Hubungan Antara Variabel-Variabel Independen dengan Variabel Dependen

24. Hubungan Antara Variabel-Variabel Independen dengan Variabel Dependen

a. Tingkat Bunga Internasional (LIBOR)

Ada dua faktor penting yang menentukan motif yang mendorong untuk mengadakan investasi, yaitu tingkat keuntungan bersih yang diharapkan dan suku bunga. Mengenai pengaruh tingkat bunga terhadap pengeluaran investasi suatu masyarakat baik menggunakan pendekatan yang sederhana maupun pendekatan yang lebih bervariasi menghasilkan kesimpulan yang sama, yaitu bahwa investasi merupakan fungsi tingkat bunga, sehingga :

dalam arti bahwa meningkatnya tingkat bunga, r, mengakibatkan berkurangnya pengeluaran investasi dan sebaliknya (Soediyono, 1992).

Dalam bentuk grafik, hubungan negatif antara tingkat bunga dengan pengeluaran investasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.10 Pengeluaran Investasi Sebagai Fungsi Tingkat Bunga

Tingkat bunga (%)

Pengeluaran investasi dalam milyar Rp

Tingkat bunga akan mempengaruhi keputusan investor untuk melakukan investasi sehubungan dengan alternatif keuntungan yang akan dinikmati oleh investor. Apabila menanamkan saja di bank dengan tingkat bunga yang tinggi daripada untuk investasi karena keuntungan pengembalian modalnya yang lebih rendah, demikian pula sebaliknya.

Memang benar bahwa suku bunga merupakan faktor yang cukup penting yang mempengaruhi keputusan investasi. Menurut Keynesian suku bunga tidaklah merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi investasi, disamping itu masih terdapat situasi depresi atau kelesuan kegiatan ekonomi yang menciptakan ekspektasi keuntungan bisnis yang kurang menggembirakan sehingga menyebabkan rendahnya investasi meskipun suku bunga rendah.

b. Tingkat Inflasi di Indonesia

Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga- harga untuk menaik secara umum dan terus menerus (Boediono, 1994). Adapun berbagai cara untuk menggolongkan jenis atau macam inflasi, berdasar lajur kecepatannya inflasi dibagi ke dalam:

a. Inflasi lunak (mild inflation) atau creeping inflation, umumnya kurang dari 5% setahun dianggap sehat untuk perkembangan ekonomi.

b. Inflasi cepat (galloij inflation), umumnya 5% atau lebih setahun.

c. Inflasi meroket (hyper inflation), umumnya di atas 100% setahun. Inflasi cepat apalagi inflasi meroket dirasa meresahkan masyarakat maka pemerintah berusaha untuk membendungnya.

Berdasarkan pada sumber penyebabnya inflasi dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Inflasi permintaan (demand-pull inflation) Inflasi permintaan ini timbul sebagai akibat dari meningkatnya permintaan agregatif. Kenaikan harga barang akhir (output) mendahului kenaikan harga barang-barang input dan faktor produksi seperti upah dan sebagainya.

b. Inflasi penawaran (cost-push inflation) Merupakan inflasi yang timbul sebagai akibat berkurangnya penawaran agregatif. Kenaikan harga barang-barang input dan faktor produksi mendahului kenaikan barang-barang akhir atau output.

c. Inflasi Campuran (mixed inflation) Adalah inflasi yang unsur penyebabnya berupa campuran antara demand-pull dan cost-push, yang secara harafiah dapat kita terjamahkan dengan tarikan permintaan dan dorongan biaya.

Pengaruh dari kedua macam inflasi tersebut, dari segi kenaikan harga output tidak berbeda, tetapi dari segi volume output ada perbedaan. Dalam kasus demand inflation biasanya ada kecenderungan bagi output menaik bersama-sama dengan kenaikan harga umum. Besar kecilnya kenaikan output ini tergantung kepada elastisitas kurva aggregate supply; semakin mendekati output semakin tidak elastis kurva ini. Sebaliknya, dalam kasus cost inflation biasanya kenaikan harga dibarengi dengan penurunan hasil penjualan barang (kelesuan usaha/investasi).

Munculnya tekanan inflasi pada suatu negara sedang berkembang adalah tak terelakkan, lantaran adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran barang-barang domestik, menyusul Munculnya tekanan inflasi pada suatu negara sedang berkembang adalah tak terelakkan, lantaran adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran barang-barang domestik, menyusul

Gambar 2.11

Apabila keadaaan ekonomi suatu negara tidak menentu dimana inflasi yang terjadi meningkat tajam maka dapat mendorong investor asing menanamkan modalnya dalam jumlah yang lebih besar. Dengan kata lain, penanaman modal asing berbanding lurus dengan kenaikan inflasi.

c. Penyediaan Fasilitas (Prasarana) PMA

Sarana dan prasarana (infrastruktur) merupakan hal yang sangat menentukan terealisasinya atau tidak suatu proyek investasi. Penyediaan fasilitas (prasarana) PMA di suatu negara adalah merupakan salah satu usaha yang sering dilakukan oleh suatu negara untuk dapat menarik para investor melakukan investasi di negaranya. Penyediaan fasilitas (prasarana) PMA antara lain berupa jalan, pembangkit tenaga listrik, jaringan telekomunikasi dan sarana transportasi.

Letak geografis DIY yang terletak di tengah-tengah propinsi lain yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam kondisi geografis yang terjepit inilah yang menyebabkan DIY hanya dilewati para investor. Oleh karena itu dalam usaha menarik minat investor agar menanamkan modalnya di DIY salah satunya adalah dengan meningkatkan Letak geografis DIY yang terletak di tengah-tengah propinsi lain yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam kondisi geografis yang terjepit inilah yang menyebabkan DIY hanya dilewati para investor. Oleh karena itu dalam usaha menarik minat investor agar menanamkan modalnya di DIY salah satunya adalah dengan meningkatkan

Oleh karena itu penyediaan fasilitas (prasarana) PMA di DIY dikhususkan pada fasilitas jalan dengan menggunakan data panjang jalan di DIY menurut kelas jalan pada periode 1986-2011 menjadi titik tolak penelitian ini. Dengan adanya penyediaan fasilitas PMA tersebut di DIY diharapkan akan meningkatkan gairah pengusaha khususnya investor asing untuk menanamkan modalnya di DIY.

d. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah atau kabupaten, dengan cara mengurangkan biaya antara dari masing-masing total produksi bruto dari tiap-tiap kegiatan, sub sektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi lapangan usaha yaitu :

1. Pertanian, Peternakan, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan

2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, gas dan air bersih

5. Konstruksi

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan, Penyewaan dan Jasa-jasa Perusahaan

9. Jasa-jasa lain termasuk pelayanan pemerintah

Pada kenyataan terdapat kaitan yang sangat erat antara investasi dengan pendapatan dalam suatu daerah tertentu. Terdapat hubungan yang positif apabila pendapatan naik maka pengeluaran investasi juga akan naik. Begitu pula sebaliknya. Meningkatnya Pada kenyataan terdapat kaitan yang sangat erat antara investasi dengan pendapatan dalam suatu daerah tertentu. Terdapat hubungan yang positif apabila pendapatan naik maka pengeluaran investasi juga akan naik. Begitu pula sebaliknya. Meningkatnya

e. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Peluang penanaman modal dalam negeri (PMDN) masih terbuka lebar didukung oleh kebijakan pemerintah melalui kebijakan penanaman modal yang kondusif. Guna mengetahui tentang penanaman modal perlu diketahui definis penanam modal dalam negeri yaitu adalah penanaman modal yang dilakukan oleh perseorangan WNI, badan usaha Indonesia, Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal diwilayah negara Indonesia (pasal 1 ayat 5 UU No.25 tahun 2007). Berdasarkan definisi tersebut penanam modal dalam negeri dapat dilakukan oleh badan hukum (PT) dan bukan badan hukum (Fa. CV) sepanjang penanam modal dilakukan di wilayah Indonesia, serta PMDN juga dapat dilakukan oleh perseorangan WNI tanpa berbentuk badan hukum (PT/Koperasi) atau bukan badan hukum.

Sedang definisi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebagaimana di jelaskan dalam UU No.25 tahun 2007 pasal 1ayat 3 adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara RI yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Berdasarkan definisi PMDN maka yang termasuk katagori penanaman modal dalam negeri bila usahanya di wilayah Negara RI tidak diluar negeri dan seluruh modal berasal dari dalam negeri.

Mengapa penanaman modal dalam negeri seluruh modalnya wajib berasal dari dalam negeri karena berdasarkan pasal 1 ayat 9 UU

N0.25 tahun 2007 menyebutkan bahwa modal dalam negeri adalah adalah modal yang dimiliki oleh negara RI, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum. Bagi penanaman modal yang awalnya PMDN kemudian masuk pemegang saham asing maka status perusahaan otomatis berubah menjadi penanaman modal asing (PMA). Perubahan status tersebut disebabkan saham penanaman modal dalam negeri sudah tidak seratus persen lagi (100%) karena masuk modal asing dalam persentasi sekecil apapun.

Dalam konteks badan hukum maksudnya usaha penanaman modal sudah memiliki akta pendirian badan hukum (PT atau Koperasi) sebagaimana yang diatur dalam UU No.40 tahun 2007 tentang perseroan (PT) dan UU No.25 tahun 1992 tentang Koperasi. Perlu di catat bahwa suatu perusahaan disebut telah berbadan hukum apabila akta pendirian perusahaan telah disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM bila belum disahkan maka belum diakui badan hukum, demikian puka dengan koperasi akta pendirian koperasi harus sudah disahkan oleh pejabat kantor Koperasi yang berwenang. (Penulis adalah Widyaiswara pada Pusdiklat BKPM Pusat, Jakarta)

I. Penjelasan Umum

Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.

Ketentuan mengenai Penanaman Modal diatur didalam Undang-undang No. 25 Tahun 2005 tentang Penanaman Modal Penanam modal Negeri dapat dilakukan oleh perseorangan warga negara Negeri, badan usaha Negeri, dan/atau pemerintah Negeri yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Kegiatan usaha usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis Ketentuan mengenai Penanaman Modal diatur didalam Undang-undang No. 25 Tahun 2005 tentang Penanaman Modal Penanam modal Negeri dapat dilakukan oleh perseorangan warga negara Negeri, badan usaha Negeri, dan/atau pemerintah Negeri yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Kegiatan usaha usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis

Perusahaan Penanaman Modal Negeri mendapatkan fasilitas dalam bentuk : · Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan netto

sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu;

· Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang

belum dapat diproduksi di dalam negeri; · Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan

penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu;

· Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan

produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu;

· Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat; dan · Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk

bidang usaha tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu.

Kriteria Perusahaan Penanaman Modal Negeri yang mendapatkan fasilitas antara lain :

· Menyerap banyak tenaga kerja · Termasuk skala prioritas tinggi · Termasuk pembangunan infrastruktur · Melakukan alih teknologi · Melakukan industri pionir

· Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah

perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu · Menjaga kelestarian lingkungan hidup · Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi

· Bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi · Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau

peralatan yang diproduksi didalam negeri.

II. Peraturan dan Perundang-undangan terkait :

· Undang-undang No. 25 Tahun 2007 - Tentang Penanaman

Modal · Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas · Peraturan Presiden No. 36 Th 2010 Tentang Perubahan Daftar

Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal

· Peraturan Kepala BKPM No. 12 Tahun 2009 Tentang Pedoman

dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal

III. Dokumen yang akan diproses dan Jangka Waktu

No.

Keterangan

Jangka Waktu (Hari Kerja) NORMAL

Jangka Waktu (Hari Kerja) EKSPRESS

Dalam Negeri (PMDN)

Konsultasi dan perisapan Pendirian Perusahaan

Penanaman

Modal

Dalam Negeri

1-5

1-5

Cek dan Booking Nama Perusahaan

Persetujuan Pendaftaran Penanaman Modal

di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Akta Pendirian Perusahaan oleh Notaris

Perusahaan (Lurah – Camat)

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Surat Pengukuhan Perusahaan Kena Pajak (SP PKP)

Surat

Keputusan/Pengesahan

Menteri Hukum dan HAM

Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

IV. Cara Pembayaran

Down Payment 50% setelah Surat Perjanjian Kerja/PO, pelunasan setelah NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) diselesaikan.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pengaruh PDRB, Tingkat Suku Bunga dan Jumlah Angkatan Kerja terhadap PMA dan PMDN pernah dilakukan oleh Valentinus Gegegoran dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Investasi di Daerah Istimewa Yogyakarta 1980 1997” pada tahun 1995. Dan serta juga penelitian tentang Tingkat Bunga, Pendapatan Nasional, Tenaga Kerja dan Kebijakan Deregulasi telah mempengaruhi PMDN dan PMA pernah dilakukan oleh Riya Suharnata dengan judul “Investasi PMDN

dan PMA di Indonesia Beberapa variabel yang Mempengaruhi dan

Prospeknya bagi Penerima Devisa” pada tahun 2000. Dan serta juga penelitian tentang Pendapatan Nasional, Tingkat Bunga Internasionak, Tingkat Inflasi, Tingkat Upah, dan Penyediaan Fasilitas di Indonesia mempengaruhi PMA ini pernah dilakukan oleh Franky dengan judul “Analisis

Faktor-Faktor yang Mem-pengaruhi Keputusan Investor Asing

Menanamkan Modalnya di Indonesia Tahun 1969 – 1991” pada tahun 1994.

C. Hipotesis Operasional

Berdasarkan perumusan masalah, teori yang ada, tujuan penelitian dengan memperhatikan kejadian empiris maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga Produk Domestik Regional Bruto Daerah Istimewa Yogyakarta (PDRB DIY) berpengaruh positif terhadap penanaman modal asing.

2. Diduga Penanaman Modal Dalam Negeri Daerah Istimewa Yogyakarta (PMDN DIY) berpengaruh positif terhadap penanaman modal asing.

3. Diduga tingkat inflasi di Daerah Istimewa Yogyakarta berpengaruh positif dan signifikan terhadap penanaman modal asing.

4. Diduga tingkat suku bunga internasional di Daerah Istemewa Yogyakarta berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penanaman modal asing.