangat peka terhadap kondisi tanah yang kering.

Air yang digunakan untuk penyiraman harus bersih dari hama penyakit karena tanaman lily sangat peka terhadap serangan cendawan, dengan sistem irigasi sprinkler penyiraman dilakukan selama kurang lebih 5 menit.

g. Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma sangat penting dilakukan untuk menghindari persaingan dalam penyerapan unsur hara dan untuk kebersihan lingkungan. Penyiangan dilakukan pada tanaman umur 3 minggu dan umur 7 minggu setelah tanam, atau tergantung dari banyaknya gulma yang tumbuh di areal pertanaman. Selain mencabut gulma di sekitar tanaman, daundaun tanaman yang kering juga dibuang.

h. Pemupukan

Pemberian pupuk lanjutan dilakukan untuk menyediakan hara bagi tanaman, pupuk yang diberikan yaitu: Ca(NO,)„ KNO~ dan MgSOa.

Pemupukan dilakukan 3 - 4 kali tergantung pada umur tanaman. Untuk lily asiatik yang hanya berumur 8 minggu, pemupukan cukup dilakukan 3 kali saja, sedangkan lily longiflorum dan oriental memiliki umur yang lebih panjang sehingga pemupukan dilakukan sampai 4 kali.

Pemupukan pertama dilakukan ketika tunas lily sudah keluar dari permukaan sepanjang 10 - 15 cm, yaitu pada umur 15 - 20 hari setelah tanam, pemupukan kedua t umur 30 - 35 hst, pemupukan ketiga umur 45 - 50 hst, dan pemupukan keempat pada umur 60 - 65 hst. Sedangkan jenis pupuk yang digunakan bisa dilihat pada Tabel 3.


(34)

Tabel 3. Jenis pupuk yang digunakan setiap tahap pemupukan

Jenis Lily Tahap Pemupukan

I II III IV

Asiatik hibrida Ca(N03)2 KN03

MgSO4

KNOs

Longiflorum & Oriental

Ca(NOs)2 KN03

MgSO4

Ca(NO2) 2 KN03

MgSO4

Agar pemupukan lebih efektif dan efisien, sebaiknya pupuk yang diberikan pada tanaman lily dilarutkan dengan air kemudian disiramkan secara manual dengan disemprotkan ke tanah atau bila menggunakan irigasi drip bisa langsung lewat alat irigasi. Untuk pemupukan tahap pertama karena tanaman masih muda maka konsentrasi pupuk tidak perlu terlalu tinggi yaitu 2 gram/liter. Sedangkan pada pemupukan kedua dan ketiga masingmasing 5 gram/liter dan pemupukan keempat, saat mulai terbentuk bakal bunga, konsentrasi KNO3 diberikan 10 gram/liter dan

MgSO4, tetap 5 gram/liter. Volume pupuk yang diberikan pada semua

tahap pemupukan adalah 5 liter larutan pupuk untuk setiap meter persegi. Khusus untuk jenis-jenis lily oriental harus selalu diperhatikan bagian pucuk tanamannya, karena jenis ini sangat peka terhadap kekurangan Mg. Gejala kekurangan tampak pada daun-daun mudanya yang berwarna hijau muda dan bintik-bintik hijau tua pada bagian tengahnya. Apabila tampak gejala demikian maka pemupukan MgSO, harus diulang.

i. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman lily dilakukan dengan menggunakan pestisida, yang disemprotkan memakai sprayer semiotomatis. Penyemprotan dilakukan rutin setiap 2 kali seminggu, kecuali jika terjadi serangan berat maka frekuensi penyemprotan dapat ditingkatkan.


(35)

Hama yang sering menyerang tanaman lily adalah: Aphids. Hama tersebut mengisap cairan daun sehingga daun dapat terhenti pertumbuhannya. Pada bagian daun yang diisap terjadi lengkungan bekas isapan sehingga daun menjadi mengerut, selain itu aphids dapat menimbulkan cendawan jelaga sehingga bagian yang terserang tnenjadi kotor dan berwarna hitam. Pengendalian di lapangan dilakukan dengan penyemprotan insektisida Confidor 0,5-1 cc/liter air dan Mesurol 1 g/liter air secara bergantian.

Penyakit yang banyak menyerang tanaman lily adalah: Penyakit busuk akar yang disebabkan oleh Phytium sp, penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh Fusarium o.ry~sporum, dan penyakit busuk batang yang disebabkan oleh phytoptora sp. Penyakit tersebut dapat dikendalikan dengan penyemprotan fungisida Benlate l g/liter air dan Previcur 1 cc/liter air secara bergantian.

j. Panen dan Pasca Panen

Bunga lily mulai dapat dipanen pada umur yang berbeda-beda tergantung jenisnya. Umur panen untuk jenis lily Asiatik adalah 6-8 minggu, lily Oriental 12-13 minggu, dan lily Longiflorum 9-11 minggu. Tanaman lily yang sudah dapat dipanen untuk jenis Asiatik dan Oriental adalah tanaman yang minimal mempunyai dua kuntum bunga yang sudah memperlihatkan warna tetapi masih dalam keadaan kuncup. Untuk jenis lily Longiflorum, yang termasuk kriteria panen adalah: kuntum bunga sudah membesar, agak bulat, warna lebih putih bersih, dan bila ditekan terasa lebih lunak.

Panen dilakukan setiap hari pada pagi hari ketika keadaan bunga masih segar. Tanaman yang sudah memenuhi kriteria panen dipotong pada bagian pangkal batang dengan menggunakan gunting atau pisau, kemudian daun bagian bawah dibuang kira-kira 10-15 cm, dan hasil panenan dikumpulkan dan diangkut ke ruang sortasi. Setelah di ruang sortasi, pangkai batang bunga direndam di bak air untuk menghindari


(36)

penguapan air pada saat pemanenan, selanjutnya bunga dipilih sesuai jenisnya dan bagian pangkal batang diikat dengan karet, dibungkus dengan plastik, dan diberi label. Satu bungkus lily Asiatik berisi 5 batang bunga. Satu bungkus lily Oriental atau lily Longiflorum berisi 5 kuntum bunga. Untuk pengangkutan jarak jauh bagian pangkal batang diberi kapas yang dibasahi dengan air dan dibungkus dengan kantong plastik agar bunga tetap segar. Selanjutnya bunga siap dikirim ke pasar atau konsumen bunga.

Tabel 4. Beberapa Contoh Jenis Lily

Warna Jenis

Asiatik Hibrida Putih Kuning Orange Pink Muda Pink Tua Salem Navonna

Pollyanna, Romano, Dreamland Elite, Colombo, Brunello

Marseille, Vivaldi, Magento Latoya, Toronto, Minstreel Kansas, Bangalore, Cannes Oriental Hibrida Putih Merah Pink Tua Pink Muda Ungu Dua Warna Casablanca, Empoli

Stargazer, Cascade, Starfighter Barbaresco, Solaia, Acapulco Sourbonne, Lombardia

Monte Christo

Arena, Nippon, Galilei, Venere, Cordoba Longiflorum

Putih Snow queen, White Forest, Lorina, White Europe, Gelria


(37)

E.

BUDIDAYA

GERBERA

1. Pendahuluan

Gerbera atau Herbras sudah lama dikenal di Indonesia, terutama sebagai tanaman hias dan bunga potong. Tanaman ini termasuk salah satu tanaman hias pendatang dari luar negeri. Tanaman ini aslinya berasal dari Afrika Selatan. Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman Gerbera termasuk dalam famili Compositae (Sembung-sembungan). Nama ilmiah tanaman Gerbera adalah Gerbera jamesonii Bolus ex Hook. Tanaman ini termasuk tanaman perenial yang mempunyai umur tahunan. Tanaman Gerbera tumbuh dan menghasilkan anakan dan berbunga secara terus-menerus sepanjang tahun dari rumpun anakan yang telah tua secara bergantian.

Gambar 18. Aneka Gerbera

Sumber : Sumber :

http//www.wallpapers.free-review.net http//www.ascententerprise.com

Tanaman Gerbera dapat mencapai ketinggian sampai 50 cm atau lebih, dengan perakaran yang menyebar ke segala arah (serabut) (Gambar 19).


(38)

Gambar 19. Tanaman gerbera dalam pot

Daun-daunnya tumbuh secara tunggal berbentuk roset, helaian daunnya bercelah-celah tidak merata, dan permukaan daunnya ditumbuhi dengan bulu-bulu halus. Tanaman ini membentuk bunga pada pucuk/ujung batang, bertangkai panjang, dan berbentuk cakram. Mahkota bunga bentuknya menarik, yaitu mirip kumpulan pita yang tersusun rapi membentuk bulatan.

Sumber : http//www.fortunegerbera.com

Pada setiap tangkai bunga ada satu kuntum bunga. Warna bunganya bervariasi, di antaranya: merah, pink, putih, kuning, krem, dan jingga. Berdasarkan struktur helai mahkota bunganya, dapat dibedakan dalam 3 jenis Gerbera, yaitu:

- Gerbera berbunga selapis (tunggal-.single). Helaian mahkota bunganya tersusun hanya selapis dan umumnya berwarna tunggal, misalnya : putih, merah, atau kuning saja.

- Gerheru berhunga dua lapis (double). Helaian mahkota bunganya tersusun dua lapis dan variasi warnanya lebih dari satu macam.

- Gerbcra berbunga tiga lapis (triple). Helaian mahkota bunganya tersusun tiga lapis dan warnanya lebih dari dua macam.

2. Syarat Tumbuh

Tanaman Gerbera dapat tumbuh pada daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Namun perturnbuhannya, baik pertumbuhan vegetatif maupun generatif, akan sangat baik pada daerah dataran menengah sampai dataran tinggi (600 - 1400 m dpl). Gerbera menghendaki


(39)

lingkungan yang cerah (intensitas cahaya matahari cukup). Suhu harian yang optimum untuk pertumbuhan tanaman gerbera adalah 21 ° - 27 °C dengan suhu minimum l6°C.

Gerbera menghendaki tanah yang gembur, kaya akan humus atau bahan organik tanah, serta mempunyai aerasi dan porositas yang baik. PH yang cocok untuk pertumbuhan tanaman Gerbera berkisar antara 5,5 - 6. Selain itu tanaman Gerbera menghendaki tanah yang mempunyai daya memegang air (wuter holding cupacity) dan struktur tanah yang baik. Bila kedua faktor tersebut tidak dimiliki oleh tanah, maka perlu ditambahkan gambut atau pupuk kandang yang sudah matang (sudah mengalami dekomposisi) secukupnya.

3. Budidaya Tanaman

a. Bibit dan Perbanyakan Bahan Tanaman

Keberhasilan dalam suatu budi daya tanaman salah satunya ditentukan oleh bibit yang baik. Bibit tanaman hendaknya memiliki beberapa kriteria yaitu bibit tersebut harus sama besar supaya pertumbuhannya dapat serempak dan merata, bibit harus bebas dari hama dan penyakit, dan tersedia dalam jumlah yang cukup.

Berdasarkan kriteria tersebut, bila menghendaki budi daya gerbera secara komersial maka bibit yang diperlukan tersebut harus berasal dari bibit hasil kultur jaringan yang diproduksi oleh breeder-breeder (penangkar bibit) yang sudah mempunyai nama yang baik di dunia tlorikultura. Antara lain breeder-breeder dari Belanda yaitu Florist de Kwakel BV, Presman Gerbera BV, dan Piet Schreurs de Kwakel BV .

Perbanyakan tanaman Gerbera selain lewat kultur jaringan dapat dilakukan secara generatif dengan biji untuk tanaman gerbera pot ataupun secara vegetatif dengan pemecahan anakan-anakan atau potongan-potongan rimpang. Teknik perbanyakan yang sering dilakukan adalah dengan cara vegetatif, dengan pemisahan anakan. Perbanyakan dengan anakan dapat dilakukan dengan memperhatikan bahwa bibit diambil dari


(40)

tanaman induk yang sudah berumur minimal 1,5 tahun, pertumbuhannya baik, dan bebas dari hama atau penyakit. Anakan yang diarnbil adalah anakan yang masih muda dan belum membentuk tunas generatif.

