30 | Buku Siswa kelas X SMASMK
B. Mengapa Manusia Berbuat Jahat
1. Nafsu yang Tidak Terkendali
Seperti halnya watak sejati yang di dalamnya terkandung benih- benih kebajikan: Cinta kasih, kebenaran, kesusilaan, dan kebijaksanaan
yang mutlak dimiliki oleh semua orang tanpa kecuali, begipun halnya dengan nafsu daya rasa yang terdiri dari perasaan: gembira, marah,
sedih, dan senangsuka adalah juga hal yang pasti dimiliki oleh semua orang.
Nafsu daya rasa yang disebutkan itu dapat terjadi
kapan saja, di mana saja dan pada siapa saja, dan
manusia sering kali atau tidak mempunyai kendali atas kapan
ia dilanda emosi, juga emosi apa yang akan melandanya, tetapi
paling tidak manusia dapat memperkirakan berapa lama
emosi itu akan berlangsung menguasai dirinya.
Banyak pengaruh-pengaruh dari luar diri yang dapat memicu
timbulnya nafsu yang ada di dalam diri. Bila ‘nafsu’ di dalam diri itu telah terpicu, maka bersamaan
dengan itu tubuh akan bergerak melakukan sesuatu, dan hal ini akan berakibat tidak baik bila berlebihan atau tidak dapat dikendalikan.
Pada kondisi seperti inilah harus ada sesuatu yang dapat meredam atau mengendalikan nafsu-nafsu tersebut, inilah fungsi watak sejati.
Nafsu, dengan kuat menggerakan tubuh untuk melakukan hal-hal tertentu sampai sepuas-puasnya melampaui batas-batas kewajaran.
Hal ini tentu saja berbahaya, sangat berbahaya Watak sejati meredam, membendung, mengendalikan agar semuanya tetap berada pada batas
kewajaran yang tidak melanggar nilai-nilai kemanusiaan. Dapat mengendalikan nafsu-nafsu yang timbul tetap berada pada
batas kewajaran batas tengah inilah dimaksud harmonis.
sumber: dokumen penulis
Gambar 2.2
Nafsu bila tidak terkendali akan melahirkan tindakan yang akan
membahayakan
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti | 31
Nafsu apabila dapat dikendalikan, akan menjadikan orang memiliki
kedewasaan sikap. Nafsu akan mampu membimbing, menggerakan
pikiran, menciptakan nilai-nilai bagi kelangsungan hidup kita. Tetapi
nafsu dengan mudah menjadi tidak terkendali, dan hal itu memang sering
kali terjadi. Masalahnya bukanlah karena nafsu itu sendiri, melainkan
mengenai keselarasan antara nafsu dan cara mengekpresikannya, maka
pertanyaannya adalah, “Bagaimana kita membawa kecerdasan ke dalam emosi kita? Mengzi berkata;
1. “Pohon di gunung Giu, mula-mula indah dan rimbun, tetapi karena letaknya dekat dengan sebuah negeri yang besar lalu dengan
semena-mena ditebang,
masih indahkah
kini?” Benar, dengan istirahat tiap
hari tiap malam, disegarkan oleh hujan dan embun, tiada
yang tidak bersemi dan bertunas kembali, tetapi
lembu-sapi dan kambing- domba
digembalakan di sana, maka menjadi
gundullah dia. Orang melihat keadaan yang
gundul itu lalu menganggap memang selamanya belum pernah ada pohon-pohon di sana.”
2. “Tetapi benarkah itu hakikat sifat gunung? Cinta kasih dan kebenaran yang dijaga di dalam hati manusia kalau sampai tiada
lagi, tentulah karena sudah terlepas hati nuraninya liangxing, hal itu seperti pohon-pohon yang ditebang dengan kapak, kalau
tiap-tiap hari ditebang, dapatkah menunjukkan keindahannya?” Dengan bergantinya siang dan malam orang dapat beristirahat,
lalu pagi harinya beroleh kesegaran kembali; tetapi karena kegemarannya akan hal-hal yang buruk dan kurangnya kehendak
sumber: yes-outdoor.blogspot.com
Gambar 2.4
Gunung yang gundul karena ditebang, bukan karena sifat
alaminya
sumber: yes-outdoor.blogspot.com
Gambar 2.3
Hijau dengan pepohonan adalah sifat asli gunung
32 | Buku Siswa kelas X SMASMK
saling mengerti dengan orang lain, maka perbuatan pada siang harinya itu memusnahkan kembali yang sudah diperolehnya.
Kalau kemusnahan ini berulang-ulang terjadi, kesengsaraan yang diperoleh karena hawa malam itu, tidak cukup untuk
menjaganya. Kalau kemusnahan ini berulang-ulang terjadi, kesegaran yang diperoleh karena hawa malam itu tidak cukup
untuk menjaganya. Kalau kesegaran yang diperoleh karena hawa malam itu tidak
cukup untuk menjaganya, bedanya dengan burung atau hewan sudah tidak jauh lagi. Kalau orang melihat keadaan yang sudah
menyerupai burung atau hewan itu, ia lalu menyangka bahwa memang demikian watak dasarnya. Tetapi benarkah itu sungguh-
sungguh merupakan rasa hatinya?” 3. Maka kalau dirawat baik-baik, tiada barang yang tidak akan
berkembang, sebaliknya, kalau tidak dirawat baik-baik tiada barang yang tidak akan rusak.” Mengzi. VI A: 81-3
Ayat di atas menunjukan bahwa watak sejati manusia yang pada dasarnya baik itu dapat dirusakkan oleh nafsu-nafsu yang tidak
terkendali, jadi bukan karena watak dasar watak sejatinya itu buruk adanya.
2. Keadaan yang Memaksa