PEMBIAAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH: Studi Kasus di SMP Negeri 4 Bandung.

(1)

PEMBIAAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN UNTUK MENINGKATKAN

KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH

(Studi Kasus di SMP Negeri 4 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

NUR ILMI SETIANINGSIH 0907368

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

PEMBINAAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH

(Studi Kasus di SMP Negeri 4 Bandung)

Oleh

Nur Ilmi Setianingsih 0907368

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Pendidikan Kewarganegaraan

©Nur Ilmi Setianingsih, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, foto copy atau dengan cara lainnya tanpa seijin penulis


(3)

NUR ILMI SETIANINGSIH

PEMBINAAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH

(Studi Kasus di SMP Negeri 4 Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si NIP. 19620316 198803 1 001

Pembimbing II

Dra. Iim Siti Masyitoh, M.Si NIP. 19620102 198608 2 001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Syaifullah, S.Pd., M.Si NIP. 19721112 199903 1 001


(4)

ABSTRAK

PEMBINAAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH (Studi Kasus di SMP Negeri 4 Bandung)

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk menciptakan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan potensi diri serta menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi setiap individu demi kemajuan diri, bangsa dan negaranya dengan pengendalian diri yang dimiliki.

Pada penyusunan skripsi ini permasalahan yang dibahas oleh peneliti antara lain: pertama penerapan karakter di dalam Silabus pembelajaran dan RPP sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 4, kedua proses pembelajaran PKn di kelas sehingga dapat membentuk karakter disiplin siswa di SMP Negeri 4 Bandung, ketiga proses pembinaan pada siswa di luar kelas dalam konteks PKn sehingga dapat membentuk karakter disiplin siswa di SMP Negeri 4 Bandung, keempat proses pembiasaan (habituasi) disiplin siswa dalam konteks PKn dalam upaya peningkatan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 4 Bandung, dan

kelima bentuk evaluasi yang digunakan bagi proses pembiasaan karakter disiplin siswa di SMP Negeri 4 Bandung.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang berhubungan langsung dengan orang-orang sebagai subyek, perilaku, serta suasana lingkungan tempat penelitian. Metode yang dipilih yaitu metode studi kasus. Metode ini dipilih guna untuk mendapatkan hasil yang lebih mendalam dan lebih spesifik. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan Dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah Kepala sekolah, Guru PKn, Guru BK, Wakasek Kurikulum, Siswa dan kegiatan-kegiatan siswa di SMP Negeri 4 Bandung.

Berdasarkan hasil penelitian pembinaan karakter melalui PKn untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dilakukan dengan menerapkan muatan-muatan karakter di dalam Silabus dan RPP, penerapan muatan-muatan karakter tersebut di dalam pembelajaran di dalam kelas. Untuk membiasakan hidup disiplin maka siswa diberikan pembinaan di luar kelas dengan pemberian penghargaan dan hukuman bagi siswa yang melanggar peraturan dan tata tertib sekolah. Untuk menciptakan sekolah yang tertib dilakukan juga pembiasaan pendisiplinan bagi siswa juga guru untuk mengikuti program yang sekolah berikan. Untuk mengukur keberhasilan maka diadakannya evaluasi secara berkala bagi siswa dan guru. Kesimpulannya yaitu pembinaan karakter melalui PKn dapat meningkatkan kedisiplinan siswa karena siswa menjadi paham dan melakukan kewajiban-kewajiban di sekilah untuk mendapatkan haknya sebagai warga sekolah. Rekomendasi pada penelitian ini ditujukan untuk guru PKn, siswa SMP Negeri 4


(5)

Bandung, Jurusan PKn UPI, dan untuk peneliti selanjutnya untuk tetap memperhatikan mengenai pentingnya kedisiplinan pada siswa di sekolah.

ABSTRACT

PEMBINAAN KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI SEKOLAH (Studi Kasus di SMP Negeri 4 Bandung)

Education is a conscious effort to create an atmosphere of learning and teaching so that learners can develop your own potential as well as being a requirement that must be met for the progress of each individual self, nation, and state-owned with restraint.

In this essay compilation problems discussed by researchers, among others: the first character in the application of learning Syllabus and RPP to improve student discipline in SMP Negeri 4, second PKN in the classroom learning process so as to form the character of student discipline in SMP Negeri 4 Bandung, third construction process on students outside the classroom in the context of PKN discipline so as to form the character of students at State Junior High School 4 Bandung, the fourth conditioning process (habituasi) in the context of student discipline PKN in efforts to improve student discipline in SMP Negeri 4 Bandung, and the fifth evaluation form used disciplinary character of accustoming the students at State Junior High School 4 Bandung.

This study uses a qualitative approach to research that is directly related to the people as subjects, behavior, and mood research environment. The selected method is the case study method. This method was chosen in order to get more depth and more specific. Data collection techniques used were observation, interviews, and documentation. Subjects in this study is the Head of School, Civics teacher, counselor, Wakasek Curriculum, students and student activities at the Junior High School 4 Bandung.

Based on the research results of building character through civic education to improve student discipline is done by applying charges characters in the syllabus and lesson plans, the application charges the character in the learning in the classroom. To familiarize the students are given a disciplined life coaching outside the classroom with rewards and penalties for students who violate school rules and regulations. To create an orderly school disciplinary habituation also performed for the students to follow the teacher also school programs provide. To measure the success of the holding of regular evaluation for students and teachers. The conclusion is character building through civic education can improve student discipline for students to understand and carry out duties in sekilah to get their rights as citizens of the school. Recommendation in this research is intended to Civics teacher, 4 students of SMP Negeri Bandung, Department of Civics UPI,


(6)

and for further research to keep attention on the importance of discipline in the students at the school.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

UCAPAN TERIMAKASIH...iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR BAGAN ...ix

DAFTAR TABEL ...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. LatarBelakangMasalah ...1

B. RumusanMasalah ...9

C. TujuanPenelitian ...10

D. ManfaatPenelitian ...11

E. DefinisiKonseptual ...12

F. LokasidanSubyekPenelitian...16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...18

A. TinjauanUmumPembinaanKarakter ...18

1. PengertianPembinaan ...18

2. PengertianKarakter ...19

3. Nilai-nilaiPembinaanKarakter ...26

4. PembinaanKarakter ...28

5. Prinsip-prinsipPembinaanKarakter...30

6. TujuanPembinaanKarakter ...34

7. Jenis-jenisPembinaanKarakter ...35

B. TinjauanUmumPendidikanKewarganegaraan (PKn) ...39

1. PengertianPKn ...39

2. TujuanPKn ...42

3. RuangLingkupPKn ...47

4. KompetensiPKn ...51

C. TinjauanUmumKedisiplinan ...54

1. PengertianKedisiplinan...54

2. TujuanKedisiplinan ...59


(8)

4. FungsiKedisiplinan ...62

5. Macam-macamKedisiplinan ...63

6. Faktor-faktor yang MempengaruhiKedisiplinan ...64

D. KeterkaitanKarakter, PKn, danKedisiplinan ...67

1. KeterkaitanKarakter, PKn, danKedisiplinan di DalamKelas ...71

2. KeterkaitanKarakter, PKn, danKedisiplinan di LuarKelas ...73

E. PenelitianTerdahulu ...74

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...76

A. PendekatandanMetodePenelitian ...76

B. TeknikPengumpulan Data ...79

1. Observasi ...80

2. Wawancara ...83

3. Dokumentasi ...85

4. Triangulasi/Gabungan ...88

C. TeknikPengolahandanAnalisis Data ...92

1. Reduksi Data (Data Reduction) ...97

2. Penyajian Data (Data Display) ...97

3. Conclusion Drawing/Verifikasi ...99

D. LokasidanSubyekPenelitian...100

1. LokasiPenelitian ...100

2. SubyekPenelitian ...101

E. ParadigmaPenelitian ...102

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...105

A. DeskripsiUmumHasilPenelitian ...105

1. SejarahBerdirinya SMP Negeri 4 Bandung ...105

2. Komite SMP Negeri 4 Bandung ...105

3. StrukturOrganisasi SMP Negeri 4 Bandung...107

4. Visi, Misi, danTujuan SMP Negeri 4 Bandung ...107

5. SaranadanPrasarana SMP Negeri 4 Bandung...110

6. Program Kerja SMP Negeri 4 Bandung ...111

7. Peraturandan Tata Tertib SMP Negeri 4 Bandung ...112

B. DeskripsiHasilPenelitian ...114

1. Penerapankarakter di dalamsilabuspembelajarandan RPP sehinggadapatmeningkatkankedisiplinansiswa di SMP Negeri 4 Bandung ...114

2. Proses pembelajaranPKn di kelassehinggadapatmembentukkarakterdisiplinsiswa di SMP Negeri 4 Bandung ...118


(9)

3. Proses pembinaanpadasiswa di luarkelasdalamkonteksPKnsehinggadapatmembentukkarakterdisipli

nsiswa di SMP Negeri 4 Bandung ...125

4. Proses pembiasaan (habituasi) disiplinsiswadalamkonteksPKndalamupayapeningkatankedisiplinan siswa di SMP Negeri 4 Bandung ...130

5. Bentukevaluasi yang digunakanbagi proses pembiasaankarakterdisiplinsiswa di SMP Negeri 4 BandungPembahasan ...136

C. PembahasanHasilPenelitian ...139

1. Penerapankarakter di dalamsilabuspembelajarandan RPP sehinggadapatmeningkatkankedisiplinansiswa di SMP Negeri 4 Bandung ...139

2. Proses pembelajaranPKn di kelassehinggadapatmembentukkarakterdisiplinsiswa di SMP Negeri 4 Bandung ...144

3. Proses pembinaanpadasiswa di luarkelasdalamkonteksPKnsehinggadapatmembentukkarakterdisipli nsiswa di SMP Negeri 4 Bandung ...149

4. Proses pembiasaan (habituasi) disiplinsiswadalamkonteksPKndalamupayapeningkatankedisiplinan siswa di SMP Negeri 4 Bandung ...157

5. Bentukevaluasi yang digunakanbagi proses pembiasaankarakterdisiplinsiswa di SMP Negeri 4 BandungPembahasan ...165

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...171

A. KesimpulanUmum ...171

B. KesimpulanKhusus ...172

C. Rekomendasi ...174

DAFTAR PUSTAKA ...176 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 PsikologiKarakterIndividu ...23

Bagan 2.2 KonteksMikroPengembanganKarakter ...36

Bagan 3.1 Macam-macamTeknikPengumpulan Data ...80

Bagan 3.2 Triangulasi “teknik” Pengumpulan Data (Bermacam-macamcarapadasumber yang sama) ...89

Bagan 3.3 KomponendalamAnalisis Data (flow model) Model Miles and Huberman ...96

Bagan 3.4 KomponendalamAnalisis Data (interactive model) Model Miles and Huberman ...96

Bagan 3.5 Input – Proses – Output ...102

Bagan 3.6 ParadigmaPenelitian ...103


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel4.1 ObservasiAktivitas Guru ...142

Tabel 4.2 ObservasiAktivitasSiswa...143

Tabel4.3 ObservasiAktivitas Guru ...146

Tabel 4.4 ObservasiAktivitasSiswa...147

Tabel4.5 ObservasiAktivitas Guru ...155

Tabel 4.6 ObservasiAktivitasSiswa...156

Tabel4.7 ObservasiAktivitas Guru ...162

Tabel 4.8 ObservasiAktivitasSiswa...163

Tabel4.9 ObservasiAktivitas Guru ...168


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara berkembang dalam bidang ekonomi, sosial, politik, teknologi, sosial, budaya. Beberapa faktor dalam perkembangan dan kemajuan sebuah negara tidak hanya ditandai dengan kekayaan alam, tingkat pertumbuhan penduduk, sosial ataupun ekonomi. Pendidikan di suatu negara termasuk faktor perkembangan dan kemajuan negara tersebut. Pendidikan dikatakan penting bagi berlangsungnya hidup karena pendidikan dapat membentuk watak atau karakter warga serta menciptakan warga yang mampu menjadi agen generasi perubahan

agent of change”.

Dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk menciptakan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan potensi diri serta menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi setiap individu demi kemajuan diri, bangsa dan negaranya dengan pengendalian diri yang dimiliki.


(13)

Tujuan dari Pendidikan Nasional dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, akap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab mengembangkan kemampuan dan membentuk watak.

Dalam tujuan tersebut pendidikan dituntut untuk dapat membentuk watak serta peradaban bangsa yang dapat mencapai salah satu tujuan bangsa Indonesia

yaitu “mencerdasakan kehidupan bangsa”. Salah satu mata pelajaran yang

memegang peranan penting sebagai „pembentuk watak‟ adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Wahab dan Sapriya (2011: 32) mengatakan “Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) juga disebut sebagai pendidikan orang dewasa (adult education) yang mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang memahami

perannya sebagai warga negara”. Menurut penjelasan tersebut, PKn merupakan pendidikan yang mengajarkan peserta didik untuk mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Tujuan utama dari PKn adalah untuk menjadikan warga negara yang baik

to be good citizens”. Wahab dan Sapriya (2011: 312) mengemukakan mengenai

warga negara yang baik sebagai berikut:

Lebih lanjut dikemukakan pula bahwa warga negara yang baik adalah warga negara yang mematuhi dan melaksanakan hukum serta aturan dan ketentuan perundang-undangan dengan penuh rasa tanggung jawab, tidak merusak lingkungan, tidak mencemari air dan udara sekitarnya serta memelihara dan memanfaatkan lingkungannya secara bertanggung jawab.


(14)

Dari penjelasan diatas yang disebut warga negara yang baik adalah warga negara yang mampu bertanggung jawab dari segala tindakan dan perbuatan yang dilakukan. Warga negara yang baik bertindak dengan mematuhi peraturan yang ada, baik itu peraturan yang berada di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.

Winataputra dan Budimansyah (2012: 31) „tiga kompetensi penting dalam Pendidikan Kewarganegaraan yaitu, Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan). Civic Skill (keterampilan kewarganegaraan). Civic Disposition

(watak-watak kewarganegaraan)‟. Ketiga kompetensi tersebut memiliki keterkaitan yang erat. Semakin berkembangnya zaman, bangsa harus tetap mempertahankan karakter bangsa agar tidak terpengaruh oleh pengaruh negatif dari luar. Pendidikan dituntut untuk dapat menjadikan para peserta didik memiliki

civic disposition yaitu watak kewarganegaraan untuk membentuk karakter peserta didik sesuai dengan karakter bangsa.

Secara harfiah menurut Hornby dan Parnwell (Asmani, 2011: 27-28)

„karakter artinya adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau

reputasinya‟. Dari pengertian karakter tersebut dapat disimpulkan bahwa karakter

adalah ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu. Karakter yang membedakan antara individu satu dengan individu lainnya dengan kualitas mental dan kekuatan moral yang dimiliki pada setiap individu tersebut.

Ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu sebagai kualitas mental dan moral tersebut yang membedakan individu dengan individu lainnya. Pendidikan


(15)

karakter harus di terapkan sedini mungkin kepada anak, di rumah pendidikan karakter diterapkan orang tua kepada anak dengan memberi contoh yang baik dari orang tua seperti penggunaan bahasa, sikap teladan orang tua yang kemudian dicontoh oleh anak. Jelas pendidikan karakter di rumah akan membawa pengaruh besar terhadap pembentukkan watak atau karakter anak ketika anak menjadi dewasa.

Pembinaan karakter juga dilakukan di sekolah melalui penerapan karakter di dalam kurikulum pada setiap mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang berperan penting dalam pembinaan karakter adalah mata pelajaran PKn, karenanya PKn merupakan mata pelajaran wajib disemua tingkat satuan sekolah. PKn sebagai wadah dari karakter, yaitu seperti yang dikemukakan oleh Budimansyah (2010: 4) “di Indonesia, sekolah telah diberikan tanggung jawab dalam upaya pembangunan karakter sejak awal kemerdekaan melalui mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)”. Karena itu PKn di sekolah

memegang peranan penting dalam pembangunan karakter.

Terbinanya karakter siswa di sekolah diharapkan dapat meningkatkan sikap kedisiplinan siswa. The Liang Gie (Imron, 2011: 172) memberikan pengertian

disiplin sebagai berikut „disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasai tunduk pada peraturan-peraturan yang

telah ada dengan rasa senang hati‟.

Dari pengertian disiplin tersebut bahwa disiplin merupakan suatu tindakan yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dengan


(16)

berbagai proses yang dilakukan. Pemberian hukuman atau hadiah merupakan salah satu proses pendisiplinan.

Dalam hal ini penulis akan mencoba meneliti mengenai Pembinaan Karakter melalui Pendidikan Kewarganegaraan untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di Sekolah. Seperti yang banyak terjadi peserta didik saat ini banyak terpengaruh oleh era globalisasi yang notabene lebih banyak membawa pengaruh negative terhadap kehidupan bangsa. Perubahan tersebut dapat dilihat dari menurunnya karakter bangsa pada setiap peserta didik di sekolah.

Karakter dikatakan lebih penting karena dengan memiliki karakter maka akan menumbuhkan sikap-sikap positif pada diri peserta didik yang berpengatuh terhadap pola tingkah laku. Karakter baik yang dimiliki setiap peserta didik akan membawa pengaruh baik pula terhadap tingkah laku peserta didik begitupun sebaliknya jika karakter buruk yang tertanam maka pola tingkah lakupun akan negatif. Karakter yang dimiliki seseorang itu sebuah pengendalian diri untuk mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku dimanapun. Pematuhan terhadap peraturan yang ada merupakan suatu sikap disiplin. PKn merupakan salah satu mata pelajaran pembentuk watak. Pembinaan karakter di sekolah melalui mata pelajaran PKn diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan siswa.

Sebagaimana kita ketahui kedisiplinan merupakan suatu tindakan untuk mematuhi peraturan yang berlaku tetapi saat ini banyak terjadi permasalahan tentang pelanggaran peraturan. Pelanggaran lalu lintas itu banyak terjadi sehingga menimbulkan kecelakaan yang berujung kematian. Pencurian di tempat umum, kebakaran, banjir di sejumlah daerah di Indonesia, permasalahan-permasalah


(17)

tersebut terjadi karena kelalaian seseorang yang tidak mematuhi peraturan berlaku. Di sekolah pelanggaran-pelanggaran dilakukan siswa-siswi dikarenakan ketidak pahaman dan ketidak patuhan terhadap tata tertib sekolah. Ketidak disiplinan siswa dilihat dari pelanggaran terhadap tata tertib sekolah seperti datang terlambat, tidak menggunakan Pakaian Seragam Anak Sekolah (PSAS) dengan baik, penggunaan atribut tidak lengkap, keluar masuk kelas ketika Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung, tidak masuk sekolah tanpa keterangan, dan lain-lain.

Dari hasil observasi awal yang dilakukan di SMP Negeri 4 Bandung, masih ada siswa yang sering terlambat datang sekolah, tidak menggunakan atribut sekolah dengan lengkap, dan keluar kelas ketika pelajaran sedang berlangsung. Guru sebagai fasilitator untuk membina dan mendidik siswa agar siswa patuh terhadap peraturan memiliki peran untuk memberikan contoh yang baik terhadap siswa, seperti datang tepat waktu di sekolah dan di kelas, menggunakan pakaian yang rapi dan sopan, bertutur bahasa yang baik sesuai dengan EYD, berperilaku seperti layaknya pendidik.

Pembinaan karakter melalui PKn tidak hanya dilakukan melalui pengajaran materi di dalam kelas saja tetapi juga pembinaan harus dilakukan di luar KBM kelas. Penerapan muatan-muatan karakter di dalam kurikulum pada Silabus dan RPP itu dilakukan untuk mempermudah guru untuk membina karakter siswa di kelas. Di luar kelas pembinaan di lakukan guru dengan memberikan pengarahan bagi seluruh siswa untuk selalu mengembangkan karakter yang dimiliki agar tetap bersikap dan berperilaku sesuai dengan peraturan dan tata tertib yang berlaku.


(18)

Tidak semua siswa memiliki latar belakang dan karakter yang sama, maka dari itu pemberian materi dan teknik pengajaranpun diberikan berbeda pada setiap kelas. Sesuai dengan tujuan PKn yaitu to be good citizenship maka PKn berperan untuk menjadikan siswa yang baik dengan membina karakter untuk berdisiplin sehingga dapat memahami dan mematuhi peraturan yang ada di sekolah. Disiplin tidak hanya dilakukan pada KBM di dalam kelas saja tetapi di luar kelas bahkan di luar lingkungan sekolah siswa harus mampu mematuhi peraturan yang berlaku.

Sebagai salah satu cara untuk meningkatan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 4 Bandung, program yang dilaksanakan yaitu 3S (Senyum, Salam, dan Sapa) yang dilakukan setiap pagi sampai waktu masuk sekolah. Jadwal masuk sekolah di SMP Negeri 4 Bandung yaitu pukul 06.45 kemudian mengaji bersama di dalam kelas sampai jam 07.00 kemudian dilanjut kegiatan KBM. Program 3S dilakukan oleh beberapa guru salah satunya yaitu guru PKn yang juga menjabat sebagai Wakasek Kesiswaan.

Program 3S tidak hanya bertujuan memberikan senyum dan sapa kepada siswa saja tetapi itu dilakukan untuk mendisiplinkan siswa agar tidak terlambat datang sekolah dan menggunakan atribut lengkap dan menggunakan PSAS sesuai peraturan yang berlaku. Sebagai cara penerapan disiplin yaitu memberikan hukuman bagi siswa yang terlambat, tidak menggunakan atribut lengkap, dan tidak menggunakan PSAS sesuai aturan yang diterapkan di sekolah.

Sebagai bahan evaluasi agar siswa tidak melakukan pelanggaran kembali, maka setiap siswa yang melakukan pelanggaran akan ditulis di dalam buku catatan pelanggaran. Selain guru yang berpartisipasi dalam kegiatan tersebut,


(19)

siswa yang menjadi anggota Organisasi Intra Sekolah (OSIS) juga ikut serta dalam membantu guru untuk melaksanakan kegitan tersebut, dan mencatat setiap siswa yang melakukan pelanggaran.

Pembinaan karakter tidak selalu dilakukan dengan cara yang kasar, begitupun untuk meningkatkan kesidiplinan siswa tidak harus dilakukan dengan cara yang kasar. Program 3S tersebut merupakan hal yang dianggap tepat sebagai cara pembinaan karakter siswa dan meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah. Pembinaan karakter yang baik akan menumbuhkan sikap positif pada siswa sehingga siswa dapat melakukan tindakan yang baik dengan mematuhi peraturan yang ada di sekolah.

Tidak hanya di dalam kelas saja, pembinaan karakter dan proses peningkatan kedisiplinan siswa dapat dilakukan di luar kelas, yaitu dengan mengikuti kegiatan ekstra kurikuler yang ada di sekolah. Mengikuti kegiatan ekstra kurikuler siswa dapat mengembangkan minat yang dimiliki sehingga karakter yang kuatpun akan semakin terbina dengan baik. Kegiatan ekstra kurikuler itu dibina oleh beberapa guru mata pelajaran sebagai pengontrol sejauh mana kegiatan ekstra kurikuler dapat membina karakter dan kedisiplinan siswa.

Setelah melihat data-data dan fakta-fakta yang telah penulis uraikan diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti bagaimana proses pembinaan karakter melalui Pendidikan Kewarganegaraan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. Oleh Karena itu penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Pembinaan Karakter melalui Pendidikan Kewarganegaraan untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di Sekolah (Studi Kasus di SMP Negeri 4 Bandung)“


(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana pembinaan karakter melalui Pendidikan Kewarganegaraan berkontribusi dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah ?”

Agar masalah penelitian tersebut lebih terinci, maka penulis membatasi masalah kedalam beberapa rumusan pertanyaan, antara lain :

1. Bagaimana penerapan karakter di dalam Silabus pembelajaran dan RPP sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 4 Bandung ?

2. Bagaimana proses pembelajaran PKn di kelas sehingga dapat membentuk karakter disiplin siswa di SMP Negeri 4 Bandung ?

3. Bagaimana proses pembinaan pada siswa di luar kelas dalam konteks PKn sehingga dapat membentuk karakter disiplin siswa di SMP Negeri 4 Bandung ?

4. Bagaimana proses pembiasaan (habituasi) disiplin siswa dalam konteks PKn dalam upaya peningkatan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 4 Bandung ?

5. Bagaimana bentuk evaluasi yang digunakan bagi proses pembiasaan karakter disiplin siswa di SMP Negeri 4 Bandung ?


(21)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan ini terbagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus yaitu sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh data mengenai Pembinaan Karakter melalui Pendidikan Kewarganegaraan untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di Sekolah. 2. Tujuan Khusus

Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus antara lain :

a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan karakter di dalam silabus pembelajaran dan RPP sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 4 Bandung.

b. Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran PKn di kelas sehingga dapat membentuk karakter disiplin siswa di SMP Negeri 4 Bandung.

c. Untuk mengetahui bagaimana proses pembinaan pada siswa di luar kelas dalam konteks PKn sehingga dapat membentuk karakter disiplin siswa di SMP Negeri 4 Bandung.

d. Untuk mengetahui bagaimana proses pembiasaan (habituasi) disiplin siswa dalam konteks PKn dalam upaya peningkatan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 4 Bandung.


(22)

e. Untuk mengetahui bagaimana bentuk evaluasi yang digunakan bagi proses pembiasaan karakter disiplin siswa di SMP Negeri 4 Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terbagi menjadi manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis yaitu sebagai berikut :

1. Secara teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi di bidang keilmuan Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Secara praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru PKn, sekolah, siswa/siswi di sekolah, Jurusan PKn, mahasiswa/mahasiswi PKn juga bagi masyarakat mengenai pentingnya Pembinaan Karakter melalui Pendidikan Kewarganegaraan untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di Sekolah, dan dapat memberikan informasi tentang :

a. Bagaimana penerapan karakter di dalam Silabus pembelajaran dan RPP sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 4 Bandung.

b. Bagaimana proses pembelajaran PKn di kelas sehingga dapat membentuk karakter disiplin siswa di SMP Negeri 4 Bandung.


(23)

c. Bagaimana proses pembinaan pada siswa di luar kelas dalam konteks PKn sehingga dapat membentuk karakter disiplin siswa di SMP Negeri 4 Bandung.

d. Bagaimana proses pembiasaan (habituasi) disiplin siswa dalam konteks PKn dalam upaya peningkatan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 4 Bandung.

e. Bagaimana bentuk evaluasi yang digunakan bagi proses pembiasaan karakter disiplin siswa di SMP Negeri 4 Bandung.

E. Definisi Konseptual 1. Karakter

Karakter merupakan titian ilmu pengetahuan dan keterampilan. Menurut Doni Koesoema Albertus (Asmani, 2011: 27-28) „karakter diasosiasikan dengan temperamen yang memberinya sebuah definisi yang menekankan unsur psikolososial yang kaitannya dengan pendidikan dan konteks lingkungan‟.

Menurut penulis karakter merupakan sifat atau watak seseorang yang berkaitan dengan unsur psikologi yang dimiliki oleh seseorang yang membedakan individu dengan individu lainnya.

Dalam Budimansyah (2010: 1) dikatakan bahwa:

Inti karakter adalah kebajikan (goodness) dalam arti berfikir baik (thinking good), berperasaan baik (feeling good), dan berperilaku baik (behaving good). Dengan demikian karakter itu akan tampak pada satunya pikiran, perasaan, dan perbuatan yang baik dari manusia-manusia Indonesia atau dengan kata lain dari bangsa Indonesia.


(24)

Dari beberapa definisi tersebut di atas, yang disebut sebagai karakter adalah suatu sifat yang dimiliki seseorang yang membedakan seseorang dengan orang lain. Berdasarkan pengertian diatas maka yang dikatakan sebagai karakter adalah suatu sikap yang ditunjukkan dengan memiliki pikiran, perasaan, dan perbuatan yang baik. Karakter baik tersebut dimiliki oleh setiap individu dan dapat tumbuh dan berkembang dengan proses pembinaan.

2. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Jhon Mahoney (Wuryan dan Syaifullah, 2009: 75) mengemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah:

Civic Education includes and involves those teaching that type of teaching method, those student activities, those administrative and supervisory procedure which the school may utilize purposively to make for better living together in the democratic way or (synonymously) to develop better civic behavior.

Menurut definisi tersebut pendidikan kewarganegaraan mencakup berbagai kegiatan sekolah seperti metode mengajar, kegiatan siswa, masalah administrasi dan prosedur pengawasan yang sesuai dengan tujuan sekolah yaitu membina kehidupan bersama yang lebih dengan cara demokratis atau sinonim dengan mengembangkan perilaku warga negara yang baik.

Dalam buku Encyclopedia of Educational Research (Wuryan dan Syaifullah, 2009: 75) dikemukakan bahwa:

Pendidikan kewarganegaraan dapat ditelaah dalam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit pendidikan kewarganegaraan membahas tentang hak dan kewajiban. Sedangkan dalam arti luas, pendidikan


(25)

kewarganegaraan membahas masalah moral, etika, sosial serta berbagai aspek kehidupan ekonomi.

Dari pengertian di atas berarti PKn adalah pendidikan yang membahas setiap kehidupan yang ada dalam cakupan lingkungan masyarakat, negara dan pemerintahan.

Somantri (Wuryan dan Syaifullah, 2009: 76) mengartikan pendidikan kewarganegaraan adalah:

Seleksi, adaptasi dari lintas disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu kewarganegaraan, humaniora, teknologi, agama, kegiatan dasar manusia (basic human activities) yang diorganisir dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai salah satu tujuan pendidikan ilmu pengetahuan sosial dan tujuan pendidikan nasional.

Wahab dan Sapriya (2011: 316) “Pendidikan Kewarganegaraan adalah bidang kajian yang bersifat multifaset dengan konteks lintas bidang keilmuan yang bersifat interdisipliner/multidisipliner/multidimensional”.

Dari definisi tersebut, bahwa PKn adalah bidang keilmuan yang bersifat menyeluruh. Menurut peneliti dari beberapa definisi di atas, PKn merupakan mata pelajaran wajib yang diberikan kepada siswa disemua tingkat satuan pendidikan di Indonesia. PKn memberikan pengajaran mengenai bagaimana menjadi warga negara yang baik agar mengetahui hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

3. Disiplin


(26)

(Imron 2011: 172) memberikan pengertian disiplin sebagai berikut „disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati‟.

Dari pengertian tersebut yang disebut sebagai disiplin adalah sikap seseorang dalam mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku di suatu tempat yang dilakukan atas dasar kesadaran diri sendiri mengenai baik buruk suatu tindakan tersebut.

4. Siswa

Pengertian siswa berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 adalah “Peserta

didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan tertentu”.

Menurut Budiningsih (2005: 5) “peserta didik adalah manusia yang identitas insaninya sebagai subjek berkesadaran perlu dibela dan ditegakkan lewat sistem dan model pendidikan yang bersifat bebas dan egaliter”.

Berdasarkan pengertian diatas, siswa atau peserta didik adalah subjek belajar dalam proses pembelajaran yang berhak mendapatkan pengajaran dari para pendidik untuk mengembangkan potensi dirinya ketika mereka berada di tingkat satuan pendidikan.


(27)

F. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di SMP Negeri 4 Bandung Jl. Samoja No 5 Kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan alasan-alasan berikut:

a. SMP Negeri 4 Bandung merupakan Sekolah Menengah Pertama yang memiliki kualitas cukup baik.

b.SMP Negeri 4 Bandung termasuk sekolah favorit karena termasuk sekolah yang berada pada tingkat (cluster) pertama dalam tingkatan-tingkatan sekolah di Bandung.

c. SMP Negeri 4 Bandung dikenal cukup disiplin terhadap siswa. d.SMP Negeri 4 Bandung memiliki guru PKn yang dikenal sangat

disiplin terhadap siswa.

e. SMP Negeri 4 Bandung memiliki kesiswaan yang juga adalah guru mata pelajaran PKn sehingga dapat lebih mudah mengatur siswa dalam masalah kedisiplinan.

f. SMP Negeri 4 Bandung berlokasi tidak cukup dekat dengan keramaian jalan sehingga tidak akan mengganggu terhadap proses pembelajaran.

g.SMP Negeri 4 Bandung berlokasi berdekatan dengan ASPOL (asrama Polisi) sehingga wilayah tidak banyak terpengaruh hal-hal negative.


(28)

2. Subjek Penelitian

Subyek penelitian atau sample penelitian dalam penelitian kualitatif dilakukan secara purposive sampling. Sugiyono (2011: 300)

mengemukakan “purposive sampling adalah teknik pengambilan sample

sumber data dengan pertimbangan tertentu”. Jadi subyek dalam penelitian

ini ditujukan peneliti terhadap orang-orang yang dianggap memiliki wawasan lebih terhadap kedisiplinan serta orang-orang yang dianggap memiliki kedisiplinan yang tinggi.

Subyek penelitian ini adalah:

a. Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Bandung

b. Wakil Kepala Sekolah dibidang Kesiswaan SMP Negeri 4 Bandung c. Wakil Kepala Sekolah dibidang Kurikulum SMP Negeri 4

Bandung

d. Guru PKn SMP Negeri 4 Bandung e. Guru BK SMP Negeri 4 Bandung, dan f. Siswa SMP Negeri 4 Bandung


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Sebagaimana masalah yang akan dibahas oleh peneliti, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih oleh peneliti karena masalah yang dibawa oleh peneliti dirasa masih bersifat sementara dan akan berkembang atau berganti setelah penelitian berjalan atau saat peneliti berada di lapangan. Maksud dari bersifat sementara adalah teori yang ada dapat berubah sesuai dengan hasil yang akan diperoleh di lapangan dalam hal ini yaitu SMP Negeri 4 Bandung. Penelitian kualitatif tidak hanya berdasarkan variable penelitian saja tetapi juga melihat keseluruhan dari situasi sosial yang ada dalam artian peneliti juga melihat situasi pada tempat, pelaku, aktivitas dalam penelitian yang akan dilaksanakan.

Seperti yang ungkapkan oleh Sugiyono (2011: 15) menyatakan:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian ini yang berlandaskan pada filasafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber data dilakukan secara

purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 1989: 3) mendefinisikan

„metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang


(30)

dapat diamati‟. Pendekatan kualitatif menurut mereka lebih menitik beratkan

kepada individu dan perilaku yang dapat diamati.

Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (Moleong, 1989: 3)

„mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam peristilahannya‟.

Berdasarkan pengertian di atas peneliti mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif itu bergantung terhadap kondisi lapangan yang akan di teliti. Penelitian kualitatif berhubungan langsung dengan orang-orang sebagai subyek, perilaku, serta suasana lingkungan tempat penelitian.

Selanjutnya Sugiyono (2011: 17) “penelititan kualitatif memandang obyek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi pemikiran dan interprestasi terhadap gejala yang diamati, serta utuh (holistic) karena setiap aspek dari obyek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan”.

Menurut Sugiyono yang disimpulakan oleh peneliti bahwa penelitian kualitatif bergantung pada pengamatan dan manusia sebagai alat atau instrument, penelitian kualitatif bersifat utuh (holistic) dan dinamis sesuai dengan informasi yang didapat dari subyek.

Tujuan dari penelitian kualitatif menurut Sugiyono (2011: 23) yaitu

“menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif, menemukan teori,

menggambarkan realitas yang kompleks, dan memperoleh pemahaman makna‟. Berdasarkan penjelasan tersebut menurut peneliti, penelitian kualitatif bertujuan


(31)

untuk menggambarkan kenyataan yang berada di lokasi yang diteliti, karena sifat dari penelitian kualitatif yang utuh (holistic) maka hasil dari penelitian itu didefinisikan sesuai dengan kenyataan hasil pengamatan yang mendalam. Pada teori kualitatif itu bertujuan untuk menemukan teori dan kebenaran sehingga proses pada penelitian kualitatif dilakukan proses triangulasi yaitu penggabungan karena dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah kualitas dari hasil penelitian maka dari itu diperlukan beberapa teknik untuk mendapatkan hasil tersebut.

Sedangkan metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode studi kasus menurut Danial (2009: 63) „metode studi kasus merupakan metode yang intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang, status, dan interaksi lingkungan terhadap individu, kelompok, institusi dan komunitas masyarakat tertentu‟. Metode studi kasus ini dipilih oleh peneliti dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih mendalam dan dilakukan secara intensif. Intensif maksudnya yaitu penelitian dilakukan secara berkala dan dilakukan dengan teknik untuk mendapatkan hasil yang lebih mendalam atau spesifik.

Sejalan dengan pengertian tersebut, Arikunto menjelaskan (2006: 142)

“penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci

dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau gejala tertentu”. Berdasarkan penjelasan Arikunto, peneliti menyimpulkan bahwa subyek penelitian pada kasus ini lebih sempit sedangkan hasil yang diperoleh itu lebih mendalam. Subyek yaitu seperti narasumber yang diwawancara, kegiatan yang


(32)

diamati, itu lebih sempit dan lebih khusus guna untuk mendapatkan hasil yang spesifik.

Kesimpulannya peneliti memilih pendekatan kualitatif yaitu untuk mendapatkan data secara holistik dengan menemukan data dan fakta yang utuh ketika melakukan penelitian di lapangan. Sedangkan metode yang dipilih yaitu metode studi kasus. Metode studi kasus dipilih guna untuk mendapatkan data dan fakta di lapangan secara utuh dengan lebih mendalam atau lebih spesifik. Ruang lingkup studi kasus ini lebih sempit namun hasil yang diperoleh akan lebih jelas dan lebih terperinci.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian merupakan langkah utama yang harus dilakukan karena tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan data-data. Untuk mengumpulkan data maka peneliti harus dilakukan beberapa langkah untuk mendapatkan data yang diharapkan dan memenuhi standar. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai latar, sumber, dan cara. Latar pengumpulan data pada penelitian ini adalah lokasi sekolah yaitu SMP Negeri 4 Bandung. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah orang-orang yang berada di lingkungan sekolah yaitu Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Bandung, Guru PKn SMP Negeri 4 Bandung, Kesiswaan SMP Negeri 4 Bandung, Kurikulum SMP Negeri 4 Bandung, Guru BK SMP Negeri 4 Bandung, dan siswa SMP Negeri 4 Bandung. Sedangkan cara yang dilakukan ada beberapa cara seperti observasi,


(33)

wawancara, dokumentasi, dan dapat dilakukan juga dengan cara triangulasi atau penggabungan.

Teknik pengumpulan secara umum terdapat empat macam pengumpulan yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi atau penggabungan. Menurut Sugiyono (2011: 309) Teknik pengumpulan data ditunjukkan pada gambar berikut.

Bagan 3.1 Macam-macam Teknik Pengumpulan Data Sumber: Sugiyono (2011)

1. Observasi

Observasi adalah langkah pertama yang harus dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan hasil pra-penelitian. Langkah ini dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran kepada peneliti tentang yang akan diteliti, baik itu masalah apa yang ditemukan di lokasi yang akan diteliti. Lata penelitian


(34)

dilakukan di SMP Negeri 4 Bandung. Karena dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, maka observasi dilakukan agar mendapatkan hasil yang alamiah di SMP Negeri 4 Bandung.

Nasution (Sugiyono, 2011: 310) menyatakan bahwa „observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan‟. Sedangkan menurut Nazir (1988: 65):

Metode survey (observasi) adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa observsi dilakukan secara langsung oleh peneliti untuk mengumpulkan fakta-fakta dilapangan dari gejala-gejala yang ada di SMP Negeri 4 Bandung yang akan diteliti.

Marshall (Sugiyono, 2011: 310) mengklasifikasikan bahwa „through observation, the reacher learn about behavior and the meaning attached to those behavior. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan

makna dari perilaku tersebut‟. Berdasarkan pengertian tersebut, melalui observasi peneliti akan belajar mengenai perilaku dan makna dari perilaku yang akan di amati di SMP Negeri 4 Bandung.

Sedangkan menurut Patton dalam Nasution (Sugiyono, 2011: 313), manfaat observasi adalah sebagai berikut:

1) Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

2) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan


(35)

sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

3) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam

lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.

4) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitive atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

5) Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

6) Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.

Berdasarkan pemaparan tersebut observasi dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan gambaran tentang situasi lingkungan yang akan diteliti yaitu SMP Negeri 4 Bandung. Observasi dilakukan peneliti tanpa dipengaruhi oleh konsep, pandangan, atau teori sebelumnya. Karena dalam penelitian ini peneliti memilih pendekatan kualitatif sehingga penelitian dilakukan untuk menemukan teori. Melalui observasi peneliti dapat mengamati secara langsung keadaan SMP Negeri 4 Bandung dengan memperhatikan setiap perilaku siswa, proses KBM di kelas, kegiatan siswa di luar kelas, dan kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler siswa.yang ada agar hasil yang diperoleh lebih akurat. Pada dasarnya observasi dilakukan untuk menemukan sesuatu yang tidak didapat oleh peneliti melalu wawancara.


(36)

2. Wawancara

Wawancara yang dilakukan untuk mendapatkan informasi dari narasumber mengenai subyek yang akan di teliti. Esterberg (Sugiyono,

2011: 317) „wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu‟. Wawancara digunakan

oleh peneliti sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari beberapa sumber. Teknik pengumpulan data melalui teknik wawancara ini didasari oleh keingintahuan peneliti sebagai pengetahuan atau keyakinan pribadi.

Selanjutnya Stainback (Sugiyono, 2011: 318) mengemukakan:

Interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alon. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yan glebih mendalam tentang partisipan dalma menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Dalam penelitian kualitatif yang dipilih peneliti selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi secara mendalam yang tidak didapat ketika melakukan observasi. Wawancara dilakukan kepada narasumber yang dianggap dapat memberikan informasi untuk menjawab permasalahan dalam penelitian. Wawancara dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti melalui pesawat telephone atau face to face (tatap muka).


(37)

Wawancara dilakukan face to face (tatap muka) karena dapat langsung melihat situasi dan kondisi narasumber ketika memberikan informasi dan data yang terkumpul lebih faktual dan akurat. Wawancara yang dilakukan melalui pesawat telephone dilakukan ketika narasumber tidak dapat memberikan informasi secara langsung dikarenakan situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk narasumber melakukan wawancara secara tatap muka. Informasi atau data yang diperoleh dari hasil wawancara terkadang bias atau semu. Maka dari itu peneliti jangan memberikan pertanyaan yang bias pula.

Ketika hasil wawancara dianggap bias, maka peneliti perlu melakukan wawancara yang kembali kepada narasumber lama ataupun narasumber baru karena dalam penelitian kualitatif itu bersifat dinamis, maka wawancara yang dilakukan tidak hanya dilakukan dalam satu waktu. Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data utamanya dilakukan dengan melakukan teknik observasi dan wawancara.

Pada intinya teknik wawancara dilakukan oleh peneliti guna dapat memberikan informasi yang tidak didapat ketika melakukan observasi karena wawancara dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih mendalam.

Pada penelitian ini wawancara dilakukan kepada beberapa subjek di SMP Negeri 4 Bandung yaitu:

a. Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Bandung


(38)

c. Wakil Kepala Sekolah dibidang Kurikulum SMP Negeri 4 Bandung

d. Guru PKn SMP Negeri 4 Bandung e. Guru BK SMP Negeri 4 Bandung, dan

f. Perwakilan siswa-siswi SMP Negeri 4 Bandung.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan sebagai catatan peristiwa ketika peneliti melakukan penelitian. Dokumentasi dapat berupa tulisan maupun gambar. Sugiyono (2010: 329) “dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode pbservasi dan wawancara

dalam penelitian kualitatif”. Dokumentasi yang dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian di SMP Negeri 4 Bandung yaitu berupa:

a. Silabus dan RPP guru PKn di SMP Negeri 4 Bandung

b. Buku daftar catatan pelanggaran siswa (catatan dari kesiswaan) c. Buku daftar catatan pelanggaran siswa yang terlambat (catatan dari

guru BK)

d. Kegiatan ekstra kulikuler SMP Negeri 4 Bandung e. Kegiatan KBM di kelas

f. Kegiatan siswa di luar kelas


(39)

Sugiyono (2011: 329) mengemukakan “hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel/dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di

masyarakat, dan autobiografi”. Metode dokumentasi tidak kalah penting dari metode-metode yang lain seperti yang diungkapkan Arikunto (2006:

231) “metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya”.

Berdasarkan penjelasan tersebut metode dokumentasi tidak begitu sulit karena obyek yang diamati adalah benda mati sehingga jika terdapat kekeliruan sumber data masih tetap. Peneliti dapat memilih apa saja yang dapat dijadikan dokumentasi dalam penelitiannya. Dokumentasi yang dijadikan bukti oleh peneliti itu berupa Silabus dan RPP mata pelajaran PKn, foto proses KBM di kelas, foto kegiatan siswa di luar kelas, foto kegiatan ekstra kulikuler, dan buku catatan pelanggaran siswa (data terlampir).

Menurut Moleong (1989: 176-177) “dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data kerena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan,

bahkan untuk meramalkan”. Dokumen dalam penelitian kualitatif itu

dimanfaatkan sebagai alat untuk menguji dan menafsirkan kesesuaian data yang diperoleh dengan fakta di lapangan. Teknik dokumentasi ini selain berupa tulisan, gambar, film, juga dapat berupa rekaman suara (record).


(40)

Dokumen dan record digunakan untuk keperluan penelitian, menurut Guba dan Lincoln (Moleong, 1989: 177), karena alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan seperti berikut:

1) Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya, dan mendorong.

2) Berguna sebagai „bukti‟ untuk suatu pengujian.

3) Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks.

4) Record relative murah dan tidak sukar diperoleh, tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan.

5) Keduanya tidak reaktif sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi.

6) Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. Dokumen dipilih sebagai bukti keabsahan data atau kesesuaian antara data yang diperoleh dengan fakta yang ada di lapangan. Dokumen seperti Silabus dan RPP mata pelajaran PKn di SMP Negeri 4 Bandung dipilih untuk menyesuaikan antara rencana yang dibuat oleh guru dengan proses KBM di kelas. Buku catatan pelanggaran siswa SMP Negeri 4 Bandung dipilih untuk menyesuaikan antara hasil wawancara dengan fakta dari data tersebut.

Dokumen pribadi menurut Moleong (1989: 177) adalah “catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan

kepercayaannya”. Sedangkan maksud pengumpulan dokumen pribadi menurut Moleong (1989: 177) adalah “untuk memperoleh kejadian nyata

tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor di sekitar subjek penelitian”. Dokumen pribadi merupakan catatan seseorang secara tertulis tentang data yang diperoleh dari hasil pengamatan penelitian selama melakukan


(41)

penelitian di SMP Negeri 4 Bandung guna memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial dalam proses penelitian.

4. Triangulasi / Gabungan

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat penggabungan dari beberapa teknik yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Penggabungan dilakukan berdasarkan sumber yang telah diperoleh oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2011: 330)

Bila peneliti menggunakan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Dalam hal triangulasi, Susan Stainback (Sugiyono, 2011: 330-330) menyatakan:

The aim is not to determine the truth about some social phenomenon, rather the purpose of triangulation is ti increase one’s understanding of what ever is being investigated. Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang ditemukan.

Selanjutnya Bogdan (Sugiyono, 2011: 330-331) menyatakan:

What the qualitative researcher is interested in is not truth per se, but rather perspectives. Thus, rather than trying to determine the “truth” of people’s perceptions, the purpose of corroboration is to help researcher increase their understanding and the probability that their finding will be seen as credible or worthy of concideration by others.

Teknik triangulasi dilakukan dengan cara pengumpulan data dari steknik yang berbeda namun sumber data yang sama yaitu data dan fakta yang diperoleh peneliti selama melakukan penelitian di SMP Negeri 4


(42)

Bandung. Teknik triangulasi dilakukan peneliti untuk menguji kredibilitas data yang diperoleh dengan menggabungkan beberapa teknik pengumpulan data. Teknik ini dilakukan peneliti dengan menggabungkan hasil wawancara, dokumentasi kegiatan yang ada di SMP Negeri 4 Bandung, dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti.

Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2011: 330) “triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama”.

Teknik yang dilakukan yaitu observasi, wawancara mendalam kepada narasumber dan dokumentasi hasil penelitian di SMP Negeri 4 Bandung. Sumber dari teknik ini yaitu hasil wawancara, dokumentasi berupa dokumen-dokumen sekolah (Silabus dan RPP), foto kegiatan siswa, dan buku catatan pelanggaran siswa di SMP Negeri 4 Bandung.

Hal ini dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini:

Bagan 3.2 Triangulasi “teknik” Sumber: Sugiyono (2011)


(43)

Dari gambar di atas dapat dijabarkan bahwa proses triangulasi dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda namun dari sumber yang sama. Observasi partisipasif dilakukan di lokasi penelitian yaitu di SMP Negeri 4 Bandung dengan memantau setiap keadaan yang berada di lingkungan tersebut. Wawancara mendalam dilakukan dengan orang-orang yang dianggap paling mengerti dan bersangkutan dalam bidang yang akan diteliti dalam hal ini yaitu mengenai siswa dan kedisiplinan. Narasumber wawancara dalam penelitian ini adalah:

a. Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Bandung

b. Wakil Kepala Sekolah dibidang Kesiswaan SMP Negeri 4 Bandung c. Wakil Kepala Sekolah dibidang Kurikulum SMP Negeri 4

Bandung

d. Guru PKn SMP Negeri 4 Bandung e. Guru BK SMP Negeri 4 Bandung, dan

f. Perwakilan siswa-siswi SMP Negeri 4 Bandung

Setelah mendapatkan data melalui wawancara dengan beberapa narasumber di atas, selanjutnya dilakukan penyesuaian dengan studi dokumentasi. Dokumentasi yang dijadikan sebagai bahan acuan yaitu:

a. Silabus dan RPP guru PKn

b. Buku daftar catatan pelanggaran siswa (catatan dari kesiswaan) c. Buku daftar catatan pelanggaran siswa yang terlambat (catatan dari

guru BK)

d. Kegiatan ekstra kulikuler e. Kegiatan KBM di kelas


(44)

f. Kegiatan siswa di luar kelas

g. Photo siswa yang melakukan pelanggaran

Pada intinya triangulasi dilakukan dengan cara menggabungkan data-data di lapangan melalui teknik yang berbeda namun dengan sumber yang sama. Tujuan dilakukannya triangulasi ini yaitu untuk mendapatkan hasil yang valid dengan menyesuaikan data hasil pemantauan, wawancara dan dokumentasi.

Selanjutnya Mathinson (Sugiyono, 2011: 332) mengemukakan:

The value of triangulation lies ini providing evidence – whether convergent, inconsistent, or contracditory. Nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi.

Selanjutnya Patton (Sugiyono, 2011: 332) mengemukakan:

Can build in the strengths of each type of data collection while minimizing the weakness in any single approach. Dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan satu pendekatan.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan teknik triangulasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang sama dari beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda untuk memperoleh data yang sama. Teknik triangulasi dilakukan sebagai penguatan atau teknik yang dilakukan untuk menguji kredibilitas data yang diperoleh dari penelitian di SMP Negeri 4 Bandung.

Moleong (1989: 195) “triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk


(45)

triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Triangulasi dilakukan sebagai teknik pengecekkan keabsahan data atau sebagai pembanding dari data yang telah diperoleh dalam penelitian. Dalam hal ini triangulasi dilakukan berdasarkan data dan fakta yang di peroleh peneliti selama melakukan penelitian di SMP Negeri 4 Bandung.

C. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan untuk dapat menjawab rumusan peneliti dengan menggunakan teknik pengumpulan data (observasi,

wawancara, dokumentasi, dan triangulasi). Sugiyono (2011: 333) “dalam

penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan

secara terus menerus sampai datanya jenuh”. Karena penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif maka teknik analisis data dilakukan untuk memperoleh hipotesis yang bersifat kualitatif.

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data di lapangan, maka data tersebut perlu segera diolah untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Menurut

Arikunto (2006: 235) “di dalam buku-buku lain sering disebut pengolahan data. Ada yang menyebut data preparation, ada pula data analysis”. Teknik analisis

data sering disebut pula sebagai teknik pengolahan data. Selanjutnya Sugiyono

(2011: 335) “analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan


(46)

teknik pengolahan atau analisis data kualitatif dilakukan berdasarkan dari hasil teknik pengumpulan data dari hasil penelitian di SMP Negeri 4 Bandung sebab sifat dari kualitatif yaitu untuk menemukan hipotesis, maka teknik analisis data ini bertujuan untuk mengolah data menjadi sebuah hipotesis.

Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan (Sugiyono, 2011: 334) menyatakan:

Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to other. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapt mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Sedangkan menurut Susan Stanback (Sugiyono, 2011: 335) menyatakan:

Data analysis is critical to the qualitative research process. It is to recognition, study and understanding of interrelationship and concept in your data that hypotheses and assertions can be developed and evaluation. Analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan analisis data merupakan proses pencarian dan penyusunan data dari hasil penelitian SMP Negeri 4 Bandung disusun secara sistematis dari hasil penelitian yang dilakukan dengan teknik-teknik pengumpulan data seperti wawancara dan dokumentasi guna untuk memahami hubungan dan konsep dalam data yang kemudian dapat dikembangkan menjadi sebuah hipotesis.


(47)

Selanjutnya Spradley (Sugiyono, 2011: 335) menyatakan:

Analysis of any kind involve a way of thinking. It refers to the systematic examination of something to determine its part, the relation among parts, and the relationship to the whole. Analysis is a search for patterns. Analisis dalam jenis apapun, adalah merupakan cara berfikir. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan. Analisis adalah untuk mencari pola.

Sedangkan menurut Sugiyono (2011: 335) menyatakan:

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan analisis data merupakan proses mencari dan menyusun data yang diperoleh dari hasil teknik pengumpulan data yaitu dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi yang dilakukan di SMP Negeri 4 Bandung dan diuji dengan melakukan teknik triangulasi untuk dapat mencari pola yang kemudian pola tersebut dikembangkan untuk menjadi sebuah hipotesis sehingga menghasilkan data yang valid yang dapat difahami dan dipelajari oleh diri sendiri maupun orang lain.

Menurut Sugiyono (2011: 335) “bila berdasarkan data yang dapat

dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis

diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori”. Menurutnya apabila

hipotesis dari hasi penelitian dapat diterima kebenarannya maka hipotesis tersebut dapat dikembangkan menjadi teori.


(48)

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini Nasution (Sugiyono, 2011: 336) menyatakan:

Analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang grounded.

Dalam penelitian kualitatif analisis data lebih difokuskan selama proses penelitian di lapangan. Proses analisis data dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data di lapangan dalam hal ini yaitu di SMP Negeri 4 Bandung. Proses analisis data dilakukan sebelum di lapangan dan selama di lapangan. Proses analisis data sebelum di lapangan dilakukan ketika peneliti melakukan observasi di lokasi penelitian yaitu SMP Negeri 4 Bandung untuk menentukan focus penelitian.

Sugiyono (2011: 336) “… namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di

lapangan”. Fokus penelitian sebelum di lapangan bersifat sementara dan masih akan berkembang setelah peneliti melakukan penelitian selama berada di lapangan.

Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011: 337) mengemukakan „aktivitas

dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh‟. Aktivitas analisis

data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif (langsung) dan berlangsung terus menerus hingga data yang didapat jenuh. Menurut Sugiyono


(49)

conclusion drawing/verification”. Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar 3.3 di bawah:

Periode Pengumpulan

Reduksi Data

Antisipasi Selama Setelah

Display Data

Selama Setelah Analisis

Kesimpulan/Verifikasi

Selama Setelah

Bagan 3.3 Komponen dalam Analisis Data (flow model) Model Miles and Huberman

Sumber: Sugiyono (2011)

Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa, setelah peneliti melakukan pengumpulan data, maka peneliti melakukan antisipasi sebelum melakukan reduksi data. Selanjutnya model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Bagan 3.4 Komponen dalam Analisis Data (interactive model) Model Miles and Huberman

Data Collection

Data Reduction

Data Display

Conclusions:drawing/ verifying


(50)

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data dilakukan oleh peneliti dengan memilih hal-hal yang bersifat pokok dari kegiatan keseluruhan yang diamati oleh peneliti SMP Negeri 4 Bandung. Sugiyono (2011: 338) “mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu”. Mereduksi data dilakukan peneliti untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai subyek yang diteliti sehingga mempermudah peneliti untuk mengumpulkan dan menganalisis data.

Sugiyono (2011: 339) “dalam mereduksi data, setiap peneliti akan

dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian

kualitatif adalah pada temuan”. Mereduksi data dalam penelitian kualitatif dilakukan untuk menemukan segala sesuatu yang berada di lokasi peneliti yaitu di SMP Negeri 4 Bandung untuk menemukan tujuan dalam rencana penelitian tersebut. Dalam mereduksi data diperlukan proses berfikir sensitive agar dapat peka terhadap perubahan yang terjadi di SMP Negeri 4 Bandung sebagai lokasi penelitian sehingga data-data yang diperoleh dapat berkembang menjadi sebuah teori.

2. Penyajian Data (Data Display)

Proses selanjutnya setelah data direduksi, yaitu mendisplay data. Mendisplay data yaitu berupa uraian singkat mengenai hasil temuan di lokasi penelitian di SMP Negeri 4 Bandung yaitu menjabarkan hasil


(51)

penelitian dalam bentuk uraian singkat atau berupa bagan hubungan sebab-akibat.

Sugiyono (2011: 341) “dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar ketegori,

flowchart dan sejenisnya”. Dalam hal ini Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011: 341) mengemukakan:

The most frequent form of display data for wualitative research data in the past has been narrative text. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dari pengertian di atas disimpulkan dalam penelitian kualitatif penyajian data disajikan dengan bentuk teks yang bersifat naratif atau kata-kata dari peneliti mengenai keadaan di SMP Negeri 4 Bandung. Sugiyono

(2011: 341) menyatakan “dengan melakukan display data, maka akan mempermudah peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut”. Penyajian data selain berupa teks naratif dapat juga berupa grafik dan matrik.

Seperti yang diungkapkan Sugiyono (2011: 341) “selanjutnya

disarankan, dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, dapat juga berupa grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart”.

Tujuan penyajian data ini adalah untuk mempermudah peneliti dalam menguraikan data yang telah diperoleh dan kesesuaian data dengan teori yang ada. Apabila hasil yang diperoleh di SMP Negeri 4 Bandung menunjukkan kesesuaian antara teori dengan keadaan di SMP Negeri 4


(52)

Bandung, maka data yang diperoleh akan dapat berkembang menjadi hipotesis. Sugiyono (2011: 342) menyatakan:

Bila setelah memasuki lapangan ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu didukung oleh data pada saat dikumpulkan di lapangan, maka hipotesis tersebut terbukti dan akan berkembang menjadi teori yang

grounded. Teori grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif, berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan, dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terus menerus.

Berdasarkan penjelasan diatas, hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti mendapatkan penguatan dari hasil data yang diperoleh di lapangan selama melakukan penelitian maka hipotesis tersebut dapat berkembang menjadi teori yang grounded.

3. Conclusion Drawing/ Verification

Conclusion drawing/verification yaitu penarikan kesimpulan dari data yang telah diolah dan merupakan langkah terakhir dalam menganalisis data.

Sugiyono (2011: 345) mengemukakan “kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti

yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan berikutnya”. Ketika peneliti melakukan penarikan kesimpulan ternyata didapatkan data yang kurang mendukung, maka peneliti melakukan pengumpulan data kembali hingga mendapatkan data yang mendukung. Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif dapat berubah-ubah maka dari itu perlu dilakukan pengumpulan data kembali ketika data yang diperoleh tidak cukup mendukung teori yang ada.


(53)

Sugiyono (2011: 345) “tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan

pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel”. Dari penjelasan

tersebut dapat disimpulkan apabila penarikan kesimpulan pada tahap awal sudah didukung oleh bukti-bukti yang kuat di lapangan, maka kesimpulan tersebut merupakan kesimpulan yang kredibel.

Selanjutnya Sugiyono (2011: menemukakan “kesimpulan dalam

penelitian kualitatif yang dihapakan adalah merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada”. Maka dalam penelitian kualitatif, selama peneliti melakukan penelitian di SMP Negeri 4 Bandung diharapkan dapat menemukan teori baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

D. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di SMP Negeri 4 Bandung Jl. Samoja No 5 Kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian ini dipilih berdasarkan alasan-alasan berikut:

a. SMP Negeri 4 Bandung merupakan Sekolah Menengah Pertama yang memiliki kualitas cukup baik.

b. SMP Negeri 4 Bandung termasuk sekolah favorit karena termasuk sekolah yang berada pada tingkat (cluster) pertama dalam tingkatan-tingkatan sekolah di Bandung.


(54)

c. SMP Negeri 4 Bandung dikenal cukup disiplin terhadap siswa. d. SMP Negeri 4 Bandung memiliki guru PKn yang dikenal sangat

disiplin terhadap siswa.

e. SMP Negeri 4 Bandung memiliki kesiswaan yang juga adalah guru mata pelajaran PKn sehingga dapat lebih mudah mengatur siswa dalam masalah kedisiplinan.

f. SMP Negeri 4 Bandung berlokasi tidak cukup dekat dengan keramaian jalan sehingga tidak akan mengganggu terhadap proses pembelajaran.

g. SMP Negeri 4 Bandung berlokasi berdekatan dengan ASPOL (asrama Polisi) sehingga wilayah tidak banyak terpengaruh hal-hal negative.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian atau sample penelitian dalam penelitian kualitatif dilakukan secara purposive sampling. Sugiyono (2011: 300) mengemukakan

purposive sampling adalah teknik pengambilan sample sumber data dengan

pertimbangan tertentu”. Jadi subyek dalam penelitian ini ditujukan peneliti

terhadap orang-orang yang dianggap memiliki wawasan lebih terhadap kedisiplinan serta orang-orang yang dianggap memiliki kedisiplinan yang tinggi.

Subyek penelitian ini adalah:


(55)

b. Wakil Kepala Sekolah dibidang Kesiswaan SMP Negeri 4 Bandung c. Wakil Kepala Sekolah dibidang Kurikulum SMP Negeri 4

Bandung

d. Guru PKn SMP Negeri 4 Bandung e. Guru BK SMP Negeri 4 Bandung, dan

f. Perwakilan siswa-siswi SMP Negeri 4 Bandung

E. Paradigma Penelitian

Pada dasarnya paradigma penelitian kualitatif melihat pada kenyataan di lapangan. Penelitian kualitatif tidak hanya berdasarkan variable penelitian saja tetapi juga melihat keseluruhan dari situasi sosial yang ada dalam artian peneliti juga melihat situasi pada tempat, pelaku, aktivitas dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Penelitian kualitatif dilakukan secara intensif dan peneliti ikut berpartisipasi selama di lapangan dengan melakukan pengamatan secara seksama dan mencatat semua kejadian yang berada di lapangan. Dalam mengumpulkan data dan fakta di lapangan, peneliti dibantu dengan menggunakan metode observasi, wawancara mendalam, dokumentasi, dan juga triangulasi sebagai penggabungan dari metode-metode pengumpulan data tersebut.

Paradigma penelitian dilakukan untuk memperoleh hasil dari penelitian dapat digambarkan sebagai berikut

Bagan 3.5 Input – Proses – Output Penelitian Kualitatif

Input (Siswa)

Proses (Pembelajaran

PKn)

Output (Siswa yang


(1)

bahwa semakin berkurangnya siswa yang melakukan pelanggaran. Pembinaan karakter melalui PKn efektif untuk meningkatkan kedisiplinan siswa sebab pada dasarnya mata pelajaran PKn menuntut siswa untuk berperilaku sesuai norma dan nilai yang berlaku di lingkungan tempat ia berada khususnya di lingkungan sekolah.

B. Kesimpulan Khusus

Secara khusus, penelitian ini dapat merumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1.Penerapan muatan karakter di dalam silabus dan RPP itu sangat membantu guru untuk membina karakter siswa di dalam kelas. Penerapan muatan-muatan karakter disesuaikan dengan karakter dan kondisi setiap kelas. Kedisiplinan dapat terbentuk dan meningkat dengan menerapkannya muatan karakter seperti jujur, religius, bertanggung jawab, cinta lingkungan, cinta tanah air, dan bersikap yang akhlakul kharimah. Sekolah ikut berperan dalam memantau proses KBM guru di kelas untuk menyesuaikan antara apa yang tertuang di dalam Silabus dan RPP dengan proses KBM di kelas.

2.Proses pembelajaran PKn di kelas sangat berperan dalam meningkatkan kedisiplinan siswa karena terlihat dari sikap guru yang tegas dalam memberikan teguran bagi siswa yang tidak fokus mengikuti proses KBM di kelas. Dari ketegasan yang diberikan guru terhadap siswa itu membuat siswa fokus terhadap pelajaran. Karena pada dasarnya PKn merupakan


(2)

173

Nur Ilmi Setianingsih, 2013

Pembinaan Karakter Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sebagai siswa di sekolah. Melalui PKn karakter siswa dibentuk melalui pembelajaran yang menjadikan kelas sebagai laboratorium demokrasi serta menjadikan siswa disiplin dengan selalu fokus terhadap proses KBM di kelas.

3.Pembinaan kedisiplinan di SMP Negeri 4 Bandung yang dilakukan dengan pemberian penghargaan (reward) bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri dalam siswa yang dapat membentuk karakter baik dalam diri siswa. Hukuman (punishment) diberikan agar siswa merasa jera untuk terus melakukan pelanggaran. Pemberian penghargaan tidak selalu berbentuk materi atau barang tetapi penghargaan diberikan melalui pujian terhadap siswa ataupun pemberian nilai tambah pada mata pelajaran itu yang dilakukan oleh guru PKn di SMP Negeri 4 Bandung. Pemberian hukuman diberikan kepada siswa secara bertahap agar siswa memiliki kesempatan untuk dapat memperbaiki kesalahannya.

4.Pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dilakukan sesuai dengan VISI SMP Negeri 4 Bandung yaitu CERDAS (Competitive, Educative, Religius, Democratic, Aplicative, dan Self confidence). Pembiasaan tersebut dilakukan untuk membentuk karakter siswa dengan mengembangkan minat dan bakat siswa di sekolah serta untuk menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri siswa. Sikap percaya diri tersebut merupakan karakter yang baik sehingga siswa yang memiliki karakter baik maka akan berperilaku sesuai dengan norma dan


(3)

aturan yang berlaku di sekolah. Dengan mematuhi aturan-aturan di sekolah maka siswa tersebut jelas telah berdisiplin.

5.Evaluasi yang dilakukan di SMP Negeri 4 Bandung untuk mengukur keberhasilan pembinaan dan peningkatan kedisiplinan siswa di sekolah tidak hanya diberikan kepada siswa saja. Pemberian evaluasi juga diberikan kepada guru untuk mengukur sejauh mana guru berhasil mendidik siswa untuk berdisiplin yaitu melalui rapat berkala guru. Evaluasi terhadap siswa dilakukan dalam tiga aspek yaitu aspek kognitif (pengetahuan), aspek psikomotor (keaktifan), dan aspek afektif (sikap).

C. Rekomendasi

Berdasarkan rumusan kesimpulan di atas, maka dirumuskan beberapa rekomendasi sebagai berikut.

1.Untuk Guru PKn

Pembinaan karakter melalui PKn terbukti dapat meningkatkan kedisiplinan siswa. Oleh karena itu diharapkan kepada guru PKn untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan pembinaan karakter pada siswa pada masa yang akan datang. Setiap pertahanan pasti memiliki hambatan, namun diharapkan guru PKn mampu mengatasi segala hambatan-hambatan tersebut agar tetap dapat membina siswa untuk lebih disiplin.

2.Untuk Siswa SMP Negeri 4 Bandung


(4)

175

Nur Ilmi Setianingsih, 2013

Pembinaan Karakter Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Di Sekolah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lebih baik mengenai pembinaan yang dilakukan oleh sekolah itu bertujuan untuk menjadikan siswanya lebih baik di masa yang akan datang. Sehingga proses pembinaan yang dilakukan oleh sekolah dapat berlangsung dengan baik.

3.Untuk Jurusan PKn UPI

Untuk jurusan PKn UPI bahwa sesungguhnya mata pelajaran PKn memiliki peranan yang besar untuk dapat mendisiplinkan siswa. Oleh karena itu hendaklah untuk lebih meningkatkan lagi optimalisasi mahasiswa dalam memberikan pengajaran kelak setelah lulus dan bertugas untuk memberikan pengajaran kepada siswa-siswi di sekolah.

4.Untuk Peneliti Selanjutnya

Sebelum melakukan penelitian hendaknya peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian terlebih dahulu untuk dapat mengetahui kondisi lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian sehingga peneliti dapat mengetahui sejauh mana peran PKn dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.


(5)

Buku Sumber:

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

---. dan Suryadi, K. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Danial, E. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Imron, A. (2011). Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Khan, Y. (2010). Pendidikan Karakter berbasis Potensi Diri (Mendongkrak Kualitas

Pendidikan). Jogjakarta: Pelangi Publishing.

Ma’mur-Asmani, J. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Jogjakarta: Diva Pers.

Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter (solusi yang tepat untuk membangun bangsa). Jakarta: Star Energi.

Moleong, J.X. (1998). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nazir, Muhammad. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurmalina, K. dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium PKn UPI.

Rusyandi, T dan D.H.J. (1997). Penerapan Gerakan Disiplin Nasional dalam Proses Pembelajaran. Cianjur: CV Kandaga Cipta Karya.

Sugiyono. 2011. Metode penelitian Pendidikan (pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Tu’u, T. (2004). Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.


(6)

177

Nur Ilmi Setianingsih, 2013

Pembinaan Karakter Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Winataputra, U. dan Budimansyah, D. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif Internasional. Bandung: Widya Aksara Press.

Wuryan, S. dan Syaifullah. 2009. Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Lab PKn UPI.

Sumber Skripsi:

Dharmawan, T. (2010). Penerapan Hukuman Terhadap Peningkatan Kedisiplinan Siswa Di Sekolah (Studi Kasus Di Sekolah Menengah Atas Negeri Situraja). Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Nurjanah, E. (2008). Pengaruh Penerapan Tata Tertib Sekolah Terhadap Tingkat Kedisiplinan Siswa (Studi Deskriptif Analitik terhadap Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Lembang). Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Purwanti, R.Y. (2008). Peranan Guru PKn dalam Membina Kedisiplinan Siswa (Studi Kasus di SMP Negeri 4 Malangbong Garut). Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rahayu, T. (2008). Hubungan Antara Tingkat Kedisiplinan Siswa Dengan Prestasi Belajarnya Pada Mata Pelajaran PKn (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI di SMA Pasundan 2 Cimahi). Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Ulfha, I.F. (2012). Pembinaan Karakter Melalui Seni Tradisional (Studi Kasus Di Smk Negeri 10 Bandung). Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sumber Undang-undang:

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika.

Sember Lainnya:

LEMHANNAS. (1997). Disiplin Nasional. Jakarta: PT Balai Pustaka.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.


Dokumen yang terkait

KEDISIPLINAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Kedisiplinan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Banyudono, Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013).

0 0 17

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ANTI KORUPSIMELALUI HABITUASI DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK MEMBANGUN KARAKTER SISWA UNTUK MEMBANGUN KARAKTER SISWA :Studi Deskriptif di SMP Negeri 1 Cianjur-Jawa Barat.

0 9 54

PENEGAKAN KEDISIPLINAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SEKOLAH Penegakan Kedisiplinan Dalam Rangka Implementasi Pendidikan Karakter Siswa Di Sekolah (Studi Kasus Di Smp Negeri 4 Tawang Sari, Kecamatan Tawang Sari, Kabupaten Sukohar

0 3 16

PENEGAKAN KEDISIPLINAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SEKOLAH Penegakan Kedisiplinan Dalam Rangka Implementasi Pendidikan Karakter Siswa Di Sekolah (Studi Kasus Di Smp Negeri 4 Tawang Sari, Kecamatan Tawang Sari, Kabupaten Sukohar

0 3 16

PEMBINAAN KARAKTER SISWA MELALUI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN :Studi Kasus di SMK Negeri 1 Kota Ternate.

1 2 57

7 pendidikan karakter di smp mll pbm mbs ekskul

0 0 41

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 4 SUMBANG TAHUN 2017

0 0 17

PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) (Studi Deskriptif di SMP Negeri 1 Wanasari) - repository perpustakaan

0 0 15

KONSTRUKSI PENDIDIKAN DEMOKRASI DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN SISWA DI SMP NEGERI 4 SUMBANG

0 0 17

PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ( PKN ) DI MTs NEGERI 1 RAKIT

0 0 19