Anakan-anakan yang memenuhi kriteria di atas kemudian dipisahkan dari tanaman induknya dengan cara dipotong, lalu dibawa ke tempat pembibitan. Kegiatan pembibitan yang dilakukan berupa pemisahan anakan-anakan berdasarkan varietasnya lalu dicuci. Seluruh akar dan sebagian daun dibuang dengan menyisakan dua sampai tiga helai daun. Kemudian bibit direndam dalam larutan Benlate (0,5 gr/liter} atau Frevicur (1 cc/liter), selama 15 menit. Selanjutnya bibit ditiriskan dan siap ditanam pada media pembibitan. Sebelum ditanam anakan yang merupakan calon bibit tersebut diberi perlakuan dengan Rootone-F pada pangkal bibit bekas potongan. Perlakuan dengan Rootone-F ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan akar, selain itu juga untuk melindungi bibit dari serangan jamur, karena Rootone-F merupakan ZPT dan fungisida. Kemudian anakan ditanam pada bedengan-bedengan pembibitan yang sudah disiapkan.

Media tanam yang digunakan untuk pembibitan berupa campuran tanah dan pupuk kandang, dengan perbandingan volume 2 : 1. Pada bedengan yang akan ditanami bibit dibuat lubang tanam dengan jarak tanam 5 cm x 5 cm (untuk varietas yang berpangkal batang kecil) dan 7 cm x 7 cm (untuk varietas yang berpangkal batang besar).

Penyiraman setama di pembibitan dilakukan setiap hari (1-2 kali per hari tergautung kondisi cuaca). Bibit akan siap ditanam pada lahan produksi setelah berumur 3 - 4 minggu. Kriteria bibit yang siap untuk ditanam di lahan produksi adalah sudah berakar 3 - 5 cm, memiliki 1 - 2 tunas baru, dan telah berumur sekitar 3 minggu di pembibitan.


(41)

b. Pengolahan Lahan

Lahan untuk pertanaman gerbera sebaiknya disiapkan/diolah 2 - 3 minggu sebelum tanam. Beberapa langkah kegiatan yang harus dilakukan meliputi:

• Lahan dicangkul sampai kedalaman 40 cm hingga strukturnya gembur.

• Kemudian tanah tersebut dibuat menjadi bedengan-bedengan dengan lebar 1 meter, tingginya 25 cm, dan jarak antarbedengan 50 cm.

• Selanjutnya ditambahkan pupuk kandang (organik) yang sudah mengalami dekomposisi dengan dosis 2-3 M3 / 100 m2, lalu aduk sampai merata.

• Pada jangka waktu kira-kira 1 minggu sebelum tanam diberikan pupuk anorganik sebagai pupuk dasar dengan cara disebar sepanjang bedengan kemudian diaduk secara merata. Pupuk yang diberikan berupa: Urea (40 gr/m2), TSP (60 gr/m2), dan KCl (75 gr/m2).

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, sebaiknya tanah untuk pertanaman Gerbera disterilisasi terlebih dahulu dengan basamid G (Dazomet) dengan dosis yang sesuai dengan rekomendasi, atau dilakukan sterilisasi dengan steaming (diuap panas).

c. Penanaman

Setelah lahan siap untuk ditanami dan bibit telah tersedia, penanaman dapat segera dilakukan. Kegiatan penanaman dimulai dengan pembuatan lubang tanam (jika pada saat pengolahan lahan tidak dilakukan pembuatan lubang tanam) dengan jarak 40 cm antarbarisan dan 30 cm dalam barisan. Lubang tanam dibuat selebar dan sedalam daun cangkul. Penanaman dilakukan dengan cara membenamkan bibit ke dalam lubang tanam sedemikian rupa sehingga seluruh akar dan leher akar (pangkal batang) tertimbun tanah, dan tanaman berada pada posisi


(42)

tegak. Perlu diperhatikan jangan sampai ada perakaran tanaman yang melipat, perakaran jangan sampai diluruskan ke bawah, melainkan dihamparkan horizontal di dasar lubang. Penanaman sebaiknya dilakukan pada kondisi cuaca yang tidak terlalu panas (pagi hari). Setelah penanaman selesai, segera lakukan penyiraman secukupnya.

d. Penyulaman

Tanaman yang mati atau pertumbuhannya tidak normal, sebaiknya sedini mungkin disulam (diganti) dengan tanaman/bibit yang baik. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada saat tanaman berumur tidak lebih dari 30 hari setelah tanam. Hal itu dilakukan untuk memudahkan kegiatan pemeliharaan tanaman, selain juga mempunyai umur yang hampir sama. supaya semua tanaman. Selain itu perlu diperhatikan bahwa kegiatan penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.

e. Penyiraman

Penyiraman Gerbera perlu dilakukan sejak penanaman, selama masa pertumbuhan, sampai pada masa produksi secara rutin. Jumlah air yang diberikan lewat penyiraman sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Dalam kondisi normal, tanaman yang baik membutuhkan air lebih dari 6 liter per hari / m2. Periode antara sejak penanaman sampai dengan saat pertama pembentukan bunga, air dapat diberikan dengan sistem irigasi "overhead sprinkler". Setelah pembentukan bunga, air sebaiknya diberikan melalui sistem "drip irigation", untuk menjaga agar tanaman (bunga) tetap kering. Setelah penyiraman diharapkan kondisi tanah dalam keadaan tidak kekeringan ataupun tidak terlalu basah.

f. Penyiangan dan Penggemburan

Penyiangan dilakukan untuk mengurangi pengaruh persaingan dengan gulma. Sedangkan penggemburan dilakukan untuk meningkatkan kembali porositas tanah, sehingga aerasi dan drainase tanah menjadi


