Lagu Daerah di Indonesia

2.4 Lagu Daerah di Indonesia

Kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun oleh suatu suku salah satunya adalah kesenian. Kesenian mengacu pada nilai keindahan yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati mata atau telinga. Tarian, musik (vokal dan instrumen), dan benda-benda bernilai seni adalah kebudayaan daerah yang dimiliki setiap suku.

Seni musik vokal yang ada di daerah dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Seni musik klasik Seni musik klasik adalah lagu yang dikembangkan di pusat-pusat pemerintahan rakyat lama seperti ibukota kerajaan atau kesultanan. Unsur-unsur musikalitas yang ada didalamnya sudah dipertimbangkan sedemikian detailnya. Lagu Klasik dinilai lebih agung dibandingkan lagu rakyat saat pembawaanya. Ini disebabkan karena lagu klasik memiliki fungsi yang lain, yaitu diterapkan pada upacara-upacara adat kerajaan.

2. Seni musik kerakyatan Lagu rakyat yaitu lagu yang berasal dari rakyat di suatu daerah. Lagu rakyat tersebar secara alami yang disampaikan secara lisan dan turun-temurun. Contoh lagu rakyat yaitu lagu yang dipakai untuk pernikahan, kematian, berladang, berlayar, menenun, dan sebagainya. Perbedaan yang paling mencolok dengan lagu klasik di istana kerjaan adalah nilai estetis yang ada didalamnya.

Lagu daerah, yang akan fokus penulis bahas dalam tulisan ini, lahir dari seni musik kerakyatan. Iramanya mencirikan kultur dari daerah dimana lagu tersebut berkembang. Lagu daerah atau musik daerah adalah lagu atau musik yang berasal

dari suatu daerah tertentu dan menjadi populer dinyanyikan baik oleh rakyat daerah tersebut maupun rakyat lainnya. Lagu daerah juga bisa dikatakan sebagai suatu bentuk karya seni yang menggunakan medium suara atau bunyi-bunyian, yang hidup dan berkembang ditengah masyarakat yang sesuai dengan aturan- aturan daerah setempat yang di lakukan secara turun menurun dan pembelajarannya dilakukan secara oral. Musik daerah kebanyakan merupakan warisan leluhur sehingga tidak diketahui siapa pencentusnya dan tidak menonjolkan sikap perorangan karena musik daerah adalah milik suatu golongan suku bangsa.

Beberapa ciri khas lagu daerah, antara lain sebagai berikut:

1. Menceritakan tentang keadaan lingkungan ataupun budaya masyarakat setempat yang sangat dipengaruhi oleh adat istiadat setempat.

2. Bersifat sederhana sehingga untuk mempelajari lagu daerah tidak dibutuhkan pengetahuan musik yang cukup mendalam seperti membaca dan menulis not balok.

3. Jarang diketahui pengarangnya.

4. Mengandung nilai-nilai kehidupan, unsur-unsur kebersamaan sosial, serta keserasian dengan lingkungan hidup sekitar.

5. Mengandung nilai-nilai kehidupan yang unik dan khas.

6. Sulit dinyanyikan oleh seseorang yang berasal dari daerah lain karena kurangnya penguasaan dialek/bahasa setempat sehingga penghayatannya kurang maksimal. Fungsi lagu daerah juga bermacam-macam. Diantaranya adalah:

1. Sebagai sarana upacara adat Di beberapa daerah tertentu musik dianggap memiliki kekuatan magis yang tidak dapat di deskripsikan. Karena itu seringkali musik daerah mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu upacara adat seperti pada upacara merapu di Sumba atau pada upacara seren taun (panen padi) didaerah sunda.

2. Sebagai pengiring tari Musik daerah mempunyai fungsi utama yaitu untuk mengiringi tari-tari daerah atau lagu-lagu daerah.

3. Media komunikasi Sarana komunikasi dengan musik dapat di lihat pada saat bulan romadhan dan saat siskamling. Dimana alat musik kentongan di tabuh untuk membangunkan warga untuk bangun sahur atau untuk berwaspada.

4. Media bermain Lagu-lagu daerah yang biasa diiringi dengan musik daerah biasanya dijadikan media bermain bagi anak-anak daerah. Seperti contohnya lagu cublak-cublak suweng dan sang bangau (betawi)

5. Sarana (media) penerangan Dizaman modern musik daerah dapat di jadikan media penerangan untuk mempromosikan keanekaragaman budaya daerah serta sebagai sarana iklan layanan masyarakat.

6. Iringan pertunjukan Musik adalah bagian yang tak terpisahkan dari sebuah pertunjukan. Sebuah tarian tak akan lengkap tanpa musik. Sebuah lagu akan kurang semarak 6. Iringan pertunjukan Musik adalah bagian yang tak terpisahkan dari sebuah pertunjukan. Sebuah tarian tak akan lengkap tanpa musik. Sebuah lagu akan kurang semarak

Tabel 2.2 Lagu Daerah di Tiap Provinsi Indonesia

No. Provinsi Judul Lagu

1. Nanggroe Aceh Darussalam  Lagu Sepakat Segenap  Lagu Bungong Jeumpa

 Lagu Lembah Alas

2. Sumatera Utara

 Lagu Butet  Lagu Sengko-sengko  Lagu Pantun Lama  Lagu Anju Ahu  Lagu Dago Inang Sarge  Lagu Lisoi  Lagu Madedek Magambiri  Lagu Meriam Tomong  Lagu Na Sonang Dohita Nadua  Lagu Rambadia  Lagu Sing Sing So  Lagu Sinanggar Tulo

3. Sumatera Barat

 Lagu Ayam Den Lapeh  Lagu Kampuang nan jauh di Mato  Lagu Barek Solok  Lagu Kambanglah Bungo  Lagu Ka Parak Tingga  Lagu Malam Baiko  Lagu Rang Talu  Lagu Dayung Palinggam

4. Jambi

 Lagu Selendang Mayang  Lagu Pinang Muda  Lagu Injit-Injit Semut

 Lagu Batanghari

5. Bengkulu

 Lagu Lalan Belek

6. Riau

 Lagu Soleram  Lagu Langgam melayu

7. Sumatera Selatan

 Lagu Dek Sangke  Lagu Tari Tanggai  Lagu Kabile-bile

8. Lampung

 Lagu Lipang Lipangdang  Lagu Adi-adi Laun Lambar  Sang Bumi Ruwa jurai

9. Jawa Barat

 Lagu Manuk Dadali  Lagu Bubuy Bulan  Lagu Cing Cangkeling  Lagu Panon Hideung  Lagu Pileuleuyan  Lagu Tokecang  Lagu Sintren

10. DKI Jakarta

 Lagu Jali-Jali  Lagu Keroncong Kemayoran  Lagu Kicir-Kicir  Lagu Surilang

11. Jawa Tengah

 Lagu Gambang Suling  Lagu Gek Kepriye  Lagu Gundul Pacul  Lagu llir-llir

12. Jawa Timur

 Lagu Keraban Sape  Lagu Tanduk Majeng  Lagu Rek ayo Rek  Lagu Padhang wulan

13. Yogyakarta

 Lagu Pitik Tukung  Lagu Sinom  Lagu Suwe Ora Jamu  Lagu Tekate Dipanah

 Lagu Gundhul-gundhul pacul

14. Bali

 Lagu Macep-cepetan  Lagu Meyong-Meyong  Lagu Ngusak Asik  Lagu Putri Ayu  Lagu Juru Pencar  Lagu Janger Dewa Ayu  Lagu Mejangeran

15. Nusa Tenggar Barat

 Lagu Bolelebo  Lagu Orlen-Orlen  Lagu O re re  Lagu Kupendi Jangi  Lagu Haleleu Ala De Teang  Lagu Moree  Lagu Pai Mura Rame  Lagu Tebe O Nana

16. Nusa Tenggara Timur

 Lagu Desaku  Lagu Anak Kambing Saya  Lagu Potong Bebek  Lagu Flobamora  Lagu Pai Mura Rame,  Lagu Tutu Koda

