digunakan untuk membiayai pengembalian pinjaman luar negeri yang digunakan untuk menutupi kekurangan dana akibat penurunan pajak pada saat ini.
Variabel LIBOR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap FD dalam jangka panjang, yakni ketika terjadi kenaikan suku bunga internasional sebesar
satu persen, maka akan menurunkan pinjaman luar negeri sebesar 0,031087 persen. Hal ini sesuai dengan konsep suku bunga internasional yang berhubungan
negatif dengan pinjaman luar negeri, dimana saat tingkat suku bunga internasional rendah atau menurun, maka pemerintah akan meningkatkan pemanfaatan
pinjaman luar negeri sebagai sumber penerimaan pemerintah untuk menutupi defisit neraca perdagangan sebagai akibat dari investasi yang melebihi tabungan.
Saat tingkat suku bunga internasional rendah, maka tingkat pengembalian pinjaman akan lebih kecil dibanding saat tingkat suku bunga internasional tinggi.
4.4.2. Analisis Respon Pinjaman Luar Negeri
Analisis Impulse Response Function IRF akan menjelaskan dampak dari guncangan variabel-variabel dalam penelitian terhadap pinjaman luar negeri.
Dengan analisis IRF dapat dilihat respon dari pinjaman luar negeri, baik dalam jangka pendek, maupun dalam beberapa tahun ke depan sebagai informasi jangka
panjang. Dalam analisis IRF digunakan variabel kebijakan fiskal, pertumbuhan
ekonomi dan suku bunga internasional yang berpengaruh terhadap pinjaman luar negeri dan diproyeksikan dalam 50 tahun ke depan. Terdapat empat variabel pada
analisis IRF dalam penelitian ini, yaitu variabel pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, Produk Domestik Bruto, dan suku bunga internasional.
4.4.2.1.Respon Dinamis Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Kebijakan Fiskal di Indonesia
Analisis impuls respon IRF pada model penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh guncangan dari instrumen kebijakan fiskal seperti
pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak terhadap pinjaman luar negeri. Hasil dari analisis IRF dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 yang
menunjukkan respon dari pinjaman luar negeri akibat adanya guncangan dari pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak.
Sumber: Lampiran 7, data diolah
Gambar 4.1. Respon Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Pengeluaran Pemerintah
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa guncangan pengeluaran pemerintah pada tahun pertama tidak respon oleh pinjaman luar negeri, namun dari tahun kedua
hingga tahun keempat, guncangan pengeluaran pemerintah direspon negatif oleh
-.008 -.004
.000 .004
.008 .012
.016
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
Response of LNFD to Cholesky One S.D. LNG Innovation
pinjaman luar negeri yang ditandai dengan menurunnya pinjaman luar negeri. Pada tahun kedua, guncangan pengeluaran pemerintah sebesar satu standar deviasi
menyebabkan penurunan pada pinjaman luar negeri sebesar 0,46 persen. Pada tahun keempat, penurunan ini menurun menjadi 0,14 persen. Pada tahun kelima
hingga tahun ke-14, guncangan pengeluaran pemerintah direspon positif oleh pinjaman luar negeri, dimana guncangan pengeluaran pemerintah sebesar satu
standar deviasi menyebabkan peningkatan pinjaman luar negeri sebesar 0,58 persen pada tahun keempat, dan mencapai 1,2 persen pada tahun ke-14. Respon
pinjaman luar negeri terhadap guncangan pengeluaran pemerintah mulai mencapai keseimbangan pada tahun ke-15. Hingga periode jangka panjangnya, pinjaman
luar negeri merespon positif guncangan penegeluaran pemerintah pada kisaran 1,2 persen.
Peningkatan pengeluaran pemerintah akan berpengaruh pada peningkatan pinjaman luar negeri. Hal ini terjadi karena pinjaman luar negeri digunakan untuk
membiayai defisit anggaran pemerintah yang disebabkan peningkatan pada pengeluaran pemerintah. Sehingga saat pengeluaran pemerintah meningkat
dengan asumsi penerimaan pajak tetap, maka akan terjadi defisit anggaran pemerintah, sehingga pemerintah akan memanfaatkan pinjaman luar negeri untuk
menutupi defisit tersebut. Dalam jangka panjang, guncangan dari pengeluaran pemerintah akan berpengaruh stabil terhadap pinjaman luar negeri, karena dengan
adanya sistem kebijakan fiskal melalui penetapan rencana anggaran pemerintah yang berimbang antara pengeluaran dan penerimaan yang berasal dari dalam
negeri maupun luar negeri, serta dengan kondisi perekonomian yang lebih stabil.
Sumber: Lampiran 7, data diolah
Gambar 4.2. Respon Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Penerimaan Pajak
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa guncangan penerimaan pajak sebesar satu standar deviasi pada tahun pertama tidak direspon oleh pinjaman luar negeri,
namun pada tahun kedua hingga periode jangka panjang atau 50 tahun, guncangan pinjaman luar negeri direspon negatif oleh pinjaman luar negeri yang ditandai
dengan menurunnya pinjaman luar negeri dengan jumlah yang fluktuatif pada jangka pendek dan jangka panjang. Mulai pada tahun kedua, guncangan dari
penerimaan pajak mengakibatkan pinjaman luar negeri berkurang sebesar 0,19 persen. Respon pinjaman luar negeri terhadap guncangan penerimaan pajak mulai
mencapai keseimbangan pada periode jangka panjang, yaitu pada tahun ke-15, dimana pinjaman luar negeri merespon negatif guncangan penerimaan pajak pada
kisaran 1,7 persen.
-.025 -.020
-.015 -.010
-.005 .000
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
Response of LNFD to Cholesky One S.D. LNT Innovation
Perubahan pada pinjaman luar negeri sebagai respon dari guncangan penerimaan pajak sesuai dengan teori dan fakta yang terjadi, yaitu apabila terjadi
guncangan peningkatan pada penerimaan pajak, maka hal tersebut akan berpengaruh pada menurunnya pinjaman luar negeri, atau sebaliknya. Hal ini
dapat terjadi karena antara pinjaman luar negeri dan penerimaan pajak memiliki hubungan yang negatif, dimana pinjaman luar negeri dimanfaatkan untuk
menutupi kekurangan penerimaan pemerintah yang berasal dari penerimaan pajak, sedangkan tingkat pengembalian pinjaman luar negeri tersebut akan dibayarkan
kembali oleh penerimaan pajak pada tahun berikutnya.
4.4.2.2.Respon Dinamis Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
Analisis impuls respon IRF pada model penelitian juga bertujuan untuk menganalisis pengaruh guncangan dari pertumbuhan ekonomi melalui variabel
Produk Domestik Bruto terhadap pinjaman luar negeri. Hasil dari analisis IRF yang menunjukkan respon pinjaman luar negeri dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 menunjukkan respon dari pinjaman luar negeri akibat adanya guncangan dari Produk Domestik Bruto adalah positif. Pada tahun pertama
guncangan Produk Domestik Bruto tidak direspon oleh pinjaman luar negeri, namun pada tahun kedua, guncangan Produk Domestik Bruto menyebabkan
meningkatnya pinjaman luar negeri. Respon pinjaman luar negeri terhadap guncangan Produk Domestik Bruto mulai stabil pada tahun ke-13, dengan kisaran
9,4 persen.
Sumber: Lampiran 7, data diolah
Gambar 4.3. Respon Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Produk Domestik Bruto
Respon dari pinjaman luar negeri yang positif terhadap guncangan pada Produk Domestik Bruto menunjukkan bahwa masuknya aliran dana pinjaman luar
negeri dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat terjadi karena pertumbuhan ekonomi memerlukan biaya pembangunan yang besar, sehingga
pemanfaatan pinjaman luar negeri digunakan untuk membiayai pembangunan agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
.00 .02
.04 .06
.08 .10
.12
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
Response of LNFD to Cholesky One S.D. LNGDP Innovation
4.4.2.3.Respon Dinamis Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Suku Bunga Internasional di Indonesia
Gambar 4.4 menunjukkan hasil analisis impuls respon IRF dari guncangan suku bunga internasional LIBOR terhadap pinjaman luar negeri.
Sumber: Lampiran 7, data diolah
Gambar 4.4. Respon Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Suku Bunga Internasional
Dari hasil analisis IRF pada Gambar 4.4 menunjukkan bahwa pengaruh dari guncangan suku bunga internasional direspon negatif oleh pinjaman luar
negeri dalam periode jangka pendek maupun jangka panjang. Pada tahun pertama, guncangan dari suku bunga internasional tidak direspon oleh pinjaman luar negeri
dan baru direspon negatif pada tahun kedua hingga mencapai tahun ke-50. Guncangan suku bunga internasional sebesar satu standar deviasi akan
mengakibatkan penurunan pinjaman luar negeri sebesar 0,39 persen pada tahun
-.016 -.014
-.012 -.010
-.008 -.006
-.004 -.002
.000
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
Response of LNFD to Cholesky One S.D. LIBOR Innovation
kedua. Pada tahun ketiga, respon dari pinjaman luar negeri terhadap guncangan suku bunga internasional sebesar 0,84 persen. Hingga tahun ke-13, respon dari
pinjaman luar negeri mulai mencapai keseimbangan terhadap guncangan dari suku bunga internasional pada kisaran 1,3 persen.
Guncangan pada suku bunga internasional dapat memengaruhi pergerakan pada pinjaman luar negeri melalui neraca perdagangan. Penurunan pada suku
bunga internasional akan menyebabkan defisit neraca perdagangan dan ketidakstabilan di pasar keuangan dunia, sehingga untuk menutupi defisit neraca
perdagangan, maka pemerintah akan memanfaatkan pinjaman luar negeri. Sehingga saat suku bunga internasional rendah maka pinjaman luar negeri akan
meningkat.
4.4.3. Analisis Kontribusi Keragaman Variabel terhadap Pinjaman Luar