Perkembangan Nilai Investasi UMK di Kota Bogor
Tabel 17 Anggota UMK di klaster 2
Nama Jumlah Tenaga Kerja
Orang Omset Perbulan
Rupiah Biaya Produksi Perbulan
Rupiah Mumu Mulyana
10 172 750 000
120 780 000 Nim
10 79 860 000
74 085 000 Aris
7 105 250 000
89 700 000 Ratna
8 90 000 000
68 540 000 Agus
11 151 500 000
133 950 000 Sutisna
8 150 000 000
120 000 000 Sumber: Data Primer, diolah 2013
Berdasarkan Tabel 17 UMK pada klaster 2 terdiri dari 6 unit. Klaster 2 merupakan kelompok UMK yang memiliki nilai omset, jumlah tenaga kerja dan
biaya yang lebih besar dari klaster 1 sehingga klaster 2 dapat disebut sebagai kelompok UMK yang berhasil. Usaha mikro dan kecil pada kaster 2 memiliki
beberapa kelebihan, baik dalam kualitas produk, proses pemasaran, maupun kemudahan dalam mengajukan pinjaman modal kepada lembaga keuangan.
Setelah melihat hasil dari pengelompokkan, tahap selanjutnya adalah dengan melihat karakteristik dari pemilik dan usaha UMK sektor makanan dan minuman.
Karakteristik usaha dan cara pengelolaan usaha dapat menunjukkan kinerja dari UMK tersebut. Karakteristik usaha pada klaster 1 ditampilkan pada Tabel 18.
Tabel 18 Karakteristik pemilik UMK klaster 1
Kategori Keterangan
Jumlah Responden Orang Persentase
Jenis kelamin Laki-laki
16 67
Perempuan 8
33 Usia
20-30 2
8 31-40
2 8
41-50 10
42 51-60
6 25
60 4
17 Pendidikan
Tidak Sekolah 1
4 SD
16 67
SMP 4
17 SMA
3 12
Sumber: Data Primer, diolah 2013
Tabel 18 menunjukkan bahwa sebagian besar pemilik usaha pada klaster 1 berjenis kelamin laki-laki dengan persentase 67 dan sisanya berjenis kelamin
perempuan dengan persentase 33. Usia pemilik usaha klaster 1 bervariasi, yaitu usia 20-30 tahun sebanyak 8, 31-40 tahun sebanyak 8, 41-50 tahun sebanyak
42 , 51-60 tahun sebanyak 25 dan 60 tahun sebanyak 17. Tingkat pendidikan pemilik usaha dinilai masih rendah. Tingkat pendidikan pemilik usaha paling tinggi
pada klaster 1 adalah tingkat SMA sebanyak 12. Responden dengan tingkat pendidikan SD mendominasi klaster 1 dengan persentase sebesar 67. Responden
dengan tingkat pendidikan SMP adalah sebesar 17 dan sebesar 4 pemilik usaha tidak menempuh pendidikan. Karakteristik pemilik usaha pada klaster 2
ditampilkan pada Tabel 19. Tabel 19 Karakteristik pemilik UMK pada klaster 2
Kategori Keterangan
Jumlah Responden Orang Persentase
Jenis kelamin Laki-laki
5 83
Perempuan 1
17 Usia
20-30 31-40
1 17
41-50 3
50 51-60
1 17
60 1
17 Pendidikan
Tidak Sekolah 1
17 SD
4 66
SMP SMA
1 17
Sumber: Data Primer, diolah 2013
Tabel 19 menunjukkan karakteristik pemilik usaha pada klaster 2 berdasarkan jenis kelaminnya didominasi oleh laki-laki dengan persentase sebesar 83 dan
sisanya perempuan sebesar 17. Usia pemilik usaha pada klaster 2 sebagian besar berusia antara 41-50 tahun. Tingkat pendidikan pemilik usaha pada klaster 2 yaitu
sebesar 17 pemilik usaha tidak bersekolah, 66 pemilik usaha memiliki latar belakang pendidikan pada tingkat SD dan sisanya merupakan pemilik usaha dengan
tingkat pendidikan SMA. Informasi usaha UMK pada klaster 1 ditampilkan pada Tabel 20 Karakteristik usaha UMK pada klaster 1
Kategori Keterangan
Jumlah Responden Orang
Presentase Lama Usaha
1-10 7
29 11-20
10 42
21-30 3
12.50 31-40
3 12.50
40 1
4 Awal Kepemilikan
Usaha Merintis Sendiri
14 58
Turun Temurun 10
42 Kepemilikan Izin
Memiliki Izin 14
58 Tidak Memiliki Izin
10 42
Sumber Modal Modal Sendiri
21 87
Lembaga KeuanganBank
3 13
Sistem Pemasaran Konsinyiasi
Jual Langsung ke Pasar Lainnya
5 12
7 21
50 29
Sumber: Data Primer, diolah 2013
Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa umur usaha pada klaster 2 bervariasi. Lama usaha klaster 1 adalah usaha dengan usia 1-10 tahun sebesar 29,
lama usaha 11-20 tahun sebesar 42, lama usaha 21-30 tahun dan 31-40 tahun masing-masing sebesar 12.50 dan lama usaha lebih dari 40 tahun sebesar 4.
Sebanyak 58 pemilik usaha memulai usahanya dari bawah dengan cara merintis sendiri, dan sebesar 42 pemilik usaha mewarisi usahanya secara turun temurun.
Sebanyak 42 UMK sektor makanan dan minuman masih belum memiliki izin usaha, baik izin usaha dari kantor desa maupun dari dinas koperasi dan UMK serta
dari disperindag. Berdasarkan hasil pengamatan, beberapa faktor yang menyebabkan UMK tidak memiliki surat izin usaha adalah, yaitu 1 pemilik usaha
menilai bahwa usahanya kecil dan tidak memerlukan surat izin usaha, 2 pemilik usaha tidak mengetahui bagaimana cara membuat surat izin usaha dan menganggap
sulit birokrasi. Tabel 20 menunjukkan bahwa sebanyak 87 UMK menggunakan sumber
modal yang berasal dari modal pribadi. Hanya 13 UMK yang menggunakan modal dari lembaga keuangan seperti bank. Sebagian besar usaha mikro pada
penelitian ini tidak melakukan pinjaman ke lembaga keuangan karena tidak memiliki jaminan. Sistem pemasaran yang dijalankan oleh UMK pada klaster 1
sebagian besar adalah langsung dijual ke pasar. Sebanyak 50 UMK pada klaster 1 menjual produk yang dihasilkannya langsung ke pasar. Sebanyak 21 UMK
menjual produknya secara konsinyiasi dan sebanyak 29 UMK menjual produknya kepada pedagang, pabrik pengolah tepung, dan menjual langsung di tempat
produksi. Klaster 2 sebagai kelompok UMK yang berkembang memiliki karakteristik usaha yang berbeda dengan klaster 1. Karakteristik usaha pada klaster
2 ditampilkan pada Tabel 21. Tabel 21 Karakteristik usaha UMK pada klaster 2
Kategori Keterangan
Jumlah Responden orang
Presentase Lama Usaha
1-10 3
50 11-20
3 50
Awal Kepemilikan Usaha
Merintis Sendiri 4
67 Turun Temurun
2 33
Kepemilikan Izin Memiliki izin
6 100
Tidak memiliki izin Sumber Modal
Modal Sendiri Lembaga
KeuanganBank 6
100 Sistem Pemasaran
Konsinyiasi Jual langsung ke pasar
Lainnya 2
4 33
67 Sumber: Data Primer, diolah 2013