14
4. Subkompetensi merancang dan melaksanakan evaluasi
pembelajaran memiliki Indikator esensial assessment proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode;
menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar mastery learning; dan
memanfaatkan hasil penelian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
5. Subkompetensi mengembangkan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki Indikator esensial : memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan
berbagai kompetensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik.
c. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara meluas dan mendalam, yang mencakup
penguasaan materi kurikulum mata pelajaran disekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap
struktur dan metodologi keilmuan. Setiap subkompetensi tersebut memiliki Indikator esensial sebagai berikut.
1. Subkompetensi menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan
bidang studi memiliki Indikator esensial : memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep
dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi
15
ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki
Indikator esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kaajian kritis untuk memperdalam pengetahuaan materi bidang
studi secara proporsional dalam konteks global.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orangtuawali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan
Indikator esensial sebagai berikut. 1.
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik. Subkompetensi ini memiliki Indikator esensial;
berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. 2.
Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektf dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
3. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang
tuawali peserta didik dan masyarakat sekitar.
2.2. Kajian Tentang Persepsi
2.2.1. Pengertian Persepsi
Sikap seseorang terhadap suatu objek atau aktivitas ditentukan oleh persepsinya. Persepsi adalah suatu proses yang menyangkut masuknya
16
pesan atau informasi kedalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan
ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan penciuman Slameto,2003:102
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului penginderaan. Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat penerima yaitu indera. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan Sobour,2003:446. Walgito 2003:54 mengartikan persepsi adalah pengorganisasian dan
pengintepretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga individu akan menyadari tentang apa yang diinginkan.
Dalam persepektif ilmu komunikasi, persepsi dikatakan sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran adalah inti dari persepsi dalam
komunikasi. Persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi
Mulyana,2000:167
Dalam persepsi disini merupakan suatu penghubung antara individu dengan dunia luar stimulus yang mengenai individu itu kemudian
diorganisasikan, diintepretasikan sehingga individu menyadari tentang inderanya itu. Proses inilah yang dimaksud dengan persepsi. Jadi stimulus
diterima oleh indera, kemudian melalui proses persepsi sesuatu yang diindera tersebut menjadi suatu yang berarti setalah diorganisasikan dan
diintepretasikan.. Dengan demikian persepsi dapat disimpulkan bahwa
17
persepsi itu merupakan proses pengorganisasian, pengintepretasikan terhadap stimulus yang diterima oleh organisasi atau individu sehingga
merupakan suatu yang berarti, dan merupakan aktivitas dalam diri individu.
2.2.2. Proses persepsi
Menurut sobour 2003:447 dalam proses persepsi ada tiga komponen utama yang berpengaruh yaitu :
1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan
dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. 2.
Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi beberapa
faktor, seperti pengalaman masa lalu, system nilai yang dianut, motivasi kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung
pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkatagorian informasi yang diterima yaitu proses mereduksi informasi yang
kompleks menjadi sederhana. 3.
Interpertasi dan persepsi kemudian diterjemahkan kedalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.
Menurut walgito 1993:73 proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut yaitu objek menimbulkan stimulus, kemudian
stimulus mengenai reseptor alat indera. Setelah stimulus diterima alat indera, stimulus diteruskan oleh saraf sensorik ke otak, kemudian terjadi
18
proses diotak hingga individu menyadari apa yang diterima oleh resptor tadi.
Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi. Hal itu karena individu tidak hanya dikenai oleh
satu stimulus saja, tetapi individu dikenai oleh berbagai macam simulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun tidak smua stimulus
mendapatkan respon individu untuk dipersepsi Walgito,1993:74.
2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Menurut Thoha 2002:130-136, dalam persepsi yang amat menarik dibicarakan adalah proses pemilihan persepsi, yakni proses
bagaimana seseorang bisa tertarik pada suatu objek sehingga menimbulkan adanya suatu persepsi mengenai objek tersebut. Adapun faktor penyebab
bagaimana seseorang tertarik pada objek tersebut dapat dikelompokan atas dua hal, yakni faktor dari luar diri seseorang dan faktor dalam diri.
1.
Faktor dari luar, misalnya :
a. Intensitas. Prinsip intensitas dari luar dapat dinyatakan bahwa
semakin besar intensitas stimulus dari luar, layaknya semakin besar pula hal itu dapat dipahami.
b. Ukuran. Faktor ini sangat dekat dengan prinsip intensitas diatas.