(43)

lebih baik lagi. Penyiangan dan penggemburan biasanya dilakukan secara bersamaan, sekaligus dengan kegiatan pembumbunan tanaman agar batang pokok tetap berada di bawah permukaan tanah.

g. Perompesan

Perompesan pada tanaman Gerbera dilakukan untuk membuang daun-daun dan bunga-bunga yang kering, layu, atau terkena serangan hama penyakit. Kegiatan ini dilakukan sekaligus dengan penjarangan rumpun. Rumpun yang terlalu padat, selain dapat menyebabkan perkembangan penyakit (Jamur), juga dapat menyebabkan bunga yang dihasilkan menjadi kurang baik kualitasnya, baik itu batangnya menjadi pendek atau kecil, atau ukuran bunganya mengecil.

h. Pemupukan

Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang ayam. Pupuk organik selain diberikan pada saat pengolahan tanah sebagai pupuk dasar, perlu diulang pemberiannya setahun sekali dengan dosis 1- 2 kg/m2.

Pupuk anorganik diberikan pada tanaman sesuai dengan umur tanaman. Sejak tanaman berumur 1 minggu setelah tanam sampai tanaman berumur 2 bulan, jumlah dan jenis pupuk yang diberikan berupa 200 gr Urea dan 100 gr KN03, yang dilarutkan dalam 100 liter air, dengan volume aplikasi 3 lt larutan pupuk per m2. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara disiramkan secara merata pada barisan di antara tanaman dan dilakukan setiap minggu (satu kali seminggu). Setelah tanaman melewati umur 2 bulan, jumlah dan jenis pupuk yang diberikan berupa 10 - 15 gr NPK 15-15-15 per tanaman dan 7 gr MgS04 per m2. Pupuk ini diberikan dengan cara disebarkan di dalam rorak di sekeliling tanaman. Untuk tanaman yang berumur > 2 bulan pupuk diaplikasikan, hanya satu kali sebulan.


(44)

Selain diberikan berbagai jenis pupuk di atas, diberikan juga pupuk daun dan zat pengatur tumbuh yang diaplikasikan dengan cara disemprotkan pada daun/ tanaman dengan volume aplikasi l O lt larutan pupuk per 100 m2.

Pupuk daun dan ZPT yang digunakan, yaitu:

• Vitabloom untuk daun / Hijau (30-10-10) dan Vitabloom untuk bunga / kuning (5-50-17) dengan konsentrasi 3 gr/liter air, diaplikasikan setiap minggu secara bergantian.

• Atonik (1 cc / 101iter alr~. Drberikan bersamaan dengan aplikasi Vitabloom. Atonik diberikan sekali dalam seminggu. Atonik ini berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar dan daun.

i. Pengendalian Hama dan Penyakit

Beberapa hama yang banyak menyerang tanaman Gerbera, antara lain:

Tungau Kumbang Ulat

Kutu Daun Thrips Belalang Siput

Beberapa penyakit yang menyerang tanaman Gerbera,antara lain: Penyakit Bercak Daun Cercospora

Penyakit Kapang Kelabu Penyakit Tepung

j. Panen dan Pasca Panen

Tanaman Gerbera dapat berbunga sepanjang musim, karena dari setiap rumpun dapat tumbuh beberapa tangkai bunga secara bersamaan atau bergantian. Bunga pertama dan kedua yang muncul setelah tanam


(45)

(saat tanaman berumur 3 - 5 bulan) sebaiknya dibuang, karena tidak memenuhi standar kualitas yang diinginkan. Secara umutn bunga Gerbera baru dapat dipanen sekitar umur 6 bulan setelah tanam.

Gambar 19. Gerbera Siap Dipanen

Sumber : Sumber :

http//www.amystewart.com http//www.shutterstock.com

Pemetikan bunga Gerbera dilakukan bila kondisi bunga sudah tiga perempat mekar sampai mekar penuh dan memiliki 1 - 2 lingkar cincin benang sari. Pemanenan dilakukan dengan tangan, dengan cara memutar tangkai bunga dan mencabutnya. Perlu diperhatikan agar jangan sampai batangnya ikut tercabut. Bunga Gerbera setelah dipanen, secepatnya dimasukkan ke dalam ember yang berisi air dan diletakkan di tempat yang teduh. Pada pertanaman Gerbera yang baik dan jenisnya unggul, tiap rumpun Gerbera dapat menghasilkan 5 - 15 kuntum bunga per tahun, atau sekitar 35 - 105 kuntum bunga per m2 per tahun.

Kegiatan berikutnya setelah panen meliputi:

Penyortiran dan pembersihan. Bunga-bunga yang panjang tangkainya kurang dari 40 cm dan yang terserang hama penyakit atau rusak akibat kegiatan pemanenan, dibuang.

Bunga-bunga yang bagus, dengan pan,jang tangkai lebih dari 40 cm, bebas hama dan penyakit, bebas dari kerusakan serta berpenampilan segar, segera dipisahkan. Kemudian bunga-bunga tersebut dipisahkan berdasarkan varietasnya, dan setiap kuntum dibungkus dengan kertas


(46)

berbentuk kerucut dan diikat dengan menggunakan karet atau tali rafia, setiap ikat terdiri dari 10 tangkai bunga. Bunga-bunga yang telah diikat tersebut kemudian dibungkus dengan kertas yang sudah tersedia.

Untuk pengiriman ke luar kota atau ekspor, bunga dimasukkan ke dalam kardus khusus untuk gerbera. Tiap-tiap bunga diletakkan mendatar di dalam kardus dan tangkaitangkainya diatur berbaris sejajar di bagian lapisan bawah kardus. Untuk menjaga bunga tidak cepat layu, tiap-tiap pangkal tangkai bunga dimasukkan ke dalam tabung plastik kecil yang berisi air.

G. BUDIDAYA MELON

Gambar 20. Aneka buah melon

Sumber : http//www.greeneryuk.com

1. Pendahuluan

Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman buah termasuk famili Cucurbitaceae, banyak yang menyebutkan buah melon berasal dari Lembah Panas Persia atau daerah Mediterania yang merupakan perbatasan antara Asia Barat dengan Eropa dan Afrika. Dan tanaman ini akhirnya tersebar luas ke Timur Tengah dan ke Eropa. Pada abad ke-14 melon dibawa ke Amerika oleh Colombus dan akhirnya ditanam luas di Colorado, California, dan Texas. Akhirnya melon tersebar keseluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia.


(47)

2. Jenis Tanaman

Jenis-jenis melon yang terkenal adalah: melon Christianism (1850); melon Sill Hybrid (1870); melon Surprise (1876); melon Ivondequoit, Miller Cream, Netted Gem, Hacken Sack dan Osage (1881–1890); melon Honey Rock dan Improved Perfecto (1933); melon Imperial (1935); melon Queen of Colorado dan Honey Gold (1939). Untuk memudahkan sistem penanaman dan pengelompokan melon, para ahli mengklasifikasikan melon dalam dua tipe, yaitu:

a) Tipe Netted-Melona

- Ciri-ciri: kulit buah keras, kasar, berurat dan bergambar seperti jala (net); aroma relatif lebih harum dibanding dengan winter–melon; lebih cepat masak antara 75–90 hari; awet dan tahan lama untuk disimpan.

- Varietas: (1) Cucumis melo var. reticulatus, buah kecil, berurat seperti jala dan harum; (2) Cucumis melo var. cantelupensis, buah besar, kulit bersisik dan harum.

b) Tipe Winter-Melon

- Ciri-ciri: kulit buah halus, mengkilat dan aroma buah tidak harum; buah lambat untuk masak antara 90–120 hari; mudah rusak dan tidak tahan lama untuk disimpan; tipe melon ini sering digunakan sebagai tanaman hias.

- Varietas: (1) Cucumis melo var. inodorous, kulit buah halus, buah memanjang dengan diameter 2,5–7,5 cm; (2) Cucumis melo var. flexuosus, permukaan buah halus, buah memanjang antar 35–70 cm; (3) Cucumis melo var. dudain, ukuran kecil-kecil, sering untuk tanaman hias; (4) Cucumis melo var. chito, ukuran buah sebesar jeruk lemon, sering digunakan sebagai tanaman hias.


(48)

3. Manfaat Tanaman

Buah melon dimanfaatkan sebaga makanan buah segar dengan kandungan vitamin C yang cukup tinggi.

4. Sentra Penanaman

Sebelum tahun 1980, buah melon hadir di Indonesia sebagai buah impor. Kemudian banyak perusahaan agribisnis yang mencoba menanam melon untuk dibudidayakan daerah Cisarua (Bogor) dan Kalianda (Lampung) dengan varietas melon dari Amerika, Taiwan, Jepang, Cina, Perancis, Denmark, Belanda dan Jerman. Kemudian melon berkembang di daerah Ngawi, Madiun, Ponorogo sampai wilayah eks-keresidenan Surakarta (Sragen, Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar dan Klaten). Daerah-daerah tersebut merupakan pemasok buah melon terbesar dibandingkan dengan daerah asal melon pertama.

5. Syarat Tumbuh a. Iklim

- Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon, dapat mematahkan tangkai daun, tangkai buah dan batang tanaman.

- Hujan yang terus menerus akan menggugurkan calon buah yang sudah terbentuk dan dapat pula menjadikan kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi patogen. Saat tanaman melon menjelang panen, akan mengurangi kadar gula dalam buah.

- Tanaman melon memerlukan penyinaran matahari penuh selama pertumbuhannya.

- Tanaman melon memerlukan suhu yang sejuk dan kering untuk pertumbuhannya. Suhu pertumbuhan untuk tanam melon antara 25–30 derajat C. Tanaman melon tidak dapat tumbuh apabila kurang dari 18 derajat C.


(49)

- Kelembaban udara secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman melon. Dalam kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit.

b. Media Tanam

- Tanah yang baik untuk budidaya tanaman melon ialah tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan organik untuk memudahkan akar tanaman melon berkembang. Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu basah.

- Tanaman melon akan tumbuh baik apabila pH-nya 5,8–7,2.

- Tanaman melon pada dasarnya membutuhkan air yang cukup banyak. Tetapi, sebaiknya air itu berasal dari irigasi, bukan dari air hujan.

c. Ketinggian Tempat

Tanaman melon dapat tumbuh dengan cukup baik pada ketinggian 300–900 meter dpl. Apabila ketinggian lebih dari 900 meter dpl tanaman tidak berproduksi dengan optimal.

6. Pedoman Budidaya a. Pembibitan

Persyaratan Benih

Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit tanaman yang sehat, kuat dan terawat baik pada awalnya. Benih direndam kedalam larutan Furadam dan Atonik selama 2 (dua) jam. Benih yang baik berada di dasar air, dan benih yang kurang baik akan mengapung di atas permukaan air. Oleh sebab itu pembibitan merupakan kunci keberhasilan suatu agribisnis melon.


(50)

Penyiapan Benih

- Pengadaan benih secara generatif

Fase generatif ditandai dengan keluarnya bunga. Pada fase ini tanaman memerlukan banyak unsur fosfor untuk memperkuat akar dan membentuk biji pada buah. Pada fase ini apabila tanaman dalam kondisi sehat maka jaringjaring pada buah diharapkan muncul secara merata. Untuk mendukung pertumbuhan generatif, tanaman disemprot dengan pupuk daun Complesal super tonic (merah) dengan konsentrasi 2 gram/liter seminggu sekali. Untuk mencegah kekurangan unsur kalsium dan boron maka tanaman disemprot dengan pupuk daun Ferti-cal dengan konsentrasi 2 ml/liter atau CaB dengan konsentrasi 2 ml/liter.

- Pengadaan benih secara vegetatif (Kultur Jaringan)

Dengan metoda kultur jaringan, pemilihan media tanam dan sumber eksplan yang digunakan haruslah tepat agar memberikan hasil yang maksimal. Media dasar yang dipakai tersusun dari garam-garam berdasarkan susunan Murashige & Skoog (1962) dengan penambahan thiamin 0,04 mg/liter, myoinositol 100 mg/liter, surkosa 30 gram/liter berbagai kombinasi hormon tanaman yang ditambahkan sesuai dengan perlakuan. Media dibuat dalam bentuk padat dengan penambahan agar bacto 8 gram/liter, pH media dibuat 5,7 dengan penambahan NaOH atau HCl 0,1 N. sterilisasi media dilakukan dengan autoklaf bertekanan 17,5 psi, suhu 120 derajat C selama 30 menit.Tanaman yang didapat dari kultur jaringan membentuk bunga jantan dan bunga betina separti halnya tanaman yang didapat dari biji.

- Sumber benih

Untuk menanam melon kita harus mengetahui sumber benihnya terlebih dahulu. Sebaiknya selalu menggunakan benih asli (F1 hibrid).


(51)

- Cara penyimpanan benih

Benih harus disimpan ditempat yang kering dan tempat untuk menyimpan benih dapat dibuatkan rumah pembibitan yang sederhana karena mengingat umur benih hanya selama 10–14 hari, karena untuk melindungi benih tanaman yang masih muda dari terik sinar matahari, air hujan, dan serangan hama maupun penyakit. Alas rumah pembibitan, tempat polibag diletakkan dilapisi kertas koran agar perakaran bibit tidak menembus ke dalam tanah.

- Kebutuhan benih

Benih yang dibutuhkan sesuai dengan luas tanam ditambah 10% untuk cadangan penyulaman.

- Perlakuan benih

Benih melon memerlukan perlakuan yang lebih sederhana dibandingkan dengan benih semangka non-biji. Hal ini karena kulit melon cukup tipis sehingga tidak memerlukan perlakuan ekstra. Perlakuan untuk benih melon adalah pencucian, perendaman, serta pemeraman benih.

b. Teknik Penyemaian Benih Cara dan Waktu Penyemaian

Benih melon yang akan disemaikan, direndam terlebih dahulu di dalam air selama 2–4 jam. Kemudian benih disemaikan pada kantong plastik, yang telah diisi tanah dan pupuk kandang yang dicampur dengan perbandingan 5:1. Benih disemaikan dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke bawah. Benih ditutup dengan campuran abu sekam dan tanah dengan perbandingan 2:1 yang telah disiapkan, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik, tidak mudah rebah. Untuk merangsang perkecambahan benih dengan


(52)

menciptakan suasana hangat maka tutuplah permukaan persemaian dengan karung goni basah. Apabila kecambah telah muncul kepermukaan media semai (pada hari ke-3 atau ke-4) maka karung goni dapat dibuka.

Pembuatan Media Semai

Melon termasuk tanaman yang tidak terlalu menuntut media semai yang khusus untuk pembibitannya. Medianya dapat dibuat dengan berbagai variasi, contohnya dengan mencampurkan tanah, pasir dan pupuk kandang atau kompos, asal perbandingannya sesuai misalnya 1:1:1. Untuk mendapatkan hasil bibit melon yang kekar dan sehat maka komposisi media semai yang tepat terdiri dari campuran tanah, pupuk kandang, pupuk SP-36 atau NPK ditambah dengan insektisida karbofuran.

Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Setelah benih disemai di polybag akan tumbuh menjadi calon bibit, dan harus mendapatkan pemeliharaan yang baik agar menjadi bibit melon yang sehat dan kekar.

Gambar 21. Pembibitan melon

Sumber :

Sumber :


(53)

Cara dan Waktu Penyiraman

Bibit dipersemaian di siram setiap pagi hari. Mulai dari kecambah belum muncul sampai bibit muncul kepermukaan tanah. Untuk penyiraman digunakan tangki semprot. Saat menyemprot untuk penyiraman jangan terlalu kuat karena akan mengikis tanah media dan melemparkan benih atau kecambah keluar dari

polibag. Apabila daun sejati keluar, penyiraman bibit baru dapat dilakukan embrat atau gembor. Saat cuaca panas, tanah pada polybag kering dan penyiraman perlu diulangi pada sore hari, jangan menyiram bibit tanaman pada siang hari karena akan menyebabkan air dan zat-zat makanan tidak dapat terserap akibatnya bibit menjadi kurus, kering dan layu.

Penjarangan

Penjarangan dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan bibit-bibit yang sehat dan kekar untuk ditanam. Penjarangan ini mulai dilakukan 3 hari sebelum penanaman bibit ke lapangan. Bibit yang mempunyai pertumbuhan seragam dikumpulkan menjadi satu. Bibit-bibit yang pertumbuhannya merana disingkirkan dan tidak ditanam.

Pemupukan bibit

Untuk pertumbuhan vegetatif bibit dapat dipacu dengan penyemprotan pupuk daun yang mengandung unsur nitrogen tinggi. Pupuk daun cukup dilakukan satu kali, yaitu pada saat umur bibit 7–9 HSS dengan konsentrasi 1,0–1,5 gram/liter. Pupuk akar berupa pupuk kimia maupun pupuk organik tidak perlu ditambahkan selama pembibitan karena pupuk akar yang diberikan pada media semai telah mencukupi.

Pemberian Pestisida Pada Masa Pembibitan

Pada masa pembibitan penyemprotan pestisida dilakukan apabila dianggap perlu. Konsentrasi penuh akan menyebabkan daun-daun bibit melon ini terbakar (plasmolisis). Penyomprotan ini dilakukan terutama


(54)

pada saat 2-3 hari sebelum bibit ditanam dilapangan. Contoh pestisida yang digunakan adalah Insektisida Dicarzol 0,5 g/liter dan fungisida Previcur N 1,0 ml/liter.

