Karakteristik Responden dan Usaha

tenaga kerja yang diserap oleh UMK sektor makanan dan minuman terus meningkat. Hal ini berbanding lurus dengan peningkatan jumlah unit usaha UMK sektor makanan dan minuman. Setiap pertambahan unit usaha, maka jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor ini juga bertambah. Permintaan UMK terhadap tenaga kerja tergantung dari permintaan konsumen terhadap barang yang diproduksinya. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting disamping sumberdaya alam, modal dan teknologi Sinaga 2013. Perkembangan penyerapan tenaga kerja oleh UMK di Kota Bogor juga dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Bogor. Pertumbuhan jumlah penduduk Kota Bogor selama tahun 2007 sampai 2012 mencapai 11 atau sebesar 99 699 orang. Pertumbuhan penduduk meningkatkan kebutuhan akan lapangan pekerjaan. Pada tahun 2010, jumlah penduduk yang tidak bersekolah pada usia 10 tahun sebesar 648 462. Tingkat pendidikan penduduk yang masih tergolong rendah menyebabkan tenaga kerja di Kota Bogor lebih banyak bekerja pada sektor usaha informal, yaitu usaha mikro dan kecil.

6.1.3 Perkembangan Nilai Investasi UMK di Kota Bogor

Seiring dengan peningkatan jumlah unit usaha UMK, maka investasi yang dimiliki oleh UMK di Kota Bogor mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada perkembangan modal dan usaha dalam UMK. Usaha mikro dan kecil menciptakan iklim investasi sehingga dapat menarik minat investor dari luar daerah untuk menanamkan modalnya di Kota Bogor. Perkembangan investasi UMK di Kota Bogor ditampilkan dalam Gambar 3. Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor 2013 diolah Gambar 3 Perkembangan nilai investasi UMK sektor makanan dan minuman di Kota Bogor tahun 2007-2012 8 279. 58 12 887.50 14 217.76 15 454.38 16 955.58 18 288.21 5000 10000 15000 20000 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 Tahun Investasi Rp dalam Satuan Juta Gambar 3 menunjukkan bahwa nilai investasi UMK sektor makanan dan minuman mengalami peningkatan dari tahun 2006 hingga tahun 2012. Investasi menunjukkan adanya aliran aset yang semakin bertambah sehingga aliran aset tersebut merupakan investasi pada usaha mikro dan kecil di Kota Bogor untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Investasi ini menunjukkan bahwa jumlah unit UMK di Kota Bogor semakin meningkat. Ketua Kamar Dagang Indonesia Kadin Kota Bogor, Erik Irawan Suganda menyatakan bahwa salah satu permasalahan yang menghambat perkembangan UMK adalah permodalan dan promosi. Hal ini dikarenakan biaya promosi yang besar sehingga usaha mikro sulit melakukan promosi yang berkualitas 4 . Perkembangan nilai investasi UMK dapat mendukung kestabilan dan kekuatan ekonomi rakyat. Faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi iklim investasi adalah suku bunga, inflasi, PDB, upah minimum dan nilai tukar Januar 2009. Iklim investasi yang kondusif akan meningkatkan jenis barang dan jasa yang tersedia. Iklim investasi yang kondusif akan mendorong tumbuhnya investasi sektor swasta yang produktif dan berfungsi sebagai penggerak ekonomi. Peningkatan PDRB daerah memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan investasi di Kota Bogor. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kota Bogor mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2009 hingga tahun 2012, PDRB Kota Bogor meningkat sebesar 19 BPS Kota Bogor 2013. Peningkatan PDRB ini memberikan dampak positif bagi pertumbuhan investasi di Kota Bogor. Pada tahun 2011, Kementerian Koperasi dan UKM menetapkan Kota Bogor sebagai model pengembangan usaha mikro yang bergerak di bidang pangan. Melalui kebijakan tersebut, Kantor Koperasi dan UKM Kota Bogor memberikan bantuan pengadaan sarana dan prasarana kepada UMK yang telah mendapat legalitas dari pemerintah Kota Bogor. Hal ini meningkatkan nilai investasi UMK selama tahun 2011 hingga 2012 sebesar Rp 1.33 miliar. Ditetapkannya Kota Bogor menjadi model pengembangan UMK turut meningkatkan omset usaha mikro sebesar 13.74 5 . 4 Kenaikan Investasi Tak menyentuh Usaha mikro. http:ekonomi.inilah.comreaddetail1818156URLTEENAGE.UtLUBtIW2a0 diakses pada tanggal 28 Desember 2013. 5 40 PKL di Kota Bogor Peroleh Sertifikat Halal. http:kotabogor.go.idcomponentcontentarticle1-berita-terbaru9814-40-pkl-di-kota-bogor-peroleh- sertifikat-halal- diakses pada tanggal 13 Februari 2014.

6.2 Pengelompokan UMK Sektor Makanan dan Minuman di Kota Bogor

Tahapan pengelompokan UMK dilakukan melalui beberapa proses. Data yang berisi variabel serangkaian uji statistik untuk membuktikan bahwa data layak untuk digunakan dalam proses k-means cluster. Langkah awal sebelum melakukan pengelompokan data, data yang ada akan diuji menggunakan uji multikolinearitas, uji validitas dan uji reabilitas. Tahap awal sebelum melakukan proses pengolahan data dengan menggunakan metode k-means cluster, dilakukan uji multikolinearitas terlebih dahulu yang dapat dilihat dari nilai VIF Variance Inflation Fector. Jika nilai VIF lebih dari 10, maka data tersebut mengandung multikolinearitas, begitu pula sebaliknya. Nilai VIF tiap variabel sebesar 4.1 kurang dari 10 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel yang digunakan tidak mengandung multikolinearitas Santoso 2010. Proses selanjutnya adalah uji validitas dan reabilitas variabel. Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai KMO Kaiser Meyer Olkin dan MSA Measuring of Sampling Adequacy sebesar 0.718 menandakan bahwa variabel valid karena sudah memenuhi syarat yaitu lebih dari 0.50 0.718 0.50. Nilai Sig signifikan 0.000 lebih kecil dari angka 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut valid untuk digunakan sebagai alat analisis. Reabilitas data dapat dilihat dari nilai cronbach’s alpha, dimana nilainya adalah sebesar 0.737 lebih besar dari 0.70 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ini realibel Zulganef 2006.

6.2.1 Hasil Analisis K-means Cluster

Hasil analisis k-means cluster menunjukkan bahwa data terbagi menjadi 2 klaster, yaitu klaster 1 dan klaster 2. Kategori klaster 1 adalah UMK kurang berkembang dan klaster 2 adalah UMK berkembang. Klaster 1 terdiri atas 24 UMK sedangkan klaster 2 terdiri atas 6 UMK. Berikut analisis dari output k-means cluster . 1. Interpretasi nilai SIG Ketiga variabel dalam analisis k-means cluster ini memiliki nilai sig 0.00 dibawah 0.05 yang berarti signifikansi adalah nyata sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedan variabel tersebut pada kedua klaster tersebut cukup besar. Variabel jumlah tenaga kerja, hasil penjualan dan biaya sangat membedakan karakteristik kedua klaster. 2. Jumlah anggota dalam setiap klaster Hasil dari pengelompokan menunjukkan bahwa jumlah UMK terbanyak ada di klaster 1, yaitu sebanyak 24 UMK sedangkan klaster 2 memliki anggota sebanyak 6 UMK. Dalam analisis ini, tidak ada data yg hilang missing. Dengan demikian, semua responden sejumlah 30, lengkap terpetakan pada kedua klaster. Hasil pengelompokan UMK sektor makanan dan minuman di Kota Bogor diperoleh dengan cara mengelompokkan UMK berdasarkan kedekatan variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja UMK tersebut. Nilai rata-rata variabel dari setiap klaster hasil pengelompokkan UMK akan ditampilkan dalam Tabel 15. Tabel 15 Nilai rata-rata setiap variabel pada klaster 1 dan klaster 2 Klaster Karakteristik Jumlah Klaster 1 Rata-rata tenaga kerja 3 Hasil penjualan Rp 33 217 378 Biaya Rp 27 255 300 Klaster 2 Rata-rata tenaga kerja 9 Hasil penjualan Rp 124 893 486 Biaya Rp 101 176 499 Sumber: Data Primer, diolah 2013 Klaster 1 adalah UMK dengan jumlah tenaga kerja rata-rata 3 orang, hasil penjualan rata-rata per bulan sebesar Rp 33 217 378 dan rata-rata biaya yang dikeluarkan per bulan sebesar Rp 27 255 300. Klaster 2 adalah UMK dengan jumlah tenaga kerja rata-rata 9 orang. UMK pada klaster 2 memiliki rata-rata hasil penjualan sebesar Rp 124 893 486 per bulan serta rata-rata biaya per bulan sebesar Rp 101 176 499. Klaster 1 merupakan UMK yang perlu dikembangkan karena dilihat dari segi hasil penjualan per bulannya yang rendah dan jumlah tenaga kerja yang diserap masih rendah, sehingga klaster 1 dapat diberi nama klaster usaha yang belum berkembang. Klaster 2 memiliki omset perbulan yang tinggi, jumlah tenaga kerja yang diserap banyak sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan juga lebih besar dari klaster 1 sehingga klaster 2 dapat disebut klaster usaha yang sudah maju.