Pada umumnya masyarakat membayarkan iuran seperti yang ada pada Tabel 13. Iuran-iuran tersebut kemudian dikelola untuk masing-masing peruntukan.
Pengelolaan iuran seperti yang terdapat di Tabel 13 tidak dilakukan oleh Forpela TNGGP melainkan langsung dikelola masyarakat melalui kelompok tanilainnya.
Berdasarkan pernyataan keuangan Forpela 2010 menyebutkan bahwa jumlah dana kompensasi yang terkumpul sampai tahun 2010, tercatat Rp
8.000.000. Pernyataan keuangan Forpela tersaji pada Tabel 14. Tabel 14 Pemasukan dan pengeluaran Forpela TNGGP
Tahun Pemasukan
Pengeluaran Saldo
2009 40.000.000
18.500.000 21.500.000
2010 8.000.000
12.000.000 17.000.000
Sumber: Pernyataan keuangan Forpela TNGGP tahun 2009 dan 2010
Tabel 14 menunjukkan pemasukan dan pengeluaran Forpela TNGGP antara tahun 2009-2010. Dalam pernyataan keuangan yang diacu, tidak terdapat rincian
pengeluaran untuk pembiayaan kegiatan maupun program kerja Forpela.
5.1.3 Skema pembayaran jasa lingkungan air
Pada tahun 2006, ESP-USAID bekerjasama dengan BB TNGP dan RCS melakukan inisiatif pengembangan program skema jasa lingkungan PES di
kawasan TNGGP. Skema ini bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya air melalui pengembangan kemitraan dengan para pemanfaat jasa lingkungan
air disekitar kawasan konservasi untuk mendukung konservasi berkelanjutan Forpela 2009.
Skema pembayaran jasa lingkungan air diawali dengan pengumpulan dana kompensasi dari para pemanfaat air oleh Forpela TNGGP. Pemanfaat-pemanfaat
air berperan sebagai pembeli jasa lingkungan air buyer. Forpela TNGGP berperan sebagai perantara intermediary dalam mekanisme ini. Forpela TNGGP
mencari informasi, bernegosiasi dengan pihak lainnya dan menyelesaikan proses transaksi dengan pihak-pihak terkait. Skema pendanaan dalam mekanisme
pembayaran jasa lingkungan air yang berjalan di kawasan TNGGP tersaji pada Gambar 6.
Gambar 6 Skema pendanaan jasa lingkungan air di TNGGP. Gambar 6 menunjukkan dana kompensasi berasal dari iuran pokok, iuran
wajib, dan in-kind CSR dari para pemanfaat air yang dikumpulkan melalui Forpela. Dana kompensasi tersebut kemudian digunakan untuk menjalankan
program kerja yang telah disepakati. Program kerja yang disepakati terbagi menjadi tiga komponen pokok. Komponen-komponen tersebut adalah kegiatan
rehabilitasi dan konservasi kawasan taman nasional, kolaborasi program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat desa penyangga. Selain itu, dana tersebut juga
digunakan untuk administrasi dan manajemen Forpela TNGGP. Secara bertahap, BB TNGGP dan ESP-USAID mengembangkan
mekanisme pembayaran jasa lingkungan untuk membiayai kegiatan konservasi kawasan TNGGP USAID 2006. Skema pembayaran jasa lingkungan air yang
dilakukan di kawasan TNGGP ditunjukkan pada Gambar 7.
Pemanfaat Air dari kawasan TNGGP
Perusahaan Swasta Instansi Pemerintah
Kolaborasi Program Masyarakat
Forum Peduli Air TNGGP Dewan Eksekutif dan Korwil
ESP, RCS, BB TNGGP
Kegiatan Rehabilitasi dan
Konservasi kawasan Program Kerja
Iuran Pokok dan Iuran Wajib; In-kind CSR
ESP, RCS, YBUL, Mapala UI
Kegiatan Pemberdayaan
Masyarakat
KT Garuda Nupuk, KT Saluyu, KSM Cinagara Asri
BB TNGGP
Keterangan:
Alur Pendanaan - Fasilitasi
Sumber: RCS 2008
Gambar 7 Skema Pembayaran Jasa Lingkungan Air di TNGGP. Gambar 7 menunjukkan bahwa skema pembayaran jasa lingkungan air di
TNGGP dimulai dari adanya peranan dari lahan masyarakat hulu dan hutan kawasan TNGGP untuk memperbaiki kualitas air dan mengurangi sedimentasi.
Jasa air tersebut dimanfaatkan oleh para pemanfaat air. Selanjutnya, dana yang terkumpul tersebut digunakan untuk melakukan kegiatan maupun program kerja
seperti pada Gambar 6. Para pihak seperti BB TNGGP dan masyarakat yang berada di wilayah hulu melakukan upaya rehabilitasi, restorasi dan praktik
pertanian ramah lingkungan. Hal ini dilakukan untuk menjaga peranan dari lahan masyarakat hulu dam hutan kawasan TNGGP. Hubungan dan kesepakatan para
pihak terhadap pembayaran jasa lingkungan air diatur dalam MoU dan kesepakatan lainnya.
Kegiatan rehabilitasi dan konservasi kawasan taman nasional meliputi kegiatan seperti pengamanan kawasan patroli dan penanaman. Kegiatan ini
merupakan penerapan rencana kerja yang disepakati. Selain itu, dibuat juga pembibitan tanaman-tanaman endemik yang ada di TNGGP, seperti rasamala
Hutan dan lahan
masyarakat
Pemilikpengelola hutanBB
TNGGPjaringan masyarakat
DASLSM
Komite Para Pihak TNGP, Forum DAS
PDAM, perkebunan, pabrik, hotel,
masyarakat hilir, wisatawan
Memperbaiki kualitas air, mengurangi sedimentasi
Kegiatan : kepastian hak kelola masyarakat,
pelatihan, pelayanan kesehatan, pendidikan,
kampanye, patroli
MoU, Perda, Perbup,
Perdes
user fee, in-kind CSR,
pengurangan pajak, donor
TA administrasi
Fund raising ME
Rehabilitasi, restorasi, praktek
pertanian ramah lingkungan
Altingia excelsa dan puspa Schima walichii. Pusat pembibitan ini berada di desa Pancawati.
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
TNGGP memiliki pengembangan skema pembayaran jasa lingkungan air yang berbeda.
Pengembangan skema pembayaran jasa lingkungan air dilakukan pada tingkat taman nasional. Pengembangan tersebut belum mencapai pada tingkatan
pengelolaan Daerah Aliran Sungai DAS. Empat DAS yang berhulu di kawasan TNGGP masih tergabung dalam satu skema pembayaran jasa lingkungan air yang
sama. Hal ini dapat menimbulkan dampak berbeda jika dilihat dari karakteristik dan urgentitas pengelolaan masing-masing DAS.
Selain itu, hubungan yang dibangun dari skema pembayaran jasa lingkungan air di TNGGP belum mencakup hubungan hulu-hilir dalam arti luas.
Hal ini dikarenakan penyedia maupun pemanfaat air dari kawasan TNGGP masih berada dalam ruang lingkup wilayah hulu dari suatu DAS. Pemanfaat air
merupakan para pihak yang memanfaatkan air secara langsung dari kawasan taman nasional. Di lokasi lain, pembayaran jasa lingkungan air di DAS Cidanau
misalnya, pemanfaat air berada di wilayah hilir yaitu kota Cilegon. Leimona et al. 2010 menyebutkan DAS Cidanau merupakan satu-satunya penyedia air untuk
rumah tangga dan hampir 100 industri yang beroperasi di Cilegon. Salah satu industri tersebut adalah PT KTI yang merupakan satu-satunya pembeli jasa
lingkungan air DAS Cidanau. Pengembangan skema pembayaran jasa lingkungan di kawasan TNGGP,
pada dasarnya bertujuan untuk mendukung upaya konservasi taman nasional oleh berbagai pihak. Tujuan tersebut diturunkan pada tujuan mekanisme pembayaran
jasa lingkungan air TNGGP. Tujuan mekanisme pembayaran jasa lingkungan yang dilakukan di TNGGP adalah untuk membangun kemitraan untuk
mendukung upaya konservasi kawasan TNGGP dan meningkatkan mata pencaharian masyarakat desa penyangga melalui inkubasi usaha terpadu.
Berdasarkan proses dan skema yang dijalankan di TNGGP, mekanisme tersebut termasuk kedalam intermediary-based transaction. Landell-Mills dan
Porras 2002 menyebutkan, dalam proses intermediary-based transaction, fasilitator berperan mengurangi biaya transaksi dengan mencari informasi,
bernegosiasi, dan menyelesaikan proses transaksi. Fasilitator juga berperan mengurangi resiko kegagalan dengan membangun kapasitas masyarakat, mencari
partner yang tepat, serta mengidentifikasi masalah yang ada.
5.1.4 Penerapan mekanisme pembayaran jasa lingkungan air di desa Tangkil dan Cinagara