3.9.1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam uji t dan uji F
diasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Oleh sebab itu Santoso 2001 menyatakan “Untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau
mendekati normal dan atau bias dianggap normal, jika bias maka akan dilakukan uji Normality Plot, yaitu suatu pengujian dengan menggunakan Grafik PP-Plot”.
Uji normalitas data dengan menggunakan Uji Normality Plot dengan dasar pengambilan keputusan melihat grafik PP-Plot yaitu jika terlihat sebaran data
bergerombol di sekitar garis uji yang mengarah ke kanan atas dan tidak ada data yang terletak jauh dari sebaran data. Dengan demikian data tersebut bisa dikatakan normal.
3.9.2. Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel bebasnya. Menurut Ghozali 2005 bahwa “jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal”. Variabel
ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di
dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance
Universitas Sumatera Utara
Inflation Factor VIF, jika nilai tolerance 0,10 atau nilai VIF 10 berarti terdapat multikolinearitas.
3.9.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskesdastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain atau
gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Standardized Delete Residual nilai tersebut. “Heterokedastisitas dapat diuji dengan menggunakan uji
metode grafik, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu yang tergambar pada scatterplot” Sulaiman, 2004. Dasar pengambilan keputusan adalah :
a. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola teratur
bergelombang, melebar kemudian menyempit maka telah terjadi heterokedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastisitas Sulaiman, 2004.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Kantor Bersama SAMSAT Medan Selatan
4.1.1.1. Sejarah Singkat Kantor Bersama SAMSAT Medan Selatan
Sistem Administrasi Manunggal dibawah Satu Atap atau disebut SAMSAT, dibentuk pada tahun 1976. Kantor Bersama SAMSAT Medan Selatan berdiri sejak
tahun 1987, tepatnya pada tanggal 15 Juni, dengan Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri, yaitu Menteri Pertahanan dan KeamananPanglima ABRI, Menteri
Keuangan dan Menteri Dalam Negeri. Dalam operasionalisasi secara koordinatif dan integratif dilakukan oleh tiga
instansi, yaitu : Kepolisian Negara Republik Indonesia POLRI, yang mempunyai fungsi dan kewenangan dibidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor,
Dinas Pendapatan Provinsi dibidang Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor PKB dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor BBN-KB, dan PT. Jasa Raharja
Persero yang berwenang dibidang penyampaian Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan SWDKLLJ.
Untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada masyarakat dalam pengurusan registrasi kendaraan bermotor, pembayaran pajak dan SWDKLLJ itulah
maka dibentuklah Kantor Bersama SAMSAT.
Universitas Sumatera Utara