tenaga kerja sehingga mengurangi angka pengangguran yang saat ini semakin meningkat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Yuwono Partini 2008 yang menyatakan pelatihan kewirausahaan akan mempengaruhi
minat berwirausaha. Hal ini juga senada dengan pendapat Sobandi 2006 yang menyatakan bahwa model pembelajaran kewirausahaan dengan
memberikan latihan sablon dapat menumbuhkan minat wirausaha santri di kecamatan cisalak kabupaten subang.
2. Aktivitas siswa
Aktivitas siswa selama pembelajaran diamati dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dengan cara memberikan skor yang sesuai
dengan rubrik penilaian. Observasi dilakukan oleh observer dan setiap observer melakukan observasi terhadap 2 kelompok dan masing-masing
kelompok terdiri dari 5 siswa.
Gambar 4. Kegiatan pembelajaran saat praktikum pembuatan tempe dan pengamatan tempe hasil praktikum
Berdasarkan gambar 4. kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa yaitu praktikum pembuatan tempe dan pengamatan hasil kegiatan
praktikum. Selama kegiatan praktikum siswa diberi kesempatan untuk melakukan proses inokulasi ragi tempe ke kacang kedelai yang
sebelumnya telah melalui dua tahap perebusan, melakukan pengemasan dan pemeraman tempe. Semua alat yang dibutuhkan dipersiapkan sendiri
oleh siswa yang diberitahukan oleh guru dengan membagikan LKS
Lembar Kerja Siswa beberapa hari sebelum kegiatan praktikum dilaksanakan.
Berdasarkan hasil analisis data aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan penerapan metode praktikum pembuatan tempe pada
sub materi bioteknologi memperlihatkan hasil yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan siswa termotivasi terlibat langsung dalam pembelajaran yaitu
dengan melakukan perlakuan terhadap kedelai untuk dibuat menjadi tempe. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8 diketahui bahwa pada pertemuan
pertama kelas XII IPA 1 20 siswa mencapai kriteria sangat tinggi dan 80 siswa mencapai kriteria tinggi. Kelas XII IPA 2 79,41 siswa
mencapai kriteria sangat tinggi dan 20,59 siswa mencapai kriteria tinggi. Kelas XII IPA 3 5,71 siswa mencapai kriteria sangat tinggi dan 94,29
siswa mencapai kriteria tinggi. Kegiatan praktikum yang dilakukan berupa praktikum pembuatan
tempe, siswa terlihat aktif melakukan kegiatan praktikum pembuatan tempe karena belum pernah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran
disekolah sebelumnya. Praktikum pembuatan tempe memotivasi siswa untuk mempelajari proses fermentasi yang terjadi. Hal ini menimbulkan
antusiasme dan semangat yang tinggi pada diri siswa untuk menyelesaikan prosedur pembuatan agar dapat berhasil. Siswa dikatakan berhasil apabila
praktikum pembuatan tempe yang dilakukan dapat menghasilkan tempe sesuai dengan harapan. Adanya minat yang tinggi pada diri siswa
menjadikan siswa lebih bersemangat, lebih antusias dan lebih aktif. Siswa berusaha mengerjakan sesuai dengan langkah-langkah kegiatan praktikum
dan berusaha mendapatkan hasil dengan sebaik-baiknya. Minat yang tinggi, sikap antusias dan ketertarikan akan menyebabkan siswa menjadi
menjadi lebih tekun, teliti dan jujur. Pada pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum pembuatan tempe terlihat aktivitas yang
meningkat dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa diterapkan. Hal ini dikuatkan oleh hasil penelitian Sholahuddin 2008 yang menyatakan
optimalisasi praktikum dalam pembelajaran menunjukkan aktivitas siswa
cukup baik jika dilihat dari segi keterlibatan dalam pembelajaran baik di kelas maupun di laboratorium.
Kegiatan praktikum bagi siswa dinilai menarik dikarenakan siswa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru terutama tentang
fenomena alam yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Menurut siswa Lampiran 24 kegiatan praktikum pembuatan tempe mempermudah
belajar biologi materi bioteknologi. Dalam kegiatan pembelajaran siswa di ajak secara langsung berhubungan dengan objek yang dipelajari.
3. Hasil belajar siswa