c. Pemindahan Bibit

Bibit melon dipindahkan ke lapangan apabila sudah berdaun 4–5 helai atau tanaman melon telah berusia 10–12 hari. Cara pemindahan tidak berbeda dengan cara pemindahan tanaman lainnya, yaitu kantong plastik polibag dibuang secara hati-hati lalu bibit berikut tanahnya ditanam pada bedengan yang sudah dilubangi sebelumnya, bedenganpun jangan sampai kekurangan air. 6.2. Pengolahan Media Tanam 1) Persiapan a) Pengukuran pH Tanah Pengukuran pH tanah dengan menggunakan alat pH meter. Tanah yang akan di ukur dibasahi terlebih dahulu. Pengambilan sampel dilakukan di 10 titik yang berbeda, kemudian dihitung pH rata-rata.

d. Analisis Tanah

Berdasarkan fakta di lapangan tanaman melon dapat ditanam pada berbagai jenis tanah terutama tanah andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkan kekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan bahan organik, maupun pemupukan.

e. Penetapan Waktu/Jadwal Tanam

Penetapan waktu tanam berkaitan dengan perkiraan waktu panen suatu varietas melon yang ditanam dan waktu panen varietas melon lainnya. Misalnya waktu tanam melon pada bulan Maret adalah varietas ten me, April varietas aroma, Mei varietas new century (hamiqua) dan seterusnya sehingga petani/pengusaha agribisnis perlu menjadwal waktu tanaman varietas melon yang dikehendaki pelanggan.


(55)

f. Penetapan Luas Areal Penanaman

Penetapan luas penanaman berkaitan erat dengan pemilikan modal, luas lahan yang tersedia, musim dan permintaan pasar. Tanaman melon yang diusahakan di lahan terbuka di musim hujan akan rusak terserang penyakit karena terguyur hujan terus-menerus. Maka penanaman melon di musim hujan lebih diarahkan dengan sistem hidroponik.

Gambar 22. Penanaman melon di greenhouse

Sumber : Sumber :

http//www.forums2.gardenweb.com http//www.en.item.rakuten.com

g. Pengaturan Volume Produksi

Pengaturan volume produksi berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan permintaan pasar. Cara penanaman melon dilakukan secara bertahap. Misalnya penanaman pertama 20% di lokasi A, kedua 40% di lokasi B, dan ketiga 40% di lokasi C. Interval penanaman berkisar 2 minggu. Pengaturan ini lazim dilakukan pada agribisnis melon dengan system hidroponik. Untuk menjaga kontinuitas produksi, biasanya interval tanamnya berselang 1-2 minggu.


(1)

dewasa berwarna coklat kehitaman. Thirps berkembang biak sangat cepat secara partenogenesis (mampu melahirkan keturunan meskipun tidak kawin). Serangan dilakukan di musim kemarau. - Gejala: daun-daun muda atau tunas-tunas baru menjadi keriting,

dan bercaknya kekuningan; tanaman keriting dan kerdil serta tidak dapat membentuk buah secara normal. Kalau gejala ini timbul harus diwaspadai karena telah tertular virus yang dibawa hama thirps.

- Pengendalian: menyemprot dengan racun kontak, 3–4 hari sekali. b. Penyakit

Layu bakteri

- Penyebab: bakteri Erwina tracheiphila E.F.Sm. Penyakit ini dapat disebarkan dengan perantara kumbang daun oteng-oteng (Aulacophora femoralis Motschulsky).

- Gejala: daun dan cabang layu dan terjadi pengkerutan pada daun, warna daun menguning, mengering dan akhirnya mati; daun tanaman layu satu per satu, meskipun warnanya tetap hijau, kemudian tanaman layu secara keseluruhan. Apabila batang tanaman yang dipotong melintang akan mengeluarkan lendir putih kental dan lengket bahkan dapat ditarik seperti benang.

- Pengendalian: (1) sebelum ditanami, lahan disterilisasi dengan Basamid G dengan dosis 40 g/m2; (2) benih di rendam dalam bakterisida Agrimyciin (oxytetracycline dan streptomycin sulfate) atau Agrept (streptomycin sulfate) dengan konsentrasi 1,2 gram/liter ; (3) penyemprotan bakterisida ini pada umur 20 HST.

Penyakit busuk pangkal batang (gummy stem bligt)

- Penyebab: Cendawan Mycophaerekka melonis (Passerini) Chiu et Walker.


(2)

- Gejala: pangkal batang yang terserang mula-mula seperti tercelup minyak kemudian keluar lendir berwarna merah coklat dan kemudian tanaman layu dan mati; daun tanaman yang terserang akan mengering apabila diremas seperti kerupuk dan berbunyi kresek-kresek apabila diterpa angin.

- Pengendalian: (1) penggunaan mulsa PHP untuk mencegah kelembaban di sekitar pangkal batang dan mencegah luka di perakaran maupun pangkal batang karena penyiangan; (2) daun-daun tanaman yang terserang dibersihkan lalu disemprot dengan fungisida Derasol 500 SC (carbendazim) dengan konsentrasi 1–2 ml/liter; (3) pangkal batang yang terserang dioles dengan larutan fungisida Calixin 750 EC (tridemorph) dengan konsentrasi 5 m/liter.

c. Gulma

Gulma (tumbuhan pengganggu) merugikan tanaman, karena bersaing zat hara, tempat tumbuh dan cahaya. Pencabutan gulma harus dilakukan sejak tumbuhan masih kecil, karena jika sudah besar akan merusak perakaran tanaman melon.

13. Panen

a. Ciri dan Umur Panen

- Tanda/ciri Penampilan Tanaman Siap Panen  Ukuran buah sesuai dengan ukuran normal  Serat jala pada kulit buah sangat nyata/kasar  Warna kulit hijau kekuningan.

- Umur Panen + 3 bulan setelah tanam.

- Waktu Pemanenan yang baik adalah pada pagi hari.

b. Cara Panen

 Potong tangkai buah melon dengan pisau, sisakan minimal 2,0 cm untuk memperpanjang masa simpan buah.


(3)

 Tangkai dipotong berbentuk huruf “T”, maksudnya agar tangkai buah utuh dan kedua sisi atasnya merupakan tangkai daun yang telah dipotong daunnya.

 Pemanenan dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benarbenar telah siap dipanen.

