Kegiatan Ketiga: Menanya Model dan Skenario Pembelajaran

Buku Guru Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti 21

d. Kegiatan Keempat: Ekplorasi Informasi

1 Guru merancang kegiatan untuk mencari informasi lanjutan baik melalui membaca sumber lain, mengamati, dan mempelajari materi pembelajaran. XUX PHUDQFDQJ NHJLDWDQ XQWXN PHQJLQGHQWL¿NDVL SDUD SHVHUWD GLGLN utama dan raja-raja pendukung Buddha, serta bukti-bukti peninggalan yang ada di Indonesia maupun yang ada di negara lain, terutama India. 3 Guru menganjurkan peserta didik untuk menggunakan sumber dari internet jika memungkinkan. 4 Guru menginformasikan peserta didik untuk membuat catatan mengenai informasi penting dari apa yang dibaca dan diamati.

e. Kegiatan Kelima: AnalisisMengasosiasi Informasi

1 Peserta didik dapat membandingkan informasi dari situasi saat ini dengan sumber bacaan yang terakhir diperoleh dengan sumber yang diperoleh dari buku untuk menemukan hal yang lebih mendalam, meluas atau bahkan berbeda. 2 Peserta didik menarik kesimpulan atau generalisasi dari informasi yang dibaca di buku dan informasi yang diperoleh dari sumber lainnya.

f. Kegiatan Keenam: Mengomunikasikan Hasil Analisis

1 Peserta didik melaporkan kesimpulan atau menyampaikan hasil analisis dalam bentuk lisan, tertulis, atau media lainnya. 2 Peserta didik dapat membuat cerita drama atau sinopsis kemudian diperankan oleh setiap peserta didik. Buku teks pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti kelas IX terdiri atas delapan bab. Pembahasan materi dalam waktu satu tahun akan memerlukan waktu sekitar 32 sampai 36 minggu. Untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti diberikan tiga jam per minggu. Terkait dengan itu, penggunaan buku teks pelajaran Pendidikan Agama Buddha dan Budi dapat dibuat skenario sebagai berikut: Bab Semester I Pertemuan Minggu ke- 1-10 Pertemuan Minggu ke- 11-16 1 ¥ 2 ¥ 3 ¥ 4 ¥ Kelas IX SMP 22 Bab Semester II Pertemuan Minggu ke- 17-21 Pertemuan Minggu ke- 22-32 5 ¥ 6 ¥ 7 ¥ 8 ¥

4. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik

Ketuntasan Belajar terdiri atas ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Ketuntasan penguasaan substansi yaitu ketuntasan belajar KD yang merupakan tingkat penguasaan peserta didik atas KD tertentu pada tingkat penguasaan minimal atau di atasnya, sedangkan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar terdiri atas ketuntasan dalam setiap semester, setiap tahun ajaran, dan tingkat satuan pendidikan. Ketuntasan Belajar dalam satu semester adalah keberhasilan peserta didik menguasai kompetensi dari sejumlah mata pelajaran yang diikutinya dalam satu semester. Ketuntasan Belajar dalam setiap tahun ajaran adalah keberhasilan peserta didik pada semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran. Ketuntasan dalam tingkat satuan pendidikan adalah keberhasilan peserta didik menguasai kompetensi seluruh mata pelajaran dalam suatu satuan pendidikan untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Nilai ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat, yakni predikat Sangat Baik SB, Baik B, Cukup C, dan Kurang K sebagaimana tertera pada tabel berikut. Nilai Ketuntasan Sikap Sangat Baik SB Baik B Cukup C Kurang K