ekonomi lebih banyak di sektor keuangan ini dibandingkan dengan sektor riil. Selanjutnya diketahui pula bahwa, tingkat bunga mempunyai hubungan dengan
tingkat inflasi. Hubungan tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil dengan inflasi dapat
ditulis sebagai berikut: i = r +
π Persamaan di atas merupakan persamaan Irving Fisher.Dari persamaan
tersebut ditunjukkan bahwa, tingkat bunga bisa berubah karena dua alasan Mankiw, 2007 yaitu:
1. Karena tingkat bunga riil berubah, dan 2. Karena tingkat inflasi berubah
Menurut teori kuantitas, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan tingkat inflasi sebesar 1 persen, selanjutnya dari
persamaan Fisher dapat dinyatakan pula bahwa kenaikan 1 persen tingkat inflasi akan menaikkan suku bunga nominal sebesar 1 persen. Dari fakta ini jelas bahwa
suku bunga dan inflasi mempunyai hubungan yang positif.
2.4. Perbedaan Tingkat Inflasi
Pakar ekonomi menyatakan bahwa inflasi merupakan bagian dari ekonomi moneter, seperti dijelaskannya dalam tulisan bahwa “inflasi selalu dan dimanapun
merupakan fenomena moneter Mankiw, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat inflasi adalah persentase perubahan di dalam tingkat harga, sedangkan indeks harga itu sendiri adalah mengukur biaya dari sekelompok barang
tertentu sebagai persentasi dari kelompok yang sama pada periode awal. Teori PPP ini terbagi menjadi dua yaitu versi absolut dan versi relatif. Teori PPP versi absolut
sering dikaitkan dengan teori Law of One Price walaupun sebenarnya ada perbedaan antara keduanya. Teori Law of One Price lebih diterapkan pada satu jenis barang saja
sedangkan teori PPP diterapkan pada tingkat harga secara keseluruhan yaitu dengan menggunakan sekeranjang barang dan jasa. Sementara versi relatif dari teori PPP
muncul karena banyaknya kelemahan dalam versi absolut yaitu berupa asumsi-asumsi yang tidak realistis yaitu tidak adanya biaya transportasi dan bebas dari hambatan
perdagangan. Dalam kenyataannya, biaya transportasi maupun hambatan perdagangan tidaklah dapat diabaikan. Dalam versi relatifnya, teori PPP mengubah
pernyataan tingkat harga dan tingkat kurs keseimbangan menjadi perubahan harga dan perubahan kurs keseimbangan Salvatore, 1997. Salah satu teori yang
menjelaskan hubungan antara tingkat harga atau inflasi dengan pergerakan nilai tukar adalah teori paritas daya beli atau Purchasing Power Parity Theory PPP. Teori
paritas daya beli ini merupakan salah satu teori yang paling sering diuji validitasnya. Dalam teori paritas daya beli ini dikatakan bahwa nilai tukar antara dua negara
seharusnya sama dengan rasio dari tingkat harga di kedua negara tersebut. Sehingga jatuhnya daya beli domestik pada suatu mata uang meningkatnya tingkat harga
domestik atau meningkatnya inflasi akan diikuti oleh depresiasi pada mata uang negara tersebut di pasar uang luar negeri. Namun, jika yang terjadi adalah sebaliknya
Universitas Sumatera Utara
yaitu daya beli domestik mengalami kenaikan tingkat inflasi turunterjadi deflasi maka akan diikuti pula oleh apresiasi pada mata uangnya.
Kenaikan tingkat inflasi yang mendadak dan besar di suatu negara akan menyebabkan meningkatnya impor oleh negara tersebut terhadap
berbagai barang dan jasa dari luar negeri, sehingga semakin diperlukan banyak valuta asing untuk membayar transaksi impor tersebut. Hal ini akan
mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap valuta asing di pasar valuta asing. Inflasi yang meningkat secara mendadak tersebut, juga
memungkinkan tereduksinya kemampuan ekspor nasional negara yang bersangkutan, sehingga akan mengurangi supply terhadap valuta asing di
dalam negerinya. Teori Inflasi Klasik berpendapat bahwa tingkat harga ditentukan oleh jumlah
uang beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai mata uang dengan jumlah uang, serta nilai uang dan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih cepat dari
pertambahan barang maka nilai uang akan merosot dan ini sama dengan kenaikan harga. Jadi menurut Klasik, Inflasi berarti terlalu banyak uang beredar atau terlalu
banyak kredit dibandingkan dengan volume transaksi Gilarso, 1986.
2.5. Perbedaan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi