74 pemilihan sebuah media dalam pembelajaran. Model ini dapat dilihat pada tabel
3 di bawah ini. Tabel 3 : Model ASSURE A. Januszewski, M. Molenda, 2008 : 209
A S
S U
R E
Analyze Learners
State Objective
Select methods,
media and materials
Utilize media and
materials Require
learners participation
Evaluate and Revise
Dengan demikian jelas bahwa media audio merupakan media pengirim pesan yang mengandalkan pada indera pendengaran dan merupakan
pengalaman serta membutuhkan ketrampilan dalam mendengarkan. Berkaitan dengan model yang akan dikembangkan, peneliti akan mengembangkan media
audio pembelajaran karakter dengan mengadopsi model ADDIE dengan menggunakan format sajian program audio pembelajaran yang berupa drama.
Pengadopsian model ADDIE ini dikarenakan model ini merupakan salah satu model yang tepat dan sederhana digunakan untuk mengembangkan sebuah
media.
4. Pendidikan Karakter
Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa,
bertujuan untuk
commit to user
75 berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Hal tersebut mencerminkan adanya pendidikan karakter dalam implementasinya.
Pendidikan karakter adalah kualitas moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan
individu lain Furqon Hidayatullah, 2010:11. Dikemukakan lebih lanjut bahwa karakter individu adalah kualitas mental atau kekuatan moral, akhlak atau budi
pekerti yang merupakan kepribadian khusus yang harus melekat pada seseorang dan yang mendorong dan penggerak dalam melakukan sesuatu. Individu
dikatakan berkarakter jika memiliki nilai dan keyakinan yang dilandasi hakikat dan tujuan pendidikan serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam
menjalankan tugasnya. Dengan demikian seseorang dikatakan berkarakter jika memiliki kualitas mental spiritual, berakhlak dan berbudi pekerti. Hal ini
sejalan dengan UU Sisdiknas tersebut. Masnur Muslich 2011:67 mendefinisikan pendidikan karakter sebagai
pendidikan budi pekerti sebagai pendidikan nilai moralitas manusia yang disadari dan dilakukan tindakan nyata. Pada proses pendidikan karakter di
dalamnya terdapat unsur untuk membentuk karakter seseorang melalui pembelajaran. Lebih lanjut dikemukakan Masnur bahwa pendidikan karakter
commit to user
76 memiliki empat ciri yaitu : a Keteraturan interior dimana setiap tindakan
diukur dengan nilai, b Koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh prinsip, tidak mudah terombang ambing pada situasi baru atau
takut resiko, c Otonomi, seseorang menginternalisasi aturan dari luar sampai menjadi nilai bagi pribadi, d Keteguhan dan kesetiaan.
Definisi lainnya dikemukakan oleh Zamroni 2011:159 yang mengemukakan bahwa pendidikan karakter merupakan proses untuk
mengembangkan pada diri setiap peserta didik tentang kesadaran sebagai warga negara yang bermartabat, merdeka dan berdaulat dan berkemauan untuk
menjaga dan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan tersebut. Untuk itu diperlukan kesadaran dari peserta didik untuk mewujudkan hal tersebut.
Abdullah Munir 2010:2-3 mendefinisikan karakter sebagai sebuah pola, baik itu pikiran, sikap maupun tindakan yang melekat pada diri seseorang
dengan sangat kuat dan sulit dihilangkan. Sosok pribadi yang berkarakter itu tidak hanya cerdas lahir bathin tetapi juga memiliki kekuatan untuk
menjalankan sesuatu yang dipandangnya benar dan mampu membuat orang lain memberikan dukungan terhadap apa yang dijalankannya.
Untuk membentuk karakter seseorang tidaklah mudah, untuk itu dibutuhkan strategi dalam pendidikan karakter. Strategi dalam pendidikan
karakter dapat dilakukan melalui sikap – sikap Furqon Hidayatulloh, 2010 : 39 : 1 keteladanan, 2 penanaman kedisiplinan, 3 pembiasaan, 4
commit to user
77 menciptakan suasana yang kondusif dan 5 integrasi dan internalisasi.
Sedangkan Direktorat Ketenagaan Pendidikan Tinggi 2010:8 pembentukan karakter melalui strategi : 1 keteladanan, 2 intervensi, 3 pembiasaan yang
dilakukan secara konsisten, 4 penguatan. Samsi Haryanto 2010:4 mengemukakan bahwa pendidikan karakter
menekankan kebebasan diri individu untuk menentukan pilihan sesuai penerangan budinya. Dijelaskan lebih lanjut bahwa penerangan budinya
berkaitan dengan niali – nilai yang wajib dilaksanakan, khususnya berpegang teguh pada nilai – nilai luhur bangsa Indonesia yaitu Pancasila. Hal ini sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Doni Koesoema 2010:140 yang menjelaskan bahwa pendidikan karakter termasuk sebuah pedagogi yang memberikan
penekanan pada nilai – nilai atau idealisme. Dikemukakan lebih lanjut bahwa pendidikan karakter sebagai sebuah pedagogi memberikan tiga matra penting
setiap tindakan edukatif maupun campur tangan intensional bagi sebuah kemajuan pendidikan, matra tersebut yaitu : individu, sosial dan moral.
Pendidikan karakter berusaha menanamkan nilai-nilai yang terkandung dan menempatkannya secara integral dalam keseluruhan kehidupan. Pendidikan
karakter bukan hanya ditambahkan tetapi sesuatu yang hakiki yang menduduki tempat penting dalam pendidikan. Dick Hartoko 1985:41 mengemukakan
bahwa pendidikan adalah proses pemanusiaan, artinya manusia hanya akan menjadi manusia bila manusia tersebut memiliki budi, berhati dan berkehendak
commit to user
78 serta mengaktualisasikan dan mengembangkan budi, hati dan kehendaknya. Hal
tersebut dikuatkan oleh Sardiman AM 2011:394 yang mendefinisikan pendidikan karakter sebagai proses pembudayaan dan pemanusiaan, pendidikan
karakter senantiasa merupakan proses pemberian bimbingan dan fasilitasi kepada peserta didik agar menjadi manusia seutuhnya, manusia yang
berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter Puskur, 2011:3
meliputi : 1 Religiusitas, 2 Jujur, 3 Toleransi, 4 Disiplin, 5 Kerja keras, 6 Kreatif, 7 Mandiri, 8 Demokratis, 9 Rasa ingin tahu, 10 Semangat
kebangsaan, 11 Cinta
tanah air,
12 Menghargai
prestasi, 13
Bersahabatkomunikatif, 14 Cinta damai, 15 Gemar membaca, 16 Peduli lingkungan, 17 Peduli sosial, dan 18 Tanggung jawab.
Hubungan nilai-nilai karakter menurut Direktorat PSMP dalam Herawati Susilo 2010:5 adalah : a Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan
Yang Maha Esa, b Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri, c Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama, d Nilai karakter dalam
hubungannya dengan lingkungan, e Nilai karakter dalam hubungannya dengan nilai kebangsaan. Lebih lanjut Herawati Susilo 2010:2 sendiri mendefinisikan
pendidikan karakter sebagai individu mulia yang memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai – nilai seperti reflektif, percaya diri,
rasional, logis, kritis, analistis, kreatif, inovatif, mandiri, hidup sehat, tanggung
commit to user
79 jawab, cinta ilmu, sabar, berhati – hati, rela berkorban, pemberani, dapat
dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet, gigih, teliti, berinisiatif, berpikir
positif, disiplin,antisipasif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, efisien, menghargai waktu, dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta
keindahan, sportif, tabah, terbuka, tertib. Dikemukakan lebih lanjut bahwa pendidikan karakter merupakan sistem penanaman nilai – nilai karakter pada
siswa yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, tindakan untuk melaksanakan nilai – nilai tersebut.
Secara lebih rinci Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional 2010:9-10 mengidentifikasi nilai untuk pendidikan karakter pada tabel 4
berikut. Tabel 4 : Nilai – Nilai Pendidikan Karakter
NILAI DESKRIPSI
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dinutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan
pemeluk agama lain
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan