Keadaan yang Memaksa Mengapa Manusia Berbuat Jahat

32 | Buku Siswa kelas X SMASMK saling mengerti dengan orang lain, maka perbuatan pada siang harinya itu memusnahkan kembali yang sudah diperolehnya. Kalau kemusnahan ini berulang-ulang terjadi, kesengsaraan yang diperoleh karena hawa malam itu, tidak cukup untuk menjaganya. Kalau kemusnahan ini berulang-ulang terjadi, kesegaran yang diperoleh karena hawa malam itu tidak cukup untuk menjaganya. Kalau kesegaran yang diperoleh karena hawa malam itu tidak cukup untuk menjaganya, bedanya dengan burung atau hewan sudah tidak jauh lagi. Kalau orang melihat keadaan yang sudah menyerupai burung atau hewan itu, ia lalu menyangka bahwa memang demikian watak dasarnya. Tetapi benarkah itu sungguh- sungguh merupakan rasa hatinya?” 3. Maka kalau dirawat baik-baik, tiada barang yang tidak akan berkembang, sebaliknya, kalau tidak dirawat baik-baik tiada barang yang tidak akan rusak.” Mengzi. VI A: 81-3 Ayat di atas menunjukan bahwa watak sejati manusia yang pada dasarnya baik itu dapat dirusakkan oleh nafsu-nafsu yang tidak terkendali, jadi bukan karena watak dasar watak sejatinya itu buruk adanya.

2. Keadaan yang Memaksa

Adakala di mana manusia dapat bertindakberbuat buruk meski tidak ada emosi negatif ‘nafsu’ yang menguasai dirinya, tindakkan itu dilakukan semata-mata karena menurutnya “tidak ada pilihan” atau “terpaksa.” Keadaanlah yang menyebabkan ia melakukan suatu tindakan tertentu. Seperti dicontohkan dalam uraian Mengzi melalui percakapannya dengan Gaozi, yang menggambarkan hubungan watak sejatisifat asli manusia dengan suatu keadaan yang memaksa. Gaozi berkata, “Watak sejati manusia itu laksana pusaran air, kalau diberi jalan ke Timur akan mengalir ke Timur, kalau diberi jalan ke Barat akan mengalir ke sumber : shadow-intips.blogspot.com Gambar 2.5 Mengalir ke tempat yang lebih rendah adalah sifat alami air Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti | 33 Barat. Begitupun watak sejati manusia itu tidak dapat membedakan antara baik atau tidak baik, seperti air tidak dapat membedakan antara Timur dan Barat.” Mengzi. VI A: 2 Mengzi berkata, “Air memang tidak dapat membedakan antara Timur dan Barat, tetapi tidak dapatkah membedakan antara atas dan bawah?” “Watak sejati manusia itu cenderung kepada baik, laksana air mengalir ke bawah, orang tidak ada yang tidak cenderung kepada baik, seperti air tidak ada yang tidak cenderung mengalir ke bawah.” Mengzi. VI A: 3 “Kini kalau air itu ditepuk dapat terlontar naik sampai melewati dahi, dengan membendung dan memberi saluran-saluran, air dapat dipaksa mengalir sampai ke gunung. Tetapi benarkah ini watak air? Itu tentu bukanlah hal yang sewajarnya, begitupun kalau orang sampai menjadi tidak baik, tentulah karena watak sejatinya diperlakukan seperti itu juga.” Secara alami air tidak ada yang tidak mengalir ke bawah, dan manusia tidak ada yang tidak cenderung kepada baik. Tetapi bila keadaan memaksa air dapat juga mengalir ke atas, begitupun manusia, bila keadaan memaksa dapat juga berbuat tidak baik tidak sesuai dengan sifat alaminya. Ketika air harus mengalir ke atas melawan kodratnya tentu tidak menjadi persoalan. Tetapi bila manusia yang kodratnya adalah baik jika menjadi tidak baik karena keadaan yang memaksa, tentu akan menjadi persoalan. Air adalah sebuah benda bukan makhluk, jadi ia tidak dapat melawan jika diperlakukan dikondisikan untuk melawan sifat alaminya. Tetapi manusia sebagai makhluk yang diberi watak sejati dan dorongan perasaan sebagai kemampuan untuk melawan, jika karena keadaan memaksa lalu menjadi marah dan ganas berbuat melawan sifat alaminya. Agama diciptakan untuk satu keperluan, membimbing manusia menempuh jalan suci dan dapat mengerti bagaimana mengendalikan setiap kondisi tidak baik yang timbul oleh nafsu-nafsu gejolak rasa ataupun oleh keadaan yang memaksa. sumber: shadow-intips.blogspot.com Gambar 2.6 Jika dipaksa air dapat mengalir ke atas. 34 | Buku Siswa kelas X SMASMK Mengzi berkata, “Pada tahun-tahun yang makmur, anak-anak dan pemuda-pemuda kebanyakan berkelakuan baik, tetapi pada tahun-tahun yang paceklik, anak-anak dan pemuda-pemuda kebanyakan berkelakuan buruk.” “Hal ini bukan karena Tian Yang Maha Esa menurunkan watak yang berlainan, melainkan karena hatinya telah terdesak dan tenggelam di dalam keadaan yang buruk.” Mengzi. Bab VI A: 7

3. Kebiasaan Buruk