Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti | 125
A. Pendahuluan
Di dalam agama Khonghucu dikenal adanya semangat Jingtian Zunzu satya kepada Tian, memuliakan leluhur. Hal ini dilandasi oleh
semangat berbakti Xiaosi memuliakan hubungan dengan ayah-bunda. Sementara menjadi kewajiban setiap orang tua untuk penuh kasih
mendidik dan menyayangi anak-anaknya.
Di dalam budaya religius Rujiao agama Khonghucu diajarkan adanya Lima Hubungan Kemasyarakatan Wulun yang dikenal juga sebagai
Lima Jalan Suci Bermasyarakat Wudadao. Kelima hal hubungan itu meliputi:
1. Jalan Suci antara atasan dengan bawahan Junchen 2. Jalan Suci antara Orang tua dan anak dengan anak Fuzi
3. Jalan Suci antara suami dengan istri Fufu 4. Jalan Suci antara kakak dengan adik Xiongdi
5. Jalan Suci antara kawan dengan sahabat Pengyou Sebagai tuntunan atau pedoman di dalam mejalankan Lima Perkara
itu dikenal dengan Tiga Pusaka Sandade, yaitu: Zhi, Ren, Yong. Tuntunan ibadah Khonghucu dimulai di dalam keluarga pemeluknya,
ayah bunda adalah sebagai pembina rohani bagi putera puterinya. Barulah kemudian dikembangkan secara sosial religius di rumah-rumah
ibadah.
B. Kelenteng Miao Sebagai Rumah Ibadah Khonghucu
1. Sejarah Kelenteng
Miao atau Kelenteng dalam istilah Indonesia sudah ada sejak awal turunnya Wahyu Tian dalam agama Khonghucu. Dalam Wujing dan
Sishu, paling tidak di jaman Raja Suci Yao dan Shun 2356 – 2205 SM., sudah disebut tentang kuil untuk sembahyang kepada Tian dan Leluhur.
Nabi Kongzi meneliti dan mencatat kenyataan tentang pelaksanaan ibadah umat Ru, baik ibadah kepada Tian, para Shen Ming, atau para
leluhur. Didapati kenyataan bahwa peribadahan tersebut diatur sebagai berikut:
1. Ibadah kepada Tian Yang Maha Pencipta Qian hanya boleh dilaksanakan dan dipimpin kaisar Huangdi sebagai putera Tian
Tianzi. 2. Sembahyang kepada malaikat bumi Tushen dilaksanakan oleh raja
muda Gong, dan berkembang menjadi persembahyangan bagi para suci Shen Ming di Kelenteng Miao.
126 | Buku Siswa kelas X SMASMK
3. Sembahyang kepada Leluhur Zuzong di mana yang wajib melaksanakannya adalah rakyat atau umat manusia.
Di zaman purba hingga masa kehidupan Nabi Kongzi para pembesar Dafu sampai rakyat hanya boleh bersembahyang dan berdoa kepada
arwah para leluhurnya. Ketika Nabi Kongzi menjabat sebagai Pembesar Dafu, Beliau mulai memikirkan agar sistem ibadah Rujiao dapat
diajarkan kepada seluruh rakyatmanusia.
Pada zaman Nabi Kongzi, Miao atau Kelenteng sudah ada sebagai tempat penghormatan kepada raja yang sudah mahrum. Miao pada
waktu itu juga menjadi tempat menyimpan benda-benda milik raja yang sudah meninggal. Nabi Kongzi sering mengunjungi Miao itu sebagai
tempat belajar membuka wawasan. Dalam kitab Lunyu diceritakan bahwa setiap kali Nabi Kongzi memasuki Miao Kelenteng selalu saja
banyak hal yang ditanyakan. Di dalam kitab Lunyu tercatat: Tatkala Nabi Kongzi masuk ke dalam Miao besar untuk memperingati Pangeran
Zhao, segenap hal ditanyakan. Ada orang berkata, “Siapa berkata anak negeri Co itu mengerti kesusilaan? Masuk ke dalam Miao segenap hal
ditanyakan.” Mendengar itu nabi bersabda, “Justru demikian inilah Kesusilaan.” Lunyu. III: 15
2. Peran Nabi Kongzi dalam Sejarah Kelenteng