Faktor ini menyatakan bahwa semakin besar ukuran suatu objek, maka semakin mudah untuk bisa diketahui atau dipahami.
c. Keberlawanan atau kontras. Prinsip keberlawanan ini menyatakan
bahwa stimuli luar yang penampilannya berlawanan dengan latar
19
belakang atau sekelilingnya atau yang sama sekali diluar sangkaan orang banyak, akan menarik banyak perhatian.
d. Pengulangan repetition. Prinsip ini dikemukakan bahwa stimulus
dari luar yang diulang akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan yang sekali dilihat.
e. Gerakan moving. Prinsip gerakan ini diantaranya menyatakan
bahwa orang akan memberikan banyak perhatian terhadap objek yang bergerak dalam jangkauan pandangannya dibandingkan dari
objek yang diam. f.
Hal-hal yang baru. Prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal dapat digunakan
sebagai penarik perhatian. 2.
Faktor dari dalam, misalnya :
a. Proses pemahaman. Semua faktor-faktor dari dalam yang
membentuk adanya perhatian kepada sesuatu objek sehingga menimbulkan adanya persepsi adalah didasarkan dari kekomplekan
kejiwaan. Kekomplekan kejiwaan ini selaras dengan proses pemahaman atau belajar learning dan motivasi yang dipunyai
oleh masing-masing orang. b.
Motivasi. Motivasi pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dari proses belajar, tetapi keduanya juga mempunyai dampak yang amat
penting dalam proses pemilihan persepsi.
20
c. Kepribadian. Dalam membentuk persepsi, unsur ini amat erat
hubungannya dengan proses belajar dan motivasi, yang mempunyai akibat tentang apa yang diperhatikan dalam
menghadiri suatu situasi. Menurut Robbins 2006:89, sejumlah faktor bekerja untuk
membentuk persepsi dan kadangkala membiasakan persepsi. Faktor-faktor tersebut terletak pada orang yang mempersepsikannya, objek atau sasaran
yang diperspesikan, atau konteks situasi dimana persepsi itu dibuat. Ketika seorang individu melihat suatu sasaran dan berusaha mengintepretasikan
apa yang ia lihat, intepretasi itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu yang melihat. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi
persepsi meliputi sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu, dan harapan.
2.3. Kajian Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah
2.3.1. Pengertian kepemimpinan kepala sekolah
Sekolah adalah organisasi yang memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi lain. Ciri-ciri yang menempatkan
sekolah memiliki keunikan tersendiri adalah dimana terjadinya proses belajar mengajar, tempat terjadinya pembudayaan kehidupan umat
manusia. Karena sifat yang unik dan komplek inilah sekolah memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Oleh sebab itu sekolah memerlukan
seseorang yang mampu mengkoordinasikan semua elemen yang ada yaitu kepala sekolah.
21
Kepala sekolah terdiri dari dua kata yaitu “Kepala” dan “Sekolah”. Kata “kepala” dapat diartikan “Ketua” atau “pemimpin” dalam sebuah
organisasi suatu lembaga. Sedangkan “Sekolah” adalah sebuah lembaga dimana tempat memberi dan menerima pelajaran. Jadi dapat diartikan
kepala sekolah adalah seseorang yang memimpin suatu sekolah. Kepala sekolah menurut Wahjosumidjo2002:83 adalah seorang
tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu kelompok dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana
terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Seorang guru yang diberi tugas untuk memimpin
instansi sekolah memiliki tanggung jawab didalam memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan teladan bagi para guru dan peserta didik agar
mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Kepemimpinan menurut Atmosudirjo dalam Ngalim 2005: 26
adalah suatu bentuk persuasi suatu seni pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui “human relations” dan motivasi yang tepat,
sehingga tanpa adanya takut mau bekerja sama dan membanting tulang untuk dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi. Hal
serupa juga diungkap oleh Ralp M. stogdill dalam Ngalim, 2005:27yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-
kegiatan suatu kelompok yang diorganisasi menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan.
22
Menurut Grifin dalam Kurniawati 2005:255 kepemimpinan adalah proses dimana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk
memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tersbut, serta
membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi. Jadi dapat disimpulkan kepemimpinan adalah perilaku seorang pemimpin
didalam menentukan tujuan organisasi, mempengruhi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan kepala sekolah adalah perilaku seorang kepala sekolah yang diberi wewenang untuk memberi arahan, bimbingan, dan teladan
bagi semua komponen baik intern guru, peserta didik, staf karyawan maupun ekstern sekolah komite sekolah, masyarakat agar dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Kepala sekolah menurut Lazaruth dalam Wibowo 2008: 17
adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan disekolah. Kepala sekolah disini
memiliki arti sebagai seseorang yang menjadi faktor kunci dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas. Mutu pendidikan dapat dicapai
melalui pembinaan kualitas tenaga pendidik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah perilaku seorang
kepala sekolah yang dapat menjadi tauladan serta membimbing dan mengarahkan para guru untuk menjadi tenaga yang profesional agar dapat
menciptakan pendidikan yang berkualitas.
