Densitas Bilangan Iod Aplikasi Metil Ester Sawit pada Biodiesel Biji Karet

0,89 0,89 0,88 0,88 0,88 0,87 0,87 0,86 0,86 0,86 0,83 0,84 0,85 0,86 0,87 0,88 0,89 0,9 25 50 75 100 D e n si tas gc m 3 Persentase metil ester sawit di dalam biodiesel karet dibandingkan olein sawit sehingga keberadaan polimer tersebut sangat berpengaruh dalam meningkatkan viskositas biodiesel biji karet yang dihasilkan.

4.6.3. Densitas

Densitas biodiesel umumnya lebih tinggi dibandingkan solar Tazora 2011. Densitas biodiesel karet, metil ester sawit, serta campuran keduanya, yang diukur pada suhu 15 o C dan pada suhu 40 o C dapat dilihat pada Gambar 13. Semua campuran biodiesel yang diujikan memiliki densitas yang memenuhi standar SNI 04-7182-2006. Densitas biodiesel karet tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Fachrie 2010 yang mengukur densitas biodiesel karet pada suhu 15 o C yaitu sebesar 0,887 gml, hasil penelitian Tazora 2011 yang mengukur densitas biodiesel karet pada suhu 40 o C yaitu sebesar 870,8 kgm 3 , serta yang dilaporkan Ramadhas et al. 2005 yaitu sebesar 874 kgm 3 . Biodiesel sawit yang dihasilkan juga tidak berbeda jauh densitasnya dengan yang dilaporkan Tantra et al. 2011 yaitu sebesar 860-885 kgm 3 pada suhu pengukuran 40 o C. Gambar 13 Densitas biodiesel karet pada beberapa persentase penambahan metil ester, dengan suhu pengukuran 15 o C dan 40 o C Metil ester sawit memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan biodiesel karet. Menurut Mittelbach dan Remschmidt 2006, semakin pendek rantai karbon biodiesel, dan semakin banyak jumlah ikatan rangkap pada ester Batas SNI Batas SNI asam lemaknya, maka densitas akan semakin tinggi. Oleh sebab itu, metil ester sawit yang memiliki ikatan rangkap lebih sedikit, memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan biodiesel karet yang banyak mengandung ikatan rangkap. Hal ini juga berlaku pada biodiesel campuran, yaitu semakin banyak proporsi metil ester sawit yang ditambahkan, akan semakin berkurang jumlah ikatan rangkap dalam biodiesel campuran, sehingga densitas biodiesel campuran tersebut akan semakin rendah.

4.6.4. Bilangan Iod

Nilai bilangan iod berkaitan dengan tingkat ketidakjenuhan ester-ester asam lemak penyusun biodiesel. Sampel yang memiliki tingkat ketidakjenuhan yang tinggi mengandung ikatan rangkap yang banyak akan mengikat iod dalam jumlah besar, sehingga nilai bilangan iod-nya menjadi lebih tinggi. Berdasarkan analisis bilangan iod-nya, biodiesel karet pada penelitian ini memiliki bilangan iod yang paling tinggi 122,4 g I 2 100 g dan belum memenuhi standar SNI. Hal ini dikarenakan komposisi ester asam lemak penyusun biodiesel karet mengandung lebih banyak ikatan rangkap tidak jenuh dibandingkan metil esteer sawit Crabbe et al. 2001; Abdullah Salimon 2009. Adanya proses pencampuran dengan metil ester sawit akan mengubah komposisi ester asam lemak dari biodiesel campuran. Penambahan metil ester sawit akan meningkatkan jumlah ester asam lemak jenuh sehingga berhasil menurunkan nilai bilangan iod biodiesel karet, seperti terlihat pada ketiga rasio pencampuran lihat Gambar 14. Bilangan iod yang tinggi berkorelasi dengan stabilitas oksidatif yang rendah. Artinya, semakin tinggi bilangan iod, semakin rentan biodiesel terhadap reaksi oksidasi, sehingga akan cenderung menyebabkan terjadinya polimerisasi yang akan membentuk endapan pada mesin. Oleh sebab itu, SNI-04-7182-2006 BSN 2006 telah menetapkan standar bilangan iod tidak boleh lebih dari 115 g I 2 100 g sampel. 122,4 106,8 91,8 70,8 58,1 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 25 50 75 100 B il an g an i o d g I 2 100 g sam p e l Persentase metil ester sawit di dalam biodiesel karet Gambar 14 Bilangan iod biodiesel karet pada beberapa persentase penambahan metil ester

4.6.5. Stabilitas Oksidatif