 Buah yang telah dipanen dikumpulkan disuatu tempat untuk disortir. Kerusakan buah akibat terbentur/cacat fisik lainnya, sebaiknya dihindari karena akan mengurangi harga jual terutama di swalayan.

c. Periode Panen

Panen dilakukan secara bertahap, dengan mengutamakan buah yang benar-benar telah siap panen. Seandainya dalam jangka waktu 3-5 bulan mendatang harga melon diramalkan jatuh. Maka alternatif untuk rotasi tanaman yang dapat menggunakan lahan bekas menanam melon adalah cabai. Karena lahan yang tersedia tidak perlu diubah. Hanya mulsa PHP dibuka dan dosis pemupukan ditambahkan 50%. Bila dalam jangka waktu 4 bulan berikutnya dinyatakan harga melon meningkat, maka lahan bekas sawah ditanami padi terlebih dahulu untuk satu musim tanam. Alasannya adalah dari segi kormesial tanaman padi kurang menguntungkan, tapi dari segi pemutusan siklus hidup hama dan penyakit sangat menguntungkan. Hal ini disebabkan karena hama dan penyakit yang mengisap oksigen (aerob) akan mati dengan kondisi tanah yang terendam air (anaerob). Setelah menanam padi selesai, tanaman melon yang ditanam akan berproduksi tinggi dengan risiko serangan hama dan penyakit yang lebih rendah.

14. Perkiraan Produksi

Untuk mengetahui jumlah produksi yang akan dihasilkan bagian pemasaran harus melakukan penelitian pasar. Untuk luas satu hektar tanaman melon diperkirakan akan menghasilkan buah melon 10–15 ton, maka memanennya harus dilakukan secara bertahap. Misalnya minggu I


(4)

menanam seluas 2.000 m2, minggu II menanam seluas 2.000 m2, dan seterusnya. Hal ini untuk tingkat kontinuitas produksi akan tercapai dan resiko tidak terjualnya buah melon akan terhindar.

15. Pascapanen

Pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah melon dipanen. Kesalahan penanganan dalam pascapanen akan mempengaruhi kwalitas/penampilan buah melon.

a. Pengumpulan

Buah-buah melon yang telah dipanen dikumpulkan pada suatu tempat untuk segera disortir. Saat panen kerusakan buah sebaiknya dihindari akibat terbentur atau cacar fisik lainnya, karena akan mengurangi harga jual terutama untuk konsumsi pasar swalayan.

b. Penyortiran dan Penggolongan

Melon yang telah dipanen, diangkut dan dikumpulkan di suatu tempat kemudian di sortasi. Buah yang sehat dan utuh dipisahkan dari buah yang cacat fisik maupun cacat karena serangan hama dan penyakit. Buah melon yang berkualitas bagus kemudian di lakukan penggolongan melon berdasarkan tiga kelas.

 Kelas M1 yaitu melon berbobot 1,5 kg/lebih jaring berbentuk sempurna.

 Kelas M2 yaitu melon berbobot 1–1,5 kg jaringnya terbentuk hanya 70% saja.

 Kelas M3 yaitu bobot buahnya bervariasi dengan jaring sedikit atau tidak berbentuk sama sekali. Hal ini terjadi karena tanaman belum saatnya dipanen tapi telah mati terlebih dahulu akibat serangan hama.


(5)

c. Penyimpanan

Buah melon yang sudah dipetik, tidak boleh ditumpuk satu sama lain, dan buah yang belum terangkut dapat disimpan dalam gudang penyimpanan. Buah ditata secara rapi dengan dilapisi jerami kering. Tempat penyimpanan buah harus bersih, kering dan bebas dari hama seperti kecoa atau tikus. Melon yang sudah terlalu masak jangan disatukan dengan buah yang setengah masak (mengkal). Bila ada buah yang mulai busuk harus di jauhkan dari tempat penyimpanan.

d. Pengemasan dan Pengangkutan

Kemasan untuk melon dapat dibuat dari kayu biasa dan banyak memiliki lubang angin. Cara menyusunnya, bagian dasar kotak diberi jerami kering yang cukup tebal, kemudian melon diberikan jerami juga dibagian atas buahnya. Sebelum kotak ditutup, buah melon diberi lapisan jerami lagi. Selain dari kotak, pengemasan bisa juga menggunakan rajutan benang yang mirip jala, kemudian dimasukkan dalam kemasan karton. Dalam karton masih dilapisi dengan jerami kering atau kertas hancuran. Dengan kemasan seperti ini akan lebih terjamin dibanding dengan menggunakan kotak dari kayu (cara tradisional). Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut buah melon yang akan dibawa ke pasar tergantung jarak yang ditempuh. Buah yang akan di ekspor biasanya dipak secara khusus dengan peti kemas yang terbuat dari kayu, karton atau kotak plastik. Di kargo pesawat, peti kemas melon dimasukkan ke dalam kontainer pendingin agar buah tetap segar jika sampai ke tempat tujuan.


(6)

H. TUGAS KELOMPOK

Pengetahuan pada Bab I sampai III ini digunakan untuk praktek Pertanian Pola Greenhouse/shadinghouse. Oleh karena itu tanaman yang yang dipilih untuk praktek (dalam kelompok) harus benar-benar dipahami seluk beluknya. Pertanyaan-pertanyaan berikut merupakan panduan yang dapat digunakan pada praktek di lahan (greenhouse/shadinghouse), sehingga jawaban yang benar akan mempermudah saudara dalam praktek.

1. Tanaman apakah yang akan saudara pilih dalah praktek?

2. Apa saja syarat tumbuh yang diperlukan oleh tanaman yang saudara pilih?

3. Apa saja bahan dan alat yang digunakan mulai dari : - pembibitan,

- transplanting (pindah tanam)

- pemeliharaan tanaman (penyulaman, pemupukan, pengajiran, pemilihan cabang dan tunas serta pemberantasan hama dan penyakit.

- panen dan pasca panen serta - analisis usaha tani

4. Bagaimana cara kerja dari masing-masing kegiatan pada nomor 3 ? 5. Buatlah perencanaan waktu pelaksanaan selama praktek tersebut !