Dari sisi negatifnya mereka akan menjadi orang yang indivualistis, anti sosial, dan egois. Terlebih lagi penyalahgunaan media sosial yang dilakukan
oleh mereka. Salah satu pelaku bullying BB menggunakan BBM untuk mengintimidasi korbannya IN. Dalam BBM tersebut, BB tidak segan-
segan menyebutkan kata-kata kotor dan kasar kepada korban. Inilah suatu bentuk penyalahgunaan media sosial di kalangan peserta didik.
Sekolah sudah membuat peraturan bahwa setiap peserta didik dilarang untuk membawa handphone atau smartphone ke sekolah. Alasannya untuk
menghindari penyalahgunaan smartphone di kalangan peserta didik. Usia peserta didik yang rata-rata berusia 12
– 15 tahun ini adalah masa-masa dimana keingintahuannya tinggi. Untuk menghindari hal yang tidak
diinginkan, pihak sekolah secara tegas melarang peserta didik untuk membawa alat komunikasi dalam bentuk apapun ke dalam lingkungan
sekolah. Sekolah sendiri sudah menyediakan handphone bagi para peserta didik untuk berkomunikasi dengan orang tua mereka di rumah jika ada hal
yang sangat penting. Berdasarkan teori faktor media massa sebagai penyebab bullying yang
mengatakan timbulnya perilaku bullying disebabkan oleh tayangan sinetron televisi yang mengangkat kisah tentang kebrutalan, kekerasan dan
perkelahian yang secara tidak langsung memberikan dampak buruk bagi masyarakat terutama remaja dan anak-anak yang masih duduk di bangku
sekolah
41
, tidak berlaku dalam kaitannya dengan permasalahan ini. Pelaku dan korban tidak menyukai tontonan yang berbau kekerasan. Mereka lebih
suka menonton acara kartun. Penelitian yang dilakukan oleh Asep Ediana Latip, M.Pd dari Pusat
Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UIN Syarif Hidyataullah Jakarta menyatakan bahwa faktor
41
Levianti, Konformitas dan Bullying pada Siswa, Jurnal Psikologi Vol. 6 No. 1, 2008, h. 6
media massa lebih besar mempengaruhi perilaku bullying di kalangan peserta didik tingkat MISD. Media massa yang dimaksud adalah media
massa televisi. Hal ini mungkin terjadi mengingat usia peserta didik MISD yang bekisar antara 6
– 12 tahun, yang masih suka mencontoh perilaku- perilaku yang ditampilkan di layar televisi. Namun hal ini tidak berlaku pada
penelitian yang telah penulis lakukan yang menyatakan bahwa faktor media massa televisi tidak menyebabkan perilaku bullying pada peserta didik
tingkat SMP. Karena hasilnya, mereka lebih menyukai acara kartun yang kemungkinan untuk menyaksikan adegan-adegan berbahaya itu cukup kecil.
D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut: a.
Sulitnya mendapatkan data para pelaku dan korban bullying karena tidak semua kasus bullying ditulis dalam buku kasus oleh guru BK.
b. Sulitnya mendapatkan informan yang bersedia diwawancarai.
c. Data sekunder yang kurang lengkap, karena guru BK setiap tahunnya digilir
secara bergantian dan data yang disimpan pun dirasa belum mewakili apa yang diinginkan penulis
83
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil paparan data dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, hasil penelitian ini adalah faktor keluarga
memiliki andil yang besar sebagai penyebab timbulnya perilaku bullying di kalangan peserta didik dalam kasus ini, sebab keluarga khususnya keluarga para
pelaku tidak memberikan kasih sayang dan perhatian yang penuh kepada anak- anaknya, padahal seharusnya anak-anak di usia remaja seperti para pelaku dan
korban bullying di atas diberikan perhatian yang ekstra karena di usia inilah para remaja rentan terhadap hal-hal yang berbau negatif. Selain itu, keluarga yang
tidak harmonis juga menciptakan iklim rumah yang negatif. Pola asuh yang selalu membeda-bedakan anak di dalam keluarga juga memicu timbulnya
perasaan iri yang berakibat pada pelampiasan kekesalannya kepada teman- temannya di sekolah.
Kemudian, faktor teman sebaya sebagai penyebab bullying juga memiliki andil yang cukup besar dalam kasus ini, karena sebagian besar waktu yang
dimiliki remaja ini adalah untuk berinteraksi dengan teman sebayanya, baik di sekolah maupun di lingkungan rumah. Intensitas komunikasi antar teman sebaya
yang berlebih inilah yang memungkinkan munculnya hasrat ingin menindas atau melakukan bullying atas hasutan teman-temannya. Selain itu juga, timbul
keinginan untuk diakui oleh anggota kelompok teman sebayanya yang lain agar dianggap sebagai pemegang kekuasaan penuh atas kelompoknya dan supaya
kelompoknya genk ditakuti oleh kelompok lain. Hal ini didasarkan pada pentingnya meningkatkan eksistensi kelompok teman sebaya di dalam sekolah
terutama di kalangan peserta didik yang lain.
Terakhir, faktor media massa televisi, radio, dan surat kabar sebagai penyebab bullying dalam kasus ini tidak terlalu memiliki andil yang besar karena
tontonan atau acara televisi yang paling sering ditonton oleh para pelaku atau korban bullying tidak mengandung unsur kekerasan. Mereka cenderung
menyukai film-film kartun dan acara musik. Dalam media massa lainnya, seperti internet dan media sosial memiliki andil yang cukup besar. Sebagian besar
peserta didik tingkat SMP yang kisaran berusia 12 – 15 tahun sudah memiliki
alat komunikasi canggih, seperti smartphone. Mereka terbiasa bermain media sosial di smartphone mereka. Salah satu kasus yang pernah terjadi di sekolah ini
adalah dimulai dengan adanya intimidasi yang dilakukan pelaku kepada korbannya melalui sosial media BBM yang belanjut pada intimidasi secara
langsung di sekolah.
B. Implikasi
Pada umumnya, hasil sebuah penelitian atau karya ilmiah mempunyai implikasi atau akibat yang ditimbulkan dari adanya penelitian tersebut. Implikasi
dari adanya penelitian ini adalah membantu sekolah menemukan pelaku dan korban yang selama ini masih bersembunyi dan diam-diam mengenai perilaku
bullying ini, sekolah lebih meningkatkan pengawasan terhadap peserta didik, khususnya pada tingkat pergaulan dengan teman sebaya di lingkungan sekolah,
dan sekolah juga meningkatkan pengawasan penggunaan smartphone di sekolah dengan lebih sering melakukan razia di kalangan peserta didik.
C. Saran
Dari kesimpulan hasil penelitian di atas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:
a. Bagi sekolah, hendaknya lebih menambah pengawasan dari berbagai
lapisan, mulai dari security dan caraka sampai kepala sekolah mengawasi tindak tanduk perilaku bullying tersebut.
b. Bagi guru, hendaknya tanggap terhadap perilaku bullying dalam bentuk
yang kecil ataupun besar agar tidak sampai menimbulkan korban. c.
Bagi guru BK, hendaknya mencatat setiap kasus-kasus bullying yang terjadi di sekolah sebagai catatan untuk merefleksi tindakan yang tepat
untuk menangani kasus-kasus tersebut. d.
Bagi orang tua siswa, hendaknya memberikan kasih sayang dan perhatian yang besar kepada anak-anaknya supaya hal-hal yang sudah
terjadi tidak terjadi lagi untuk kedua kalinya. Diharapkan pula pengawasan ekstra namun tidak ketat terhadap anak-anaknya agar
terhindar dari hal-hal negatif lainnya yang mungkin saja terjadi. e.
Bagi peneliti lain, perlu adanya penelitian lebih lanjut dan secara mendalam berkaitan dengan penelitian ini, terutama mengenai cara
mengatasi bullying ditinjau dari faktor-faktornya agar penyelesaian masalah bullying di sekolah dapat maksimal sehingga tidak ada lagi
kasus-kasus bullying di kalangan peserta didik.