Pengalaman Belajar Strategi dan Model Umum Pembelajaran

Buku Guru Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 19 Dari pemahaman sampai dengan metakognitif pendalaman pengetahuan. Pembelajaran diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan, yaitu menerapkan konsep, prinsip atau prosedur, menganalisis masalah, dan mengevaluasi sesuatu produk atau mengembangkan keterampilan, seperti: mencoba membuat sesuatu atau mengolah informasi, menerapkan prosedur hingga mengamalkan nilai-nilai kesejarahan.

3. Model dan Skenario Pembelajaran

Paradigma belajar bagi peserta didik menurut jiwa kurikulum 2013 adalah SHVHUWDGLGLNDNWLIPHQFDULEXNDQODJLSHVHUWDGLGLNPHQHULPD2OHKNDUHQDLWX pembelajaran harus dikembangkan menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif, dan kreatif. Indonesia sebenarnya sudah lama dikembangkan pendekatan pembelajaran yang dikenal dengan Paikem. Pendekatan ini tampaknya sangat relevan dengan kemauan model pembelajaran untuk mendukung pelaksanakan Kurikulum 2013. Begitu juga pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti sangat cocok dengan pendekatan Paikem. Paikem adalah singkatan dari prinsip pembelajaran: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. a. Aktif , maksudnya guru berusaha menciptakan suasana sedemikian rupa agar peserta didik aktif melakukan serta mencari pengetahuan dan pengalamannya sendiri. b Inovatif, pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang ada, tidak monoton. Guru selalu mencari model yang kontekstual yang dapat menarik peserta didik. c. Kreatif, agak mirip dengan inovatif, guru harus mengembangkan kegiatan belajar yang beragam, menciptakan pembelajaran baru yang penuh tantangan, pembelajaran berbasis masalah sehingga mendorong pesertadidik untuk merumuskan masalah dan cara pemecahannya. d. Efektif, guru harus secara tepat memilih model dan metode pembelajaran sesuai dengan tujuan, materi dan situasi sehingga tujuan dapat tercapai dan bermakna bagi peserta didik. e. Menyenangkan, guru harus berusaha dan menciptakan proses pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti itu menjadi menyenangkan bagi peserta didik. Apabila suasana menyenangkan maka peserta didik akan memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti, untuk kelas IX guru Pendidikan Agama Buddha dan Budi pekerti perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: Kelas IX SMP 20

a. Kegiatan Pertama: Membaca

1 Setiap awal pembelajaran, peserta didik harus membaca teks yang tersedia di buku teks pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti kelas IX. 2 Peserta didik dapat diberikan petunjuk penting yang perlu mendapat perhatian seperti istilah, konsep atau kejadian penting sejarah perkembangan agama Buddha yang pengaruhnya sangat kuat, luas dan penting dalam pembelajaran. 3 Peserta didik dapat diberikan petunjuk untuk mengamati gambar, foto, peta atau ilustrasi lain yang terdapat dalam bacaan. 4 Guru dapat menyiapkan diri dengan membaca berbagai literatur yang berkaitan dengan materi yang disampaikan. Peserta didik dapat diberikan contoh-contoh yang terkait dengan materi yang ada di buku teks siswa sehingga dapat memperkaya materi dengan membandingkan buku teks pelajaran atau buku literatur lain yang relevan. 5 Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif, guru dapat menampilkan foto-foto, gambar, denah, peta, dan dokumentasi DXGLRYLVXDO¿OP\DQJUHOHYDQ

b. Kegiatan Kedua: Berdiskusi

1 Peserta didik dapat dibagi dalam beberapa kelompok jika memungkinkan untuk mendiskusikan apa yang sudah mereka baca dan amati dari gambar, foto, peta, atau ilustrasi lain. Akan tetapi peserta didik dapat juga mendiskusikan isi bacaan itu dalam bentuk tanya jawab kelas. 2 Peserta didik menuliskan pemahaman mereka dari hasil diskusi dan yang belum mereka pahami dari hasil diskusi. 3 Peserta didik dapat membuat tulisan singkat untuk kemudian didiskusikan.

c. Kegiatan Ketiga: Menanya

1 Guru memberi motivasi kepada peserta didik agar mengajukan pertanyaan lanjutan dari apa yang sudah mereka baca dan simpulkan dari kegiatan sebelumnya. 2 Guru melatih peserta didik untuk bertanya mengenai pertanyaan- pertanyaan faktual.