49
b PBI No. 28 PBI 2000 tentang Pasar Uang antar Bank Berdasarkan Prinsip Syariah, berikut penjelasannya.
c PBI No. 29PBI 2000 tentang Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia,
berikut penjelasannya. d PBI No. 41PBI 2002 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank
Umum Konvensional menjadi Bank Umum Berdasarkan Syariah dan Pembukaan Kantor Bank Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank
Umum Konvensional, berikut penjelasannya. e PBI No. 5 3PBI2003 tentang Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek
bagi Bank Syariah, berikut penjelasannya. f PBI No. 57.PBI2003 tentang Kualitas Aktiva Produktif bagi Bank
Syariah, berikut penjelasannya. g PBI No. 59PBI 2003 tentang Penyisihan Penghapusan Aktiva bagi
Bank Syariah, berikut penjelasannya. 3 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tentang Bank Perkreditan
Syariah berdasarkan Prinsip Syariah.
c. Produk-produk Bank Syariah
Hubungan ekonomi berdasarkan syariahIslam secara garis besar ditentukan oleh hubungan aqadyang terdiri dari lima konsep dasar.
Bersumber dari lima konsep dasar inilah dapat ditemukan produk-produk
50
lembaga keuangan bank syariah dan lembaga keuangan bukan bank syariah untuk dioperasionalkan. Kelima konsep tersebut adalah:
1 Prinsip Simpanan Murni Al- Wadi’ah
Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank syariah untuk memberikan kesempatanm bentuk al-
Wadi’ah. Fasilitas al-
Wadi’ah biasa diberikan untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya giro dan tabungan. Dalam
dunia perbankan konvensional al- Wadi’ah identik dengan giro.
2 Bagi Hasil Syirkah Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian
hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana,
maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah.
Lebih jauh prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk produk pendanaan tabungan dan deposito maupun
pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan atau penyertaan.
3 Prinsip Jual Beli at-Tijarah Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara
jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang
51
dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang
tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan margin. Implikasinya dapat berupa: Murabahah,
salam, dan Istishna’.
4 Prinsip Sewa al-Ijarah Prinsip ini secara garis besar terbagi menjadi dua jenis: 1
Ijarah, sewa murni, seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk lainnya operating lease. Dalam teknis perbankan, bank
dapat membeli dahulu equipment yang dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam waktu dan hanya yang telah disepakati kepada
nasabah. 2 Bai al takjiri atau ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa
mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa finansial lease.
5 Prinsip Jasa Fee al-Ajr walumullah Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang
diberikan bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi, Kliring, Inkaso, Jasa, Transfer, dll. Secara syariah
prinsip ini didasarkan pada konsep al ajr wal umullah.
52
Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka
mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan misalnya modal usaha,
dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Secara garis besar, pengembangan produk bank syariah dikelompokkan menjadi
tiga kelompok, yaitu: 1 Produk Penghimpunan Dana
2 Produk Penyaluran Dana 3 Akad Pelengkap
Adapun penjelasan dari masing-masing produk operasional bank syariah adalah sebagai berikut:
1 Produk Penghimpunan Dana Produk ini terdiri dari dua prinsip, yaitu prinsip
wadi’ah dan prinsip mudharabah.
a Prinsip Wadi’ah
Prinsip wadi’ah implikasi hukumnya adalah nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai
peminjam. Prinsip ini dikembangkan berdasarkan ketentuan- ketentuan sebagai berikut:
53
1 Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan
imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif
2 Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup ijin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan
lain yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah
3 Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti biaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang
benar-benar terjadi 4 Ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan
tabungan tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah
Prinsip wadi’ah dalam produk bank syariah dapat dikembangkan
menjadi dua jenis, yaitu wadi’ah yad amanah dan wadi’ah yad
dhomanah. b Prinsip Mudharabah
Aplikasi prinsip ini adalah bahwa deposan atau penyimpan bertindak sebagai shahibul mal dan bank sebagai mudharib. Dana ini
digunakan bank untuk melakukan pembiayaan akad jual beli maupun
54
syirkah. Jika terjadi kerugian maka bank bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi. Prinsip mudharabah mempunyai rukun, yaitu
ada pemilik dana, ada usaha yang akan dibagihasilkan, ada nisbah, dan ada ijab qabul.
Aplikasi prinsip mudharabah ini terdapat pada tabungan berjangka
dan deposito
berjangka. Muhammad
2011:92 menyebutkan bahwa berdasarkan kewenangan, prinsip mudharabah
dibagi menjadi tiga, yaitu: 1 Mudarabah mutlaqah
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu
tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan
jasa yang dihimpun. 2 Mudharabah Muqayadah on Balance Sheet
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus restricted investment dimana pemilik dana dapat menetapkan
syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. 3 Mudharabah Muqayadah off Balance Sheet
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, dimana bank
55
bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan
syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksana
usahanya. 2 Produk Penyaluran Dana
Menurut Muhammad 2011:96, produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu:
a Prinsip Jual Beli Tijaroh Mekanisme jual beli adalah upaya yang dilakukan dengan dua
pola, yaitu: 1 Dilakukan untuk transfer of property, 2 Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi harga jual barang.
Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk-bentuk pembiayaan sebagai berikut:
1 Pembiayaan Murabahah dari kata ribhu yang berarti keuntungan. Bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli.
Barang diserahkan segera dan pembayaran dilakukan secara tangguh.
2 Salam jual beli barang belum ada. Pembayaran tunai, barang diserahkan tangguh. Bank sebagai pembeli, dan nasabah sebagai
56
penjual. Dalam transaksi ini ada kepastian tentang kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan.
3 Istishna’, jual beli seperti akad salam maupun pembayarannya
dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran. Istishna’
diterapkan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi. b Prinsip Sewa Ijarah
Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun
perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek
transaksinya adalah jasa. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada nasabah. Karena itu
dalam perbankan syariah dikenal ijarah muntahhiyah bittamlik sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan. Harga sewa dan
harga jual disepakati pada awal perjanjian. c Prinsip Bagi Hasil Syirkah
Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syariah dioperasionalkan dengan pola-pola sebagai berikut:
1 Musyarakah, adalah kerjasama dalam suatu usaha oleh dua pihak.
57
2 Mudharabah, kerjasama dengan shahibul mal memberikan dana 100 kepada mudharib yang memiliki keahlian.
3 Akad Pelengkap Akad pelengkap dikembangkan sebagai akad pelayanan jasa.
Akad ini dioperasionalkan dengan pola sebagai berikut: a Alih Utang-piutang Al-Hiwalah, transaksi pengalihan utang
piutang. Dalam praktik perbankan fasilitas hiwalah lazimnya digunakan untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai
agar dapat melanjutkan produksinya. Bank endapat ganti biaya atas jasa pemindahan pitang.
b Gadai Rahn, untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.
c Al-Qardh, pinjaman kebaikan. Al-Qardh digunakan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan berjangka pendek.
Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq dan
shadaqah d Wakalah. Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili
dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer, dsb.
e
Kafalah, bank garansi digunakan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat mempersyaratkan
58
nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan
prinsip wadi’ah. Bank dapat ganti biaya atas jasa yang diberikan
6. Pondok Pesantren