2. Informasi pasar yang mudah dipahami dan mudah diakses siapapun transparan
dan akuntabel. 3.
Kerangka hukum yang suportif serta adanya lembaga pengawas yang kredibel. 4.
Selalu bersedia melakukan perbaikan mekanisme apabila ada keberatan atau kritik.
2.3 Peraturan Perundang-undangan tentang Pembayaran Jasa Lingkungan
Terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang mendasari mekanisme pembayaran jasa lingkungan menurut RCS 2008, diantaranya :
1. UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Pasal 70 menyebutkan bahwa
1 masyarakat turut berperan serta dalam pembangunan di bidang kehutanan; 2 pemerintah wajib mendorong peran serta masyarakat melalui berbagai
kegiatan di bidang kehutanan yang yang berdaya guna dan berhasil guna; 3 serta dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat, pemerintah dan
pemerintah daerah dapat dibantu oleh forum pemerhati kehutanan. 2.
UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pasal 7 menyebutkan bahwa perlindungan sistem penyangga
kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
mutu kehidupan manusia. Selanjutnya, pasal 27 menyebutkan bahwa pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam dilakukan dengan
tetap menjaga kelestarian fungsi kawasan. 3.
UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air. 4.
PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
5. SK Menhut Nomor 456Menhut-II2004, tentang Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat di dalam dan di sekitar Kawasan Hutan, maka kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan terhadap masyarakat desa di luar hutan.
Prasetyo et al. 2009 menyebutkan peraturan perundang-undangan terkait mekanisme pembayaran jasa lingkungan, antara lain :
1. UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup yang mengatur
kewenangan dalam pengelolaan lingkungan. Pasal 10 ayat 3 menyebutkan bahwa dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup, Pemerintah berkewajiban
mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan antara masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam upaya pelestarian daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup. 2.
UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. 3.
PP Nomor 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Pasal 1 ayat 6 menyebutkan
pemanfaatan jasa lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi
utamanya. Disebutkan lebih lanjut pada pasal 22, pada hutan konservasi, pemberian izin pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4.
PP Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Disebutkan dalam pasal 33 ayat 1 bahwa obyek pajak pengambilan dan pemanfaatan air air bawah tanah
dan air permukaan adalah pengambilan air bawah tanah danatau air permukaan; pemanfaatan air bawah tanah danatau air permukaan;
pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah danatau air permukaan. Pasal 34 menyebutkan subyek dan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang
mengambil, atau memanfaatkan, atau mengambil dan memanfaatkan air bawah tanah danatau air permukaan.
2.4 Pengelolaan Sumberdaya Air di TNGGP