Faktor-faktor Bullying Hakikat Bullying

faktor penyebab terjadinya perilaku bullying. 28 Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah, kadang kala terdorong utnuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying hanya untuk membuktikan kepada teman sebayanya agar diterima dalam kelompok tersebut, walaupun sebenarnya mereka tidak nyaman melakukan hal tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Simbolon, faktor penyebab bullying yang terjadi pada mahasiswa berasrama karena perbedaan etnis, resistensi terhadap tekanan kelompok, perbedaan keadaan fisik, masuk di sekolah yang baru, orientasi seksual serta latar belakang sosial ekonomi. 29 Ada anggapan pula, bullying atau kekerasan di sekolah banyak disebabkan oleh: a. Lingkungan sekolah yang kurang baik b. Senioritas tidak pernah diselesaikan c. Guru memberikan contoh yang kurang baik pada siswa d. Karakter anak. 30

B. Hakikat Peserta Didik

1. Pengertian Peserta Didik

Dalam pandangan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan. Dapat dikatakan juga peserta didik merupakan subjek dan objek pendidikan yang memerlukan orang lain pendidik untuk membantu 28 Dara Agnis Septiyuni, Dasim Budimansyah, dan Wilodati, Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Peer Group Terhadap Perilaku Bullying Siswa di Sekolah, Jurnal Sosietas Vol. 5 No. 1, 2014, h. 3 29 Mangadar Simbolon, Perilaku Bullying pada Mahasiswa Berasrama, Jurnal Psikologi Vol. 49 No. 2, 2012, h. 237 30 Ponny Retno Astuti, Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Mengatasi Kekerasan Pada Anak, h.51 mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta membimbingnya menuju kedewasaan. 31 Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, “peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.” 32 Menurut Abudin Nata, peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial, dan religiusnya dalam mengarungi kehidupan di dunia dan di akhirat. 33 Dalam pendidikan umum, peserta didik sebagai raw input masukan mentah atau raw material bahan mentah dalam proses transformasi yang disebut pendidikan atau dapat dijelaskan lebih jauh, bahwa peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikologis, untuk mencapai tujuan pendidikan melalui lembaga pendidikan. 34 Menurut Lengeveld, anak didik adalah anak atau orang yang belum dewasa atau belum memperoleh kedewasaan atau seseorang yang masih menjadi tanggung jawab seorang pendidik tertentu dan dapat dikatakan pula anak didik tersebut memiliki sifat ketergantungan akan pendidikannya demi melanjutkan hidupnya baik secara rohaniah atau jasmaniah. 35 Pengertian lain menyebutkan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat laki-laki dan perempuan yang berusaha mengembangkan potensi 31 Dr. H. Samsul Nizar, M.A, Filsafat Pendidikan Islam: Pendidikan Historis, Teoritis, dan Praktis, Jakarta: Ciputat Press, 2002 Cet. 1, h. 47 32 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011 h. 39 33 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2010, Cet.1, h.173 34 Prof. Dr. H. Jalaludin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002 Cet. 2, h. 140 35 H. M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005 h. 15 diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik menurut sifatnya dapat didik, karena mereka mempunyai bakat dan disposisi-disposisi yang memungkinkan untuk diberi pendidikan. 36 Menurut KH. M. Hasyim Asy’ari, siswa peserta didik harus patuh dan tunduk pada anjuran dan perintah pendidik 37 . Selain itu, ia juga berpendapat bahwa peserta didik harus mampu mengembangkan daya intelektualnya guna menemukan kebenaran-kebenaran yang ada dalam kajian apapun, termasuk keimanan ataupun ibadah. 38 Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar fitrah yang perlu dikembangkan. Di sini peserta didik adalah makhluk Allah yang terdiri dari aspek jasmani dan rohani yang belum mencapai taraf kematangan, baik fisik, mental, intelektual, maupun psikologisnya. 39 Peserta didik merupakan alat pendidikan, sebab peserta didik sebagai sasaran pendidikan yang menjadi objek para pendidik, sekaligus pendidikan itu sendiri. 40 Samsul Nizar dalam Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis menyebutkan beberapa deskripsi mengenai hakikat peserta didik sebagai berikut: a. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, melainkan ia memiliki dunianya sendiri b. Peserta didik adalah manusia yang memiliki perbedaan dalam tahap-tahap perkembangan dan pertumbuhannya. 36 Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012 h. 75 37 Suwendi, Konsep Pendidikan KH. M. Hasyim Asy’ari, Ciputat: LekDis, 2005, h. 79 38 Ibid, h. 81 39 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, h. 119 40 Drs. Tatang S., M.Si, Ilmu Pendidikan. Cet. I, Bandung: Pustaka Setia, 2012, h. 96 c. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, baik menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani d. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual, baik yang disebabkan faktor bawaan maupun lingkungan. e. Peserta didik merupakan makhluk yang terdiri dari dua unsur utama; jasmaniah dan ruhaniah. Unsur jasmani berkaitan dengan daya fisik yang dimiliki, sementara unsur ruhaniah berkaitan dengan daya akal dan daya rasa f. Peserta didik adalah makhluk Allah yang telah dibekali berbagai potensi fitrah yang perlu dikembangkan secara terpadu. 41 Peserta didik sebagai subjek pendidikan dalam Islam, sebagaimana diungkapkan Asma Hasan Fahmi, sekurang-kurangnya harus memerhatikan empat hal sebagai berikut: a. Seorang peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum melakukan proses belajar. b. Peserta didik harus menanamkan dalam dirinya bahwa tujuan menuntut ilmu itu adalah untuk meraih keutamaan akhlak, mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk bermegah-megahan atau bahkan untuk mencari kedudukan c. Seorang peserta didik harus memiliki ketabahan dan kesabaran dalam mencari ilmu. d. Seorang peserta didik wajib menghormati gurunya, dan berusaha semaksimal mungkin meraih kerelaannya dengan berbagai macam cara yang terpuji. 42 41 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, h. 120-121 42 Ibid, h. 123-124