17. Kalimantan Barat

 Lagu Cik-Cik Periuk

18. Kalimantan Tengah

 Lagu Palu Lempong  Lagu Nuluya  Lagu Tumpi Wayu  Lagu Kelayar  Lagu Pupoi

19. Kalimantan Selatan

 Lagu Paris Barantai  Lagu Ampar-Ampar Pisang  Lagu Saputangan Bapuncu Ampat

20. Kalimantan Timur

 Lagu Indung-Indung

21. Sulawesi Selatan

 Lagu Angin Mammiri  Lagu Pakerena  Lagu Peiwa

 Lagu Tawa-tawa  Lagu To Mepare  Lagu Ma Rencong

22. Sulawesi Barat

 Lagu Tenggang-Tenggang Lopi

23. Sulawesi tengah

 Lagu Tondok Kadindangku  Lagu Peiwa Tawa-tawa  Lagu Tope Gugu

24. Sulawesi Tenggara

 Lagu Peiwa Tawa-tawa

25. Gorontalo

 Lagu Binde Buluhuta  Lagu Tahuli  Lagu Moholunga

26. Sulawesi Utara

 Lagu Esa Mokan  Lagu 0 Ina Ni Keke  Lagu Sipatokahan  Lagu Sitara Tillo

 Lagu Tahanusangkara

27. Maluku

 Lagu Burung Tantina  Lagu Goro-Gorone  Lagu Fluhatee  Lagu Kole-Kole  Lagu Mande-mande  Lagu Ayo Mama  Lagu Ole Sioh  Lagu Rasa Sayang-Sayange  Lagu Sarinande  Lagu Tanase

28. Papua

 Lagu Yamko Rambe Yamko  Lagu Apuse

Sumber: www.wikipedia.or.id

Tabel di atas berisi tentang contoh-contoh lagu daerah yang terdapat di Indonesia. Disertakan juga dari provinsi mana lagu tersebut berasal. Berdasarkan

ciri-ciri lagu daerah yang sudah dibahas sebelumnya, lagu-lagu ini biasanya mencirikan suku daerah mayoritas yang ada di provinsi tersebut. Irama, pesan, suasana, dan tentunya juga bahasa teks tersebut. Lagu ampar-ampar pisang, yang berasal dari Kalimantan Selatan, liriknya berbahasa banjar. Bahasa banjar adalah bahasa ibu suku Banjar yang banyak mendiami wilayah provinsi Kalimantan Selatan. Lagu Butet, yang berisi curahan hati seorang ibu kepada anaknya tentang suaminya yang sedang berperang, juga mempunyai lirik berbahasa batak, bahasa yang dipakai oleh suku Batak Toba yang mayoritas mendiami provinsi Sumatera Utara. Begitu juga dengan lagu Rasa Sayange yang menceritakan tentang kecintaan masyarakat Maluku terhadap lingkungan dan sosialisasi diantara masyarakat. Lagu ini tentunya juga mempunyai lirik dengan bahasa asli Maluku. Selanjutnya akan dibahas lebih detail lagu yang menjadi objek penelitian dalam tulisan ini, Sipatokaan dan Bubuy Bulan.

2.4.1 Lagu Sipatokaan

Lagu Sipatokaan berasal dari provinsi Sulawesi Utara. Bahasa yang dipakai dalam lirik lagu ini adalah bahasa yang biasa digunakan oleh suku Minahasa. Berikut lirik dari lagu Sipatokaan dan artinya dalam bahasa Indonesia.

Sayang-sayang, Si Patokaan (wahai sayangku Sipatokaan) Matego tego gorokan Sayang (orang-orang pucat dan terseok-seok, Sayang)

Sayang-sayang, Si Patokaan

(wahai sayangku Sipatokaan)

Matego tego gorokan Sayang

(orang-orang pucat dan terseok-seok, Sayang)

Sako mangewo tanah man jauh

(bila kau pergi ke tanah yang jauh)

Mangewo milei lek lako Sayang

(maka pergilah dengan hati-hati, Sayang)

Sako mangewo tanah man jauh

(bila kau pergi ke tanah yang jauh)

Mangewo milei lek leko Sayang

(maka pergilah dengan hati-hati, Sayang)