23
2.3.2. Fungsi kepemimpinan kepala sekolah
Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah Wahdjosumidjo,2002: 81. Kepala sekolah yang berhasil apabila mereka
mamahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seorang
yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai pemimpin dituntut untuk dapat melakukan
berbagai macam tugasnya, mengingat fungsinya yang sangat menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah.
Fungsi kepala sekolah menurut Mulyasa 2003:98 adalah
1. Kepala Sekolah sebagai Pendidik
Dalam melakukan fungsinya sebagai pendidik, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan disekolahnya. Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerjanya sebagai
pendidik, khususnya peningkatan kinerja tenaga kependidikan dapat dilakukan dengan mengikutsertakan guru-guru dalam penataran-
penataran untuk menambah wawasan guru. Kepala sekolah juga harus kesempatan kepada guru untuk meningkatkan pengetahuaanya dan
ketrampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
24
2. Kepala sekolah sebagai manajer
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan
untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang
program sekolah. 3.
Kepala sekolah sebagai administrator Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang
sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program
sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi peserta didik,
mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola
administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktifitas sekolah.
4. Kepala sekolah sebagai supervisor
Kepala sekolah yang melaksanakan supervisi harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk
meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah para
25
tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya. Pengawasan dan
pengendalian yang dilakukan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikannya khususnya guru, disebut supervisi klinis, yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran yang
efektif. 5.
Kepala sekolah sebagai leader Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan
petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan
tugas. Wahjosumidjo 2002:110 mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader harus memiliki karakter khusus yang mencakup
kepribdian, keahlian dasar, pengalaman, dan pengetahuan Profesional, serta pengetahuan administrasi dan pengawasan. Kemampuan yang
harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi
sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.
6. Kepala sekolah sebagai innovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari
26
gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan keteladanan pada seluruh guru disekolah, dan mengembangkan model-
model pembelajaran yang inovatif.
2.3.3. Keberhasilan kepemimpinan
Pertimbangan utama dalam menentukan keberhasilan kepala sekolah adalah bagaimana sebuah sekolah melaksanakan tugas-tugasnya
dengan baik. Menurut Wahjosumidjo 2002:49, keberhasilan kepemimpinan pada hakikatnya berkaitan dengan tingkat kepedulian
seseorang pemimpin terlibat terhadap kedua orientasi yaitu : 1.
Apa yang telah dicapai oleh organisasi organizational achievement yang mencakup produksi, pendanaan, kemampuan adaptasi dengan
program-program inovatif dan sebagainya. Aspek ini lebih menekankan kepada keberhasilan institusi itu sendiri yaitu sekolah
dalam mencapai tujuan yang tertuang dalam berbagai program yang telah ditetapkan.
2. Pembinaan terhadap organisasi organizational maintenance
mencakup variabel kepuasan bawahan, motivasi dan semangat kerja. Keberhasilan dalam membina para pendidik yaitu guru sebagai ujung
tombak yang menentukan mutu suatu sekolah. Terciptanya guru-guru yang profesional merupakan keberhasilan yang hakiki dalam
kepemimpinan kepala sekolah.
27
2.3.4. Analisis kepemimpinan kepala sekolah
Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu dilakukan antara lain dengan mengamati mutu perilakunya yang dipakai sebagai
kriteria untuk menilai kepemimpinannya. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah dapat dianalisis dari berbagai hal. Beberapa
ahli telah mengemukakan berbagai karakter yang dapat digunakan sebagai parameter kepemimpinan kepala sekolah.
Menurut Mulyasa 2003:115 ada beberapa kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai leaderpimpinan yaitu dianalisis
dari : 1.
Kepribadian Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin
dalam sifat-sifat jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, teladan.
2. Pengetahuan terhadap tenaga kependidikan
Pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercemin dalam kemampuan 1 mampu memahami kondisi
kependidikan guru dan non guru, 2 memahami kondisi dan karakteristik peserta didik, 3 menyusun program pengembangan
tugas kependidikan, 4 menerima masukan, saran dan kritik dari berbagai pihak untuk meningkatkan kepemimpinannya
28
3. Pengetahuan terhadap visi dan misi sekolah
Pemahaman terhadap visi dan misi sekolah akan tercermin dari kemampuan kepala sekolah untuk : 1 mengembangkan visi sekolah,
2 mengembangkan misi sekolah dan 3 melaksanakan program untuk mewujudkan visi dan misi kedalam tindakan.
