62
relatif normal pada masa Orde Baru, namun pada masa 1970-an bersamaan dengan suburnya sekularisasi, musibah tersebut menggoncang pesantren
lagi. Jadi secara umum, pada masa Orde Konstitusional, pesantren dapat hidup dan berkembang sangat pesat dengan berbagai variasinya. Keadaan
yang membaik ini disokong oleh pergeseran strategi dakwah Islam dari pendekatan ideologis ke arah pendekatan kultural. Demikianlah konjungtur
kehidupan pesantren yang berliku-liku. Berbagai tantangan besar telah dihadapi melalui langkah-langkah strategis sehingga masih mampu
bertahan sampai sekarang dan diakui sebagai aset sekaligus potensi pembangunan Mujamil Qomar, 2005: 7-15.
c. Elemen-elemen Pesantren
Lahirnya suatu pesantren berawal dari beberapa elemen dasar yang selalu ada di dalamnya. Ada lima elemen pesantren, antara satu dan lainnya
tidak dapat dipisahkan. Kelima elemen tersebut adalah kyai, santri, pondok, masjid, dan pengajaran kitab klasik kitab kuning Amin Hanif., 2004:
25. 1 Kyai
Kyai atau pengasuh pondok pesantren merupakan elemen yang sangat esensial bagi suatu pesantren. Kyai di pondok pesantren biasanya
juga sekaligus sebagai penggagas dan pendiri dari pesantren yang bersangkutan.
63
Di sini, kyai mengacu pada pengertian yakni gelar yang diberikan kepada para pemimpin agama Islam atau pondok pesantren dan
mengajarkan berbagai jenis kitab-kitab klasik kuning kepada para santrinya Amin Hanif, 2004: 28.
2 Santri Santri adalah siswa atau murid yang belajar di pesantren. Dalam
pemakaian bahasa modern, santri memiliki arti sempit dan arti luas. Dalam pengertian sempit, santri adalah seorang pelajar sekolah agama,
sedangkan pengertian yang lebih luas dan umum, santri mengacu pada seorang anggota bagian penduduk jawa yang menganut Islam dengan
sungguh-sungguh, rajin shalat, pergi ke masjid pada hari J um’at dan
sebagainya Ali Anwar, 2011: 22. Pada umumnya, santri terbagi dalam dua kategori. Pertama, santri
mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap di pesantren. Kedua, santri kalong, yaitu murid yang berasal
dari daerah sekitar pesantren. Santri kalong bolak-balik nglajo dari rumahnya sendiri, dan berangkat ke pesantren ketika ada tugas belajar
dan aktifitas pesantren lainnya Amin Hanif, 2004: 35. 3 Pondok
Pondok asrama, tempat tinggal para santri merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakannya dengan sistem pendidikan
64
lainnya yang berkembang di kebanyakan wilayah Islam negara-negara lain. Pondok asrama tersebut berada di lingkungan pesantren yang
terdiri dari rumah tinggal kyai, masjid, ruang untuk belajar, mengaji, dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.
Ada beberapa alasan mengapa pesantren harus menyediakan pondok. Pertama, kemasyhuran seorang kyai dan kedalaman pengetahuannya,
merupakan daya tarik para santri dari jauh untuk dapat menggali ilmu dari kyai tersebut secara terus-menerus dalam waktu yang sangat lama,
sehingga santri tersebut harus menetap. Kedua, hampir semua pesantren berada di daerah terpencil, jauh dari keramaian dan tidak tersedianya
perumahan yang cukup untuk menampung para santri, dengan demikian diperlukan pondok khusus. Ketiga, adanya timbal balik antara santri dan
kyai, dimana santri menganggap kyai seperti bapaknya sendiri, sedangkan kyai memperlakukan santri seperti anaknya sendiri Amin
Hanif, 2004: 31. 4 Masjid
Seorang kyai yang ingin mengembangkan pesantren, pada umumnya yang pertama-tama menjadi prioritas adalah masjid. Masjid dianggap
sebagai simbol yang tidak terpisahkan dari pesantren. Masjid tidak hanya sebagai tempat praktek ibadah, namun juga tempat pengajaran
kitab-kitab klasik dan aktifitas pesantren lainnya.
65
Kendatipun sekarang ini model pendidikan di pesantren mulai dialihkan di kelas-kelas seiring dengan perkembangan sistem
pendidikan modern, bukan berarti masjid kehilangan fungsinya. Para kyai umumnya masih setia menyelenggarakan pengajian kitab kuning
dengan sistem sorogan dan bandongan atau wetonan di masjid. Pada sisi lain, para santri juga tetap menggunakan masjid sebagai tempat belajar.
Jadi, pentingnya masjid sebagai tempat segala macam aktifitas keagamaan termasuk juga aktifitas kemasyarakatan karena spirit bahwa
masjid adalah tempat yang mempunyai nilai ibadah Amin Hanif 2004: 33-34.
5 Pengajaran Kitab Kuning Berdasarkan catatan sejarah, pesantren telah mengajarkan kitab-kitab
klasik, khususnya karangan- karangan madzhab syafi’iyah. Pengajaran
kitab-kitab kuning berbahasa Arab dan tanpa harakat atau sering disebut kitab Gundulmerupakan satu-satunya metode yang secara formal
diajarkan dalam komunitas pesantren di Indonesia. Keseluruhan kitab-kitab klasikyang diajarkan di pesantren dapat
digolongkan ke dalam delapan kelompok. Delapan kelompok tersebut adalah nahwu sintaksis dan shorof morfologi, fiqh, ushul figh, hadit,
tafsir, tauhid, tassawuf dan etika, dan cabang lain seperti tarikh dan balaghah Amin Hanif, 2004: 37-39.
66
d. Tujuan Pendidikan Pesantren