Sipatokaan , secara sederhana berarti orang-orang yang termasuk dalam wilayah Minahasa di Propinsi Sulawesi Utara. Lagu yang memiliki pola penuturan pantun ini adalah ungkapan perasaan cinta sekaligus khawatir seorang ibu kepada anaknya yang sudah beranjak dewasa dan telah diwajibkan mencari nafkah sendiri, biasanya anak lelaki. Tradisi merantau erat kaitannya dengan lirik lagu tersebut. Bila dilihat lebih dalam, lirik tersebut secara utuh mengandung doa sekaligus motivasi kepada objek penutur, yaitu anaknya. Tetapi pada bait pertama, Ibu, sebagai subjek, dengan dewasa mengisyaratkan sisi buruk dari hidup. Bukan untuk menakuti, tetapi lebih bertujuan mengingatkan dan memperlihatkan kenyataan bahwa manusia tidak bisa terhindar dari pucat (sakit) dan ada saatnya menjadi terseok-seok (susah). Apalagi hidup di tanah yang jauh dan asing yang bisa dirasa sangat berat dan berbeda dengan hidup di tanah sendiri. Pada bagian Sipatokaan , secara sederhana berarti orang-orang yang termasuk dalam wilayah Minahasa di Propinsi Sulawesi Utara. Lagu yang memiliki pola penuturan pantun ini adalah ungkapan perasaan cinta sekaligus khawatir seorang ibu kepada anaknya yang sudah beranjak dewasa dan telah diwajibkan mencari nafkah sendiri, biasanya anak lelaki. Tradisi merantau erat kaitannya dengan lirik lagu tersebut. Bila dilihat lebih dalam, lirik tersebut secara utuh mengandung doa sekaligus motivasi kepada objek penutur, yaitu anaknya. Tetapi pada bait pertama, Ibu, sebagai subjek, dengan dewasa mengisyaratkan sisi buruk dari hidup. Bukan untuk menakuti, tetapi lebih bertujuan mengingatkan dan memperlihatkan kenyataan bahwa manusia tidak bisa terhindar dari pucat (sakit) dan ada saatnya menjadi terseok-seok (susah). Apalagi hidup di tanah yang jauh dan asing yang bisa dirasa sangat berat dan berbeda dengan hidup di tanah sendiri. Pada bagian

2.4.2 Lagu Bubuy Bulan

Lagu Bubuy Bulan berasal dari provinsi Jawa Barat. Sedikit berbeda dari lagu daerah yang lainnya, Bubuy Bulan diciptakan oleh Benny Korda. Bahasa yang dipakai dalam lirik lagu ini adalah bahasa yang biasa digunakan oleh suku Sunda, suku yang menempati wilayah Jawa Barat. Berikut lirik dari lagu Bubuy Bulan dan artinya dalam bahasa Indonesia.

Bubuy bulan

(memepes bulan)

Bubuy bulan sangray bentang

(memepes bulan menyangrai bintang)

Panon poe

(matahari)

Panon poe disasate

(matahari disate)

Unggal bulan

(setiap bulan)

Unggal bulan abdi teang

(setiap bulan aku nanti)

Unggal poe

(setiap hari)

Unggal poe oge hade

(setiap hari juga baik)

Situ Ciburuy

(danau Ciburuy)

Laukna hese dipancing

(ikannya susah dipancing)

Nyeredet hate

(bergetar hati)

Ningali ngeplak caina

(melihat airnya jernih)

Duh eta saha

(duh itu siapa)

Nu ngalangkung unggal enjing

(yang berjalan setiap pagi)

Nyeredet hate

(bergetar hati)

Ningali sorot socana

( melihat sorot matanya)

Bubuy adalah membahar sesuatu (makanan) dengan memasukannya ke dalam bara api. Pada masyarakat Sunda, memasak singkong memakai kayu bakar (hawu) dengan cara memasukkan singkong langsung ke bara api disebut bubuy sampeu (singkong). Sangray adalah menggoreng tanpa minyak goreng agar menjadi gosong atau matang. Danau Ciburuy adalah danau di pingir jalan antara Cianjur/Rajamandala dan Padalarang (20 km barat Bandung) yang terkenal sebagai daerah wisata di kota Bandung.

Lirik Bubuy Bulan berbentuk pantun 11 . Isinya bermakna seorang yang ditinggalkan oleh kekasihnya, tetapi mulai tergoda dengan orang lain karena

melihat tatapan matanya.

11 Pantun adalah salah satu jenis puisi lama dari kesusastraan Melayu. Pantun biasanya terdiri dari 4 baris. Baris 1 dan 2 terdiri dari sampiran, sedangkan 3 dan 4 merupakan isi. Isi dalam pantun

menceritakan nasehat, pesan moral, cinta, candaan, permainan, dan lain-lain. Sedangkan sampiran biasanya tidak berhubungan makna dengan isi (walau beberapa pantun mempunyai sampiran yang berhubungan dengan isi nya). Sampiran biasanya hanya berfungsi sebagai pengantar rima. Salah satu syarat pokok pantun ialah bersajak ab/ab. Jika diluar sajak tersebut, bisa dikatakan itu bukan pantun (puisi biasa). Pantun juga diwajibkan memiliki 4-6 kata dan 8-12 suku kata per baris. Namun aturan yang satu ini sudah banyak dilanggar.