4. Kemampuan mengambil keputusan
Kemampuan mengambil keputusan akan tercemin dari kemampuannya dalam : 1 mengambil keputusan bersama tenaga
kependidikan di sekolah, 2 mengambil keputusan untuk kepentingan internal sekolah, dan 3 mengambil keputusan untuk kepentingan
eksternal sekolah. 5.
Kemampuan berkomunikasi Kemampuan berkomunikasi akan tercermin dari kemampuan
kepala sekolah untuk 1 berkomunikasi secara lisan dengan tenaga kependidikan di sekolah, 2 menuangkan gagasan dalam bentuk
tulisan, 3 berkomunikasi secara lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah
Menurut Irawan 2006:71 ada beberapa hal yang dapat digunakan sebagai parameter untuk menilai kepemimpinan kepala sekolah yaitu :
1. Menetapkan dan melaksanakan program
Seorang kepala sekolah dituntut untuk bisa menetapkan dan melaksanakan program karena hal ini memiliki fungsi yang penting
29
didalam menentukan arah organisasi yaitu sekolah. Kemampuan ini dapat dilihat dari :
a. Mampu merumuskan tujuan dan mewakili organisasi
b. Menyusun kebijakan strategis sekolah
c. Sebagai keteladanan
d. Komunikasi melakukan koordinasi
e. Kemampuan mengelola SDM
2. Motivator untuk dapat memahami tujuan organisasi
Kepala sekolah dituntut untuk dapat memotivasi bawahannya karena dengan hal ini masing-masing staf akan memiliki semangat
didalam mencapai program-program yang telah ditetapkan. Kemampuan ini dapat dilihat dari :
a. Memotivasi bawahan
b. Memberi bimbingan dan penyuluhan
3. Penerimaan visi dan misi oleh bawahan
Menerima saran dari bawahan yaitu guru merupakan hal yang mutlak diperlukan oleh kepala sekolah karena mereka adalah pelaku
yang akan melaksanakan program-program yang telah ditetapkan. Mereka merupakan kontrol dari pelaksanaan program, sehingga
masukannya dapat menjadikan organisasi itu lebih efektif dalam mencapai tujuan. Kemampuan ini dapat dilihat dari :
a. Menerima masukan dari bawahan
b. Memelihara kerja kelompok
30
c. Memahami karakteristik bawahan
4. Kemampuan dalam mengambil keputusan
Kepala sekolah dituntut untuk bisa mengambil keputusan secara cepat dan tepat karena arah organisasi memerlukan arah yang
jelas dalam menjalankan program-programnya. Kemampuan ini dapat dilihat dari :
a. Mengambil keputusan secara cepat
b. Membagi tugas secara proporsional
c. Kemampuan dalam pendelegasian wewenang
5. Penghargaan pada bawahan
Kinerja guru akan lebih giat jika apa yang mereka lakukan mendapat penghargaan dari kepala sekolah. Oleh karena itu
kemampuan ini sangat penting didalam menciptakan kepemimpinan yang efektif. Kemampuan ini dapat dilihat dari :
a. Memberikan semangat dan sugesti
b. Berkomunikasi dengan bawahan
c. Memupuk kebersamaan
d. Menciptakan kondisi kondusif
Berdasarkan analisis kepemimpinan diatas, karakter kepemimpinan yang dapat digunakan untuk sebagai parameter atau pengukuran
kepemimpinan kepala sekolah adalah : 1.
Kepribadian, dengan Indikator : a.
Jujur
31
b. Percaya diri
c. Tanggung jawab
d. Berani mengambil resiko dan keputusan
e. Berjiwa besar
f. Emosi yang stabil
g. Teladan
h. Menerima kritik dan saran
2. Pengetahuan tentang tenaga kependidikan, dengan Indikator :
a. Mampu memahami kondisi kependidikan guru dan non guru
b. Mampu memahami kondisi dan karakteristik peserta didik
3. Kemampuan berkomunikasi, dengan Indikator :
a. kepala sekolah membina komunikasi dalam menjaga keharmonisan
hubungan dengan guru b.
Kepala sekolah membina komunikasi dalam menjaga hubungan yang harmonis dengan peserta didik.
c. Kepala sekolah berkomunikasi secara lisan dalam menjaga
keharmonisan hubungan dengan orang tua siswa. d.
