Analisis Teknik Permainan pada Lagu Sipatokaan
4.2.1 Analisis Teknik Permainan pada Lagu Sipatokaan
Berdasarkan partitur di atas, penulis menemukan tiga teknik permainan pada lagu Sipatokaan, yaitu staccato, ceja, dan strumming. Selanjutnya akan dilakukan analisis dari ketiga teknik tersebut berdasarkan pengertian secara umum, gambar,
dan video 15 yang penulis dapat dari internet, buku, ataupun dokumentasi pribadi.
4.2.1.1 Apagados
Pada lagu Sipatokaan, teknik apagados ditemukan pada birama ke-2 dan 4 (lembar pertama) dan birama ke-75 (lembar ketiga). Dalam notasi, apagados
dilambangkan dengan staccato mark 16 (tanda titik di atas/bawah not). Birama 1-4:
15 Sumber: http://www.youtube.com/watch?v=jm9Awi4vl6s 16 Tanda untuk membuat jeda yang berbeda di not yang bersangkutan.
Birama 74 -75:
Apagados ialah teknik untuk memainkan not lebih pendek dari nilai yang tertulis atau bisa juga dikatakan memainkan not dengan nilai sesingkat- singkatnya. Apagados untuk beberapa not yang berurutan, akan menimbulkan efek bunyi yang tersendat-sendat. Tidak hanya pada gitar klasik, teknik ini pun sering digunakan di kalangan gitar elektrik. Dalam permainan elektrik, teknik ini dikenal dengan istilah choking.
Ada 2 cara untuk melakukan teknik ini, yaitu:
1. Menyentuh senar yang bergetar dengan jari kiri atau kanan untuk menghentikan bunyinya (untuk not pada open string dan akor dengan teknik ceja yang mengharuskan staccato pada nada bass saja).
2. Mengendurkan tekanan pada jari kiri (untuk not yang memerlukan bantuan pencetan jari kiri dalam pemetikannya).
Pada birama 2 dan 4, not dengan staccato mark berada di posisi B (open string senar 2) dengan nilai ketukan yang berbeda (not B pada birama ke-2 bernilai 1 ketuk dan bernilai ½ ketuk pada birama ke-4). Dapat dilihat pada notasi di atas, staccato mark yang dilambangkan dengan tanda titik (tanda panah) berada di atas not-not tersebut. Dengan asumsi not yang dimainkan sesingkat-singkatnya menjadi bernilai ¼ ketuk, maka bunyi dari nada tersebut dapat digambarkan dengan notasi berikut.
Birama ke-2:
Jika dimainkan akan berbunyi seperti notasi berikut
Not B pada notasi pertama bernilai 1 ketuk. Ketika dimainkan dengan teknik apagados, nilainya menjadi ¼ ketuk dengan tanda istirahat bernilai ¾ ketuk.
Birama ke-4:
Jika dimainkan akan berbunyi seperti notasi berikut
Not B pada notasi pertama bernilai ½ ketuk. Ketika dimainkan dengan teknik apagados, nilainya menjadi ¼ ketuk dengan tanda istirahat bernilai ¼ ketuk.
Birama ke-75:
Jika dimainkan akan berbunyi seperti notasi berikut
Not B pada notasi pertama bernilai ½ ketuk. Ketika dimainkan dengan teknik apagados, nilainya menjadi ¼ ketuk dengan tanda istirahat bernilai ¼ ketuk.
4.2.1.2 Ceja
Teknik ini banyak ditemukan pada lagu Sipatokaan. Penulis melihat, ada 19 kali teknik ceja muncul dalam lagu ini. Oleh sebab itu penulis akan mengambil dua contoh yang berbeda jenisnya, yaitu pada birama ke-29 (lembar pertama) dan birama ke-43 (lembar kedua). Dalam notasi, ada beberapa cara untuk melambangkan teknik ini. Yang paling sering digunakan adalah tanda “C” diikuti angka yang menunjukkan posisi pada fret berapa teknik ini dimainkan. Namun ada juga yang hanya sekedar menambahkan garis tegak lurus didepan not-not yang akan menggunakan teknik ini.
Birama ke-29:
Birama ke-43:
Ceja adalah teknik untuk menekan beberapa (dua hingga enam) senar dengan hanya menggunakan satu jari 17 . Teknik disebut juga dengan istilah barre.
Ceja memungkinkan gitaris mendapatkan akor-akor baru tanpa mengubah susunan jari kiri, melainkan cukup menggesernya ke posisi lain.
Teknik ini, atau yang bisa disebut dengan teknik palang, mempunyai beberapa cara khusus agar mendapatkan kualitas suara yang baik. Cara tersebut antara lain:
17 Biasanya yang dipakai jari telunjuk. Namun terkadang pada beberapa lagu fingerstyle/pop, banyak bagian teknik ceja yang memakai jari kelingking dan telunjuk secara
bersamaan. Biasa dimainkan untuk akor yang rumit.
1. Usahakan seluruh telunjuk kiri berada tepat di sisi fret (penekanan tepat di atas fret akan menghasilkan suara yang tidak sempurna) yang diinginkan.
2. Telunjuk kiri tidak harus selalu berbentuk rata. Karena kebanyakan akor dengan ceja memerlukan tekanan jari telunjuk di senar tertentu saja.
3. Hindari menekan senar dengan tenaga berlebihan karena dapat menyakiti jari telunjuk. Terlebih jika terdapat lebih dari satu teknik ini dalam satu lagu. Untuk perpindahan ceja secara langsung dari satu akor ke akor yang lainnya diperlukan kelenturan jari telunjuk dan tentunya tekanan yang tidak berlebihan pada senar. Penekanan dengan tenaga yang berlebihan sering dilakukan akibat suara yang dihasilkan kurang bagus. Namun sedikit tekanan dengan posisi yang tepat sudah dapat membuat kualitas suara yang dihasilkan baik.
Berdasarkan jumlah senar yang ditekan, ceja dapat dibagi 2. Ceja yang ditekan disemua senar (whole barre) dan tidak pada semua senar (half barre). Kedua jenis teknik ini dapat dilihat pada kedua notasi yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu birama ke-29 dan 43.
Birama ke-29: G# (senar 1 fret 4)
B (senar 2 open string) Pada birama ke-29, ada 2 not yang dimainkan menggunakan teknik ceja (lingkaran merah). Not-not tersebut ialah G# dan B. Not G# berada pada senar 1 B (senar 2 open string) Pada birama ke-29, ada 2 not yang dimainkan menggunakan teknik ceja (lingkaran merah). Not-not tersebut ialah G# dan B. Not G# berada pada senar 1
Gambar 4.1 Half Barre
nada B
nada G#
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Pada gambar di atas dapat dilihat teknik ceja yang digunakan untuk menekan senar 1-3 pada fret 4. Walaupun hanya dua not pada notasi yang Pada gambar di atas dapat dilihat teknik ceja yang digunakan untuk menekan senar 1-3 pada fret 4. Walaupun hanya dua not pada notasi yang
Birama ke-43:
B (senar 1 fret 7)
B (senar 2 open string)
B (senar 5 fret 2) Pada birama ke-43, ada 3 not yang terlihat memakai teknik ceja dalam memainkannya. Juga terdapat petunjuk di posisi/fret berapa not-not tersebut dimainkan. Angka romawi (lingkaran merah) menunjukkan bahwa teknik ini dimainkan pada fret ke 7.
Ketiga not pada birama ke-43 tersebut adalah nada B yang dimainkan di tiga posisi berbeda (tiga nada yang sama dengan frekwensi yang berbeda). Nada B tertinggi berada di fret ke-7, sudah tepat berdasarkan petunjuk posisi di atas. Nada
B yang berada di tengah berada di senar 2 open string. Perlu dicari posisi lain agar bisa memenuhi syarat dalam memainkan teknik ini, yaitu harus berada pada satu fret . Namun nada B yang dimaksud tidak terdapat pada fret ke-7 di senar manapun. Jika melakukan teknik palang di fret 7, posisi terdekat nada tersebut (bisa ditekan dengan jari lain selain telunjuk) adalah di posisi senar 4 fret 9. Jadi nada tersebut bukan ditekan dengan telunjuk, tetapi jari manis atau tengah (untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah). Untuk nada B yang terendah, berada di senar 5 fret 2. Untuk menyesuaikan ke teknik ceja pada posisi 7, nada B tersebut dimainkan pada senar 6 fret 7.
Gambar 4.2 Barre
nada B
nada B
nada B
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Pada gambar di atas dapat dilihat teknik ceja yang digunakan menekan seluruh senar pada fret 7. Namun hanya ada 3 nada yang dibunyikan (dipetik), 2 nada yang ditekan dengan palang (nada B terendah, senar 6 fret 7 dan nada B tertinggi, senar 1 fret 7) serta nada B yang ditekan dengan jari manis (senar 2 fret 9). Teknik ceja seperti ini, dengan menekan keenam/seluruh senar, disebut juga dengan barre.
4.2.1.3 Strumming
Pada lagu Sipatokaan, teknik strumming ditemukan pada birama ke-104 (lembar ketiga). Dalam notasi, strumming dilambangkan dengan tanda panah ke atas/bawah di depan not.
Birama ke-104:
Strumming ialah membunyikan lebih dari satu senar sekaligus secara serentak. Ada yang menyebutnya teknik “genjrengan” atau kocokan. Teknik ini
merupakan teknik pokok bagi gitaris pengiring. Berbeda dengan rasguedo 18 , teknik ini biasanya hanya menggunakan satu jari. Pada lambang notasi untuk
teknik ini, juga dibubuhkan jari yang akan melakukan teknik strumming. Gerakan dasar strumming hanya ada 2:
1. Down stroke, strumming ke arah kaki gitaris. Dilambangkan dengan tanda panah ke atas.
2. Up stroke , strumming ke arah wajah gitaris. Dilambangkan dengan tanda panah ke bawah.
Pada lagu Sipatokaan, teknik strumming ditemukan di bar ke-104. Pada bar ini terlihat teknik ceja pada posisi ke-2 dimainkan dengan teknik strumming dengan memakai jari P (jempol). Jempol memetik nada sol, re, fa, si, re, sol (akor F#Maj7) secara serentak ke arah tanah (down stroke).
18 Teknik strumming dengan memukulkan secara berurutan empat jari kanan ke semua senar. Dimulai dari kelingking sampai telunjuk. Biasa digunakan dalam musik flamenco.
Gambar 4.3 Strumming
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Birama ke-104 pada notasi menunjukkan enam nada yang akan dibunyikan dengan teknik ini, yang dimulai dari senar 6 dan berakhir di senar 1. Strumming memerlukan kelenturan pergelangan tangan saat melakukannya. Bukan dengan hanya pergerakan jari, tetapi ayunan dari pergelangan tangan akan sangat membantu untuk mendapatkan suara “genjrengan” yang bagus.