Hasil Analisis K-means Cluster

lama usaha 11-20 tahun sebesar 42, lama usaha 21-30 tahun dan 31-40 tahun masing-masing sebesar 12.50 dan lama usaha lebih dari 40 tahun sebesar 4. Sebanyak 58 pemilik usaha memulai usahanya dari bawah dengan cara merintis sendiri, dan sebesar 42 pemilik usaha mewarisi usahanya secara turun temurun. Sebanyak 42 UMK sektor makanan dan minuman masih belum memiliki izin usaha, baik izin usaha dari kantor desa maupun dari dinas koperasi dan UMK serta dari disperindag. Berdasarkan hasil pengamatan, beberapa faktor yang menyebabkan UMK tidak memiliki surat izin usaha adalah, yaitu 1 pemilik usaha menilai bahwa usahanya kecil dan tidak memerlukan surat izin usaha, 2 pemilik usaha tidak mengetahui bagaimana cara membuat surat izin usaha dan menganggap sulit birokrasi. Tabel 20 menunjukkan bahwa sebanyak 87 UMK menggunakan sumber modal yang berasal dari modal pribadi. Hanya 13 UMK yang menggunakan modal dari lembaga keuangan seperti bank. Sebagian besar usaha mikro pada penelitian ini tidak melakukan pinjaman ke lembaga keuangan karena tidak memiliki jaminan. Sistem pemasaran yang dijalankan oleh UMK pada klaster 1 sebagian besar adalah langsung dijual ke pasar. Sebanyak 50 UMK pada klaster 1 menjual produk yang dihasilkannya langsung ke pasar. Sebanyak 21 UMK menjual produknya secara konsinyiasi dan sebanyak 29 UMK menjual produknya kepada pedagang, pabrik pengolah tepung, dan menjual langsung di tempat produksi. Klaster 2 sebagai kelompok UMK yang berkembang memiliki karakteristik usaha yang berbeda dengan klaster 1. Karakteristik usaha pada klaster 2 ditampilkan pada Tabel 21. Tabel 21 Karakteristik usaha UMK pada klaster 2 Kategori Keterangan Jumlah Responden orang Presentase Lama Usaha 1-10 3 50 11-20 3 50 Awal Kepemilikan Usaha Merintis Sendiri 4 67 Turun Temurun 2 33 Kepemilikan Izin Memiliki izin 6 100 Tidak memiliki izin Sumber Modal Modal Sendiri Lembaga KeuanganBank 6 100 Sistem Pemasaran Konsinyiasi Jual langsung ke pasar Lainnya 2 4 33 67 Sumber: Data Primer, diolah 2013 Berdasarkan Tabel 21 dapat dilihat bahwa lama usaha yang dijalankan oleh pemilik UMK pada klaster 2 berkisar antara 1 hingga 20 tahun dengan persentase 1-10 tahun sebesar 50 dan 11-20 tahun sebesar 50. Sebanyak 67 pemilik usaha merintis sendiri usahanya sedangkan pemilik UMK yang menjalankan usaha turun temurun yaitu sebesar 33. Seluruh UMK sektor makanan dan minuman pada klaster 2 memiliki izin usaha. Sumber modal UMK untuk mengembangkan usahanya berasal dari lembaga keuanganbank. Sistem pemasaran pada klaster 2 dilakukan dengan menjual produk langsung ke pasar dan menggunakan sistem pemasaran lain. Sebanyak 67 UMK melakukan pemasaran dengan cara dijual di tempat produksi, dijual langsung ke konsumen dan dijual kepada pedagang. Selain karakteristik responden dan usaha, karakteristik tenaga kerja juga perlu untuk di analisis. Karakteristik tenaga kerja pada klaster 1 ditampilkan pada Tabel 22. Tabel 22 Karakteristik tenaga kerja UMK pada klaster 1 Kategori Keterangan Jumlah Responden Orang Persentase Jenis Tenaga Kerja Tenaga Kerja Bulanan 5 21 Tenaga Kerja Borongan 11 46 Dikerjakan oleh Pemilik 8 33 Hubungan Tenaga Kerja Keluarga 11 46 Bukan Keluarga 13 54 Sumber: Data Primer, diolah 2013 Tabel 22 menunjukkan bahwa jenis tenaga kerja pada klaster 1 terdiri atas tenaga kerja bulanan yaitu sebesar 21, tenaga kerja borongan sebesar 46 dan sebanyak 33 responden melakukan proses produksi sendiri tanpa menggunakan tenaga kerja baik dari dalam keluarga maupun dari luar keluarga. Usaha mikro dan kecil yang memperkerjakan tenaga kerja dengan hubungan keluarga sebesar 46, sisanya merupakan tenaga kerja yang tidak memiliki hubungan keluarga. Selanjutnya, karakteristik tenaga kerja pada klaster 2 ditampilkan pada Tabel 23. Tabel 23 Karakteristik tenaga kerja UMK pada klaster 2 Kategori Keterangan Jumlah Responden Orang Persentase Jenis Tenaga Kerja Tenaga Kerja Bulanan 1 17 Tenaga Kerja Borongan 5 83 Hubungan Tenaga Kerja Keluarga Bukan Keluarga 6 100 Sumber: Data Primer, diolah 2013 Tabel 23 menunjukkan bahwa jenis tenaga kerja pada klaster 2 terdiri atas tenaga kerja bulanan sebesar 17 dan tenaga kerja borongan sebesar 83. Seluruh UMK yang ada dalam klaster 2 menggunakan tenaga kerja di luar keluarga. Jumlah rata-rata tenaga kerja UMK di klaster 2 adalah 9 orang. Hal ini menunjukkan bahwa UMK pada klaster 2 harus dikembangkan dalam upaya meningkatkan jumlah lapangan kerja. 6.2.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan UMK Sektor Makanan dan Minuman di Kota Bogor Pemilik usaha pada klaster 1 dan klaster 2 memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi kemajuan atau kemunduran usahanya. Iwantono 2006 menyatakan bahwa faktor penentu kelangsungan usaha dapat dikelompokkan menjadi faktor-faktor yang dapat dikontrol oleh perusahaan dan faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan. Faktor-faktor yang dapat dikontrol oleh perusahaan antara lain harga barang yang bersangkutan, kegiatan promosi, kualitas barang, desain, saluran distribusi, dan bonus. Sementara itu, faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan adalah faktor yang bersumber dari sifat konsumen, faktor-faktor yang bersumber dari tingkah laku pesaing dan faktor- faktor lain diluar kedua golongan tadi. Faktor-faktor yang bersumber dari sifat-sifat konsumen antara lain daya beli yang merupakan turunan dari tingkat pendapatan, selera atau preferensi, tingkat ekspektasi, umur, jenis kelamin, dan sebagainya. Faktor-faktor yang bersumber dari tingkah laku pesaing adalah penawaran barang substitusi dan komplementer. Faktor-faktor lain yang diluar dua golongan tersebut adalah peraturan pemerintah, kepercayaan masyarakat, jumlah penduduk, cuaca dan variabel lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan UMK ditampilkan pada Tabel 24.