Kepala sekolah berkomunikasi secara lisan dalam menjaga keharmonisan hubungan dengan masyarakat sekitar lingkungan
sekolah 4.
Kemampuan menetapkan dan melaksanakan program, dengan Indikator :
a. Mampu merumuskan tujuan dan mewakili organisasi
32
b. Menyusun kebijakan strategis sekolah
c. Kemampuan mengelola SDM
5. Motivator untuk dapat memahami tujuan organisasi, dengan Indikator :
a. Memotivasi bawahan
b. Memberi bimbingan dan penyuluhan
6. Kemampuan mengambil keputusan, dengan Indikator :
a. Mengambil keputusan secara cepat dan tepat
b. Membagi tugas secara proporsional
2.3.5. Persepsi guru mengenai kepemimpinan kepala sekolah
Persepsi guru yang dimaksud disini adalah bagaimana para guru didalam memandang kepemimpinan kepala sekolah sebagai sebuah sosok
yang mampu dijadikan sebagai taladan para guru. Kepemimpinan yang baik merupakan faktor yang akan dapat mewujudkan tujuan sekolah
melalui guru-guru yang kompeten. Kepemimpinan kepala sekolah dapat dinilai dengan menggunakan parameter kepemimpinan diatas.
2.4. Kajian Tentang Sertifikasi
2.4.1. Pengertian Sertifikasi
Istilah sertifikasi dalam makna kamus berarti surat keterangan sertifikat dari lembaga berwenang yang diberikan kepada jenis profesi
dan sekaligus pernyataan lisensi terhadap kelayakan untuk melaksanakan tugas. Bagi guru agar diangap layak mengemban tugas sebagai guru yang
bertugas berprofesi sebagai pendidik. Dalam ketentuan pasal 1 ayat 7 UUDG Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru.
33
Serifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga Profesional.
Sertifikasi merupakan perwujudan dari UU 14 tahun 2005 dan PP tahun 2005 dengan tujuan untuk meningkatkan mutu tenaga pandidik di
Indonesia. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia bukan diakibatkan oleh rendahnya input pendidikan, akan tetapi akibat proses pendidikan
yang tidak maksimal dan rendahnya kualitas guru. Oleh karena itu melalui sertifikasi ini diharapkan para guru memiliki profesionalitas yang tinggi
sehingga dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut UU 14 tahun 2005, pasal 8 adalah guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Kualifkasi dimaksud dalam pasal 9 adalah melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat. Demikian juga
kualifikasi guru dapat dilihat pada PP 19 tahun 2005, pasal 29 ayat 1-6 profesi guru untuk PAUD sampai tingkat SMA sederajat harus diploma
empat D4 atau sarjana S1.
2.4.2. Penyelenggaraan sertifikasi
Lembaga penyelenggara sertifikasi telah diatur oleh UU 14 Tahun 2005, pasal 11 ayat 11 ayat 2 yaitu ; perguruan tinggi yang
memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Maksudnya penyelenggaraan dilakukan oleh
perguruan tinggi yang memiliki fakultas keguruan, seperti FKIP dan
34
fakultas Tarbiyah UIN, IAIN, STAIN, STAIS yang telah terakreditasi oleh badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional Republik Indonesia dan ditetapkan oleh pemerintah. Pelaksanaan Sertifikasi diatur oleh penyelenggara, yaitu kerja
sama antara Dinas Pendidikan Nasional Daerah atau Departemen Agama Provinsi dengan Perguruan Tinggi yang ditunjuk. Kemudian pendanaan
Sertifikasi ditanggung oleh pemerintah dan pemerintah daerah,
sebagaimana UU 14 Tahun 2005, pasal 13 ayat 1 Pemerintah dan
pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan Sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan
yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
2.4.3. Beban Materi Sertifikasi
Beban materi sertifikasi telah diatur dalam UU 14 Tahun 2005, pasal 10 ayat 1 bahwa guru harus memiliki kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi Profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Guru yang memenuhi empat
kompetensi tersebut maka guru memiliki predikat sebagai guru Profesional. Beban materi ini merupakan materi mayor yang akan
dipragmentasikan pada materi minor, seperti kompetensi pedagogik yang merupakan keilmuan yang mengkaji, mendalami tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak, ternyata lebih banyak berbicara psikologi perkembangan, demikian pula kompetensi Profesional yang berbicara
35
tentang kode etik, tugas, kewajiban, kemampuan seorang guru, dan lain- lainnya.
Beban materi itu untuk menambah wawasan guru dilapangan dalam mengantisipasi majunya perkembangan pendidikan, demikian juga
sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat pemakai stakeholders. Sekolah dihadapkan pada dunia maya, penggunaan media elektronik
dengan teknologi yang tinggi yang muncul pada beberapa tahun terakhir. Sementara guru-guru masih banyak yang belum menguasai tekhnologi ini,
maka oleh sebab itu guru diberi pencerahan tentang benda teknologi tersebut, termasuk cara penggunaan dan pengoperasiannya. Media
elektronik tersebut untuk memudahkan guru untuk mengkomunikasikan pelajaran dikelas terhadap peserta didik dan membantu peserta didik lebih
cepat memahami, mengetahui, dan mendalami materi yang disajikan guru.
2.4.4. Pengertian Dan Fungsi Portofolio Sertifikasi Guru Dalam Jabatan
Wujud dari sertifikasi adalah uji kompetensi untuk memenuhi pemenuhan syarat minimal sebagai agen pembelajaran sekolah. Untuk
sertifikasi ini dalam penilaiannya dengan menggunakan portofolio. Portofolio adalah bukti fisik dokumen yang menggambarkan
pengalaman berkaryaprestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. Dokumen ini terkait
dengan unsur pengalaman, karya, dan prestasi selama guru yang bersangkutan menjalankan peran sebagai agen pembelajaran kompetensi
kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial
36
Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru khususnya guru dalam jabatan untuk menilai kompetensi guru dalam menjalankan tugas dan
perannya sebagai agen pembelajaran. Kompetensi pedagogik dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan,
pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksnaan pembelajaran. Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dinilai antara lain melalui
dokumen penilaian dari atasan dan pengawas. Kompetensi profesional dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan
pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan prestasi akademik.
Portofolio juga berfungsi sebagai : 1 wahana guru untuk menampilkan danatau membuktikan unjuk kerjanya yang meliputi
produktifitas, kualitas, dan relevansi karya-karya pendukung; 2 informasidata dalam memberikan pertimbangan tingkat kelayakan
kompetensi seorang guru, bila dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan; 3 dasar menentukan kelulusan guru yang mengikuti
sertifikasi layak mendapatkan sertifikat pendidik atau belum; 4 dasar memberikan rekomendasi bagi peserta yang belum lulus untuk
menentukan kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan guru.
37
2.4.5. Komponen portofolio
Sesuai peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi guru dalam Jabatan, komponen portofolio
meliputi : a.
Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang telah dicapai sampai dengan guru yang mengikuti sertifikasi, baik
pendidikan gelar S1, S2, atau S3 maupun non gelar D4 atau Post graduate diploma, baik didalam maupun diluar negeri. Bukti fisik
yang terkait dengan komponen ini dapat berupa ijasah atau serifikat diploma.
b. Pendidikan dan pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan
pendidikan dan pelatihan dalam rangka mengembangkan danatau peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik,
baik pada tingkat kecamatan, kabupatenkota, provinsi, nasional maupun internasional. Bukti fisik komponen ini berupa sertifikat,
piagam atau surat keterangan dari lembaga penyelenggaran diklat. c.
Pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan
surat tugas dari lembaga yang berwenang dapat dari pemerintah, danatau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan. Bukti fisik
dari komponen ini dapat berupa surat keputusan, surat keterangan yang sah dari lembaga yang berwenang.
38
d. Perencanaan pembelajaran yaitu persiapan mengelola pembelajaran
yang akan dilaksanakan dalam kelas pada tiap tatap muka. Perencanaan pembelajaran ini paling tidak memuat perumusan
tujuankompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber atau media pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian
hasil belajar. Bukti fisik dari sub komponen ini berupa dokumen perencanaan pembelajaran RPRPPSP yang diketahuidisahkan oleh
atasan. e.
Penilaian dari atasan dan pengawas yaitu penilaian atasan terhadap kompetensi kepribadian dan sosial, yang meliputi aspek-aspek :
ketaatan menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreatifitas,
kemampuan menerima kritik dan saran, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan bekerja sama dengan menggunakan Format Penilaian
Atasan Terlampir. f.
