Kompetensi Sosial. Kompetensi Pedagogik.

45 pendidik dilakukan dengan peserta didik, teman sejawat dan kepala sekolah sedangkan di luar sekolah pendidik membangun komunikasi dengan orang tua dan masyarakat. Kompetensi sosial pendidik dapat juga lahir dalam bentuk pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama, pengetahuan tentang budaya dan tradisi, estetika, tidak diskriminatif, santun, dan terbuka dalam membagi pengalaman dengan rekan seprofesi. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir d dikemukakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tuawali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang Pendidik, bahwa kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat, yang sekurang- kurangnya memiliki kompetensi untuk : a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat. b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua atau wali peserta didik; dan d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. Berkaitan dengan tanggung jawab, pendidik harus mengetahui serta memