Proses Migrasi Nenek Moyang Indoensia
65 Nusantara melalui jalan barat saja. Bangsa Melayu Muda berhasil
mendesak dan bercampur dengan bangsa Proto Melayu. Bangsa Deutero Melayu masuk melalui Teluk Tonkin Yunan
ke Vietnam, lalu ke Semenanjung Malaka, terus ke Sumatra, dan akhirnya masuk ke Jawa. Bangsa Deutero Melayu memiliki kebudayaan
yang lebih maju dibandingkan dengan Proto Melayu. Mereka sudah dapat membuat barang-barang dari perunggu dan besi. Hasil budayanya
yang terkenal adalah kapak corong, kapak sepatu, dan nekara. Selain kebudayaan logam, bangsa Deutero Melayu juga mengembangkan
kebudayaan Megalitikum, yaitu kebudayaan yang menghasilkan bangunan yang terbuat dari batu besar. Hasil-hasil kebudayaan
Megalitikum, misalnya, menhir tugu batu, dolmen meja batu, sarkofagus keranda mayat, kubur batu, dan punden berundak. Suku
bangsa Indonesia yang termasuk keturunan Melayu Muda Deutero Melayu adalah suku Jawa, Melayu, dan Bugis.
Proto Melayu meliputi penduduk di Gayo dan Alas di Sumatra bagian utara, serta Toraja di Sulawesi. Sementara itu, semua penduduk
di Kepulauan Indonesia, kecuali penduduk Papua dan yang tinggal di sekitar pulau-pulau Papua, adalah ras Deutero Melayu.
3. Melanosoid
Selain Proto-Melayu dan Deutro Melayu, di Indonesia juga ada ras lain yaitu ras Melanesoid. Ras Melanesoid tersebar di Lautan Pasifik di
pulau-pulau yang letaknya sebelah Timur Irian dan Benua Australia. Ras Melanesoid di kepulauan Indonesia tinggal di Papua. Suku bangsa
Melanesoid menurut Daldjoeni sekitar 70 menetap di Papua dan yang 30 tinggal di beberapa kepulauan di sekitar Papua dan Papua Nugini.
Pada awalnya, kedatangan bangsa Melanesoid di Papua berawal ketika zaman es berakhir tahun 70000 SM. Pada saat Melanosoid berpindah
Dunia sedang mengalami musim dingin yangv hebat. Lautan menyusut hingga 100 m membuat daratan terlihat. Ketika daratan ini muncul maka
ras inilah kemudian berpindah. Melanesoid terdesak oleh bangsa Melayu. Bangsa Proto
Melanesoid yang belum sempat mencapai kepulauan Papua melakukan pencampuran dengan bangsa Melayu. Pencampuran kedua bangsa tersebut
menghasilkan keturunan Melanesoid-Melayu yang saat ini merupakan penduduk Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
4. Negroid dan Wedid
Sebelum kedatangan kelompok-kelompok Melayu tua dan muda, negeri kita sudah terlebih dulu kemasukkan orang-orang Negrito
66 dan Weddid. Sebutan Negrito diberikan oleh orang-orang Spanyol karena
yang mereka jumpai itu berkulit hitam mirip dengan jenis-jenis Negro. Sejauh mana kelompok Negrito itu bertalian darah dengan jenis-jenis
Negro yang terdapat di Afrika serta kepulauan Melanesia Pasifik, demikian pula bagaimana sejarah perpindahan mereka, belum banyak
diketahui dengan pasti. Di Indonesia sudah tidak terdapat lagi sisa-sisa
kehidupan suku Negroid. Akan tetapi, di pedalaman Malaysia dan Filipina keturunan suku Negroid masih ada. Suku yang termasuk ras Negroid,
misalnya, suku Semang di Semenanjung Malaysia dan suku Negrito di Filipina. Mereka akhirnya terdesak oleh orang-orang Melayu Modern
sehingga hanya menempati daerah pedalaman terisolir. Kelompok Weddid terdiri atas orang-orang dengan kepala
mesocephal dan letak mata yang dalam sehingga nampak seperti berang; kulit mereka coklat tua dan tinggi rata-rata lelakinya 155 cm. Weddid
artinya jenis Wedda yaitu bangsa yang terdapat di pulau Ceylon Srilanka.
Sisa-sisa suku Wedoid sampai sekarang masih ada, misalnya, suku Sakai di Siak serta suku Kubu di perbatasan Jambi dan Palembang.
Mereka hidup dari meramu mengumpulkan hasil hutan dan berkebudayaan sederhana. Mereka juga sulit sekali menyesuaikan diri
dengan masyarakat modern.