Prestasi akademik yaitu prestasi yang dicapai guru, utamanya yang terkait dengan bidang keahliannya yang mendapat pengakuan dari
lembaga atau panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupatenkota, provinsi, nasional, maupun internasional. Komponen
ini meliputi lomba dan karya akademik juaran lomba atau karya monumental di bidang kependidikan atau non kependidikan, dan
pembimbing teman sejawat danatau siswa instruktur, guru inti, tutor, atau pembimbing. Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat
39
penghargaan, surat keterangan atau sertifikat yang dikeluarkan oleh lembagapanitia penyelenggara.
g. Karya pengembangan profesi yaitu suatu karya yang menunjukan
adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru. Komponen ini meliputi buku yang dipublikasikan pada tingkat
kabupatenkota, provinsi, atau nasional, artikel yang dimuat dalam media jurnalmajalahbulletin yang tidak terakreditasi, terakreditasi,
dan internasional; menjadi reviewer buku, penulis soal EBTANASUN; modulbuku cetak lokal kabupatenkota yang
minimal mencakup materi pelajaran selama 1 satu semester, mediaalat pembelajaran dalam bidangnya; laporan penelitian tindakan
kelas individu atau kelompok; dan karya seni patung, rupa, tari, sastra,dll. Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat keterangan dari
pejabat yang berwenang tentang hasil karya tersebut. h.
Keikutsertaan dalam forum ilmiah yaitu partisipasi dalam kegiatan ilmiah yang relevan dengan bidang tugasnya pada tingkat kecamatan,
kabupatenkota, provinsi, nasional atau internasional, baik sebagai pemakalah maupun sebagai peserta. Bukti fisik yang dilampirkan
berupa makalah dan setifikatpiagam bagi peserta. i.
Pengalaman organisasi dibidang kependidikan dan sosial yaitu pengalaman guru menjadi pengurus, dan bukan hanya sebagai anggota
diorganisasi kependidikan dan sosial. Pengurus organisasi dibidang kependidikan antara lain pengawas, kepala sekolah, wakil kepala
40
sekolah, ketua jurusan, ketua lab, kepala bengkel, kepala studio, ketua asosiasi guru bidang studi, asosiasi profesi, dan pembina kegiatan
ekstrakurikuler pramuka, drumband, mading, karya ilmiah remaja – KIR. Sedangkan pengurus dibidang sosial antara lain menjabat ketua
RW, ketua RT, ketua LMD, dan pembina kegiatan keagamaan. Bukti fisik yang dilampirkan adalah surat keputusan atau surat keterangan
dari pihak berwenang. j.
Pengahargaan yang relevan dengan bidang pendidikan yaitu penghargaan yang diperoleh karena guru menunjukan dedikasi yang
baik dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif lama waktu, hasil, lokasigeografis, kualitatif komitmen, etos kerja,
dan relevansi dalam bidangrumpun bidang, baik pada tingkat kabupatenkota, provinsi nasional, maupun internasional. Bukti fisik
yang dilampirkan berupa fotokopi sertifikat, piagam, atau surat keterangan.
2.4.6. Persepsi guru mengenai tuntutan sertifikasi
Persepsi yang dimaksud disini adalah bagaimana guru dalam memandang sertifikasi sebagai suatu predikat yang harus mereka peroleh
agar memiliki sertifikat guru profesional. Guru yang memandang bahwa sertifkasi sebagai sebuah bentuk predikat kualitas seorang guru maka guru
tersebut akan berusaha meningkatkan kompetensinya. Persepsi mengenai sertifikasi disini dinilai dengan menggunakan portofolio sebagai
parameter.
41
2.5. Kerangka berpikir
Dasar pemikiran yang melandasi penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru mengenai kepemimpinan kepala sekolah dan
tuntutan sertifikasi guru terhadap kompetensi guru. Sehingga ada tiga konsep utama yang memerlukan penjelasan dan akan diukur melalui
variabel-variabel penelitian yang didasarkan pada teori yang melandasinya. Konsep-konsep tersebut adalah pengaruh persepsi guru
mengenai kepemimpinan kepala sekolah terhadap kompetensi guru, pengaruh tuntutan sertifikasi terhadap kompetensi guru, serta pengaruh
kepemimpinan kepala sekolah dan tuntutan sertifikasi terhadap kompetensi guru.
Seorang guru sebagai pengajar yang baik jika ingin mendapatkan hasil pembelajaran yang baik maka harus mempunyai
kompetensi guru yang diwajibkan dalam suatu profesi guru. Karena proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah,
pola struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka
Hamalik,2001:36. Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara layak Uzer,
2001:14 Guru harus memiliki kemampuankompetensi yang
meyakinkan dari segi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Kompetensi guru dapat terwujud secara efektif dan optimal jika kepala
42
sekolah sebagai pemimpin intuisi dapat melaksanakan fungsinya dengan tepat, yang mana didukung oleh sifat-sifat dan perilaku kepala sekolah.
Dengan melaksanakan fungsi kepemimpinan yang tepat, kepala sekolah dapat menumbuhkan semangat yang tinggi kepada guru dalam
melaksanakan aktifitasnya dalam mengajar untuk mencapai hasil kinerja yang maksimal tetapi jika fungsi tersebut tidak dijalankan secara efektif
maka akan menghambat pencapaian kinerja guru. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus memiliki
kemampuan untuk mengelola segala sesuatu yang berkenaan dengan eksistensi dan peningkatan kinerja sekolah. Keberhasilan sekolah dapat
dikatakan juga sebagai keberhasilan kepala sekolah. Kepala sekolah yang berdedikasi tinggi tentunya akan cepat merespon segala tantangan yang
ada di dunia pendidikan dengan memberikan pemikiran – pemikiran yang cerdas terhadap guru dan pihak sekolah terkait lainnya. Kepemimpinan
yang diterapkan harus mampu menjangkau secara efektif dan efisien terhadap kebijakan yang berkenaan dengan peningkatan kualitas sekolah.
Dari permasalahan terungkap keadaan dilapangan yang menunjukan bahwa masalah kompetensi guru yang belum optimal. Maka sertifikasi
guru adalah salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi rendahnya mutu pendidikan di Indonesia melalui kesejahteraan guru.
Berdasarkan UU No 14 Tahun 2005 seorang guru yang lulus ujian sertifikasi maka harus memiliki suatu sertifikat didik. Untuk
mendapatkan sertifikat didik guru harus memiliki suatu kemampuan yang
43
sangat memadai dan layak untuk disebut guru dengan memberikan sertifikat didik. Dalam pelaksanaan sertifikasi ini guru ini diharapkan
selain bisa meningkatkan mutu guru itu sendiri juga mampu meningkatkan mutu sekolah dimana guru tersebut mengajar atau memberikan ilmu
kepada anak didik agar sekolah yang dipegang bisa maju. Dalam sertifikasi ini guru harus beberapa ujian dimana ujian ini ada 10 sepuluh
Indikator yaitu Kualifikasi akademik, Pendidikan dan pelatihan, Pengalaman mengajar, Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,
Penilaian dari atasan Prestasi akademik, Karya pengembangan profesi, Keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi dalam bidang
kependidikan dan sosial, Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
44
2.6.Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data terkumpul Arikunto,
2002:67. Berdasarkan kerangka berpikir di atas dirumuskan sebagai berikut : H1 : Ada pengaruh positif persepsi guru mengenai kepemimpinan kepala
sekolah terhadap kompetensi guru di SMA N 1 Banjarnegara.
Kepemimpinan kepala sekolah X1,
dengan Indikator : a.
Kepribadian b.
Pengetahuan terhadap tenaga kependidikan
c. Kemampuan berkomunikasi
d. Kemampuan menetapkan
dan melaksanakan program e Motivator untuk dapat memahami
Sertifikasi guru X2, dengan Indikator
a. Kualifikasi akademik
b. Pendidikan dan pelatihan
c. Pengalaman mengajar
d. Perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran e.
Penilaian dari atasan f.
Prestasi akademik g.
Karya pengembangan profesi h.
Keikutsertaan dalam forum ilmiah i.
Pengalaman organisasi dalam bidang kependidikan dan sosial
j. Penghargaan yang relevan dengan
bidang pendidikan
Kompetensi guru Y,
dengan Indikator : a.
Kompetensi pedagogik b.
Kompetensi kepribadian
c. Kompetensi
profesional
Gambar 2.2 : Kerangka berpikir
45
H2 : Ada pengaruh positif persepsi guru mengenai tuntutan sertifikasi guru terhadap kompetensi guru di SMA N 1 Banjarnegara.
H3 : Ada pengaruh positif persepsi guru mengenai kepemimpinan kepala sekolah dan tuntutan sertifikasi guru terhadap kompetensi guru di
SMA N 1 Banjarnegara.
46
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Populasi Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksploratif yang memaparkan dan menjabarkan data kepemimpinan kepala sekolah, tuntut
an sertifikasi dan kompetensi guru. Penelitian ini juga bersifat kuantitatif yaitu suatu pengukuran gejala-gejala atau indikasi-indikasi sosial yang
diterjemahkan dalam skor-skor atau angka-angka untuk dianalisis secara statistik. Menurut Arikunto 2006:115 populasi adalah keseluruhan subyek
penelitan. Penelitian ini menggunakan penelitian populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SMA N 1 Banjarnegara yang berjumlah
66 orang.
3.2. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Sesuai dengan permasalahan yang sedang
dirumuskan, makan variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel terikat
Variabel terikat Dependent Variabel adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel terikat adalah kompetensi guru yang selanjutnya diberi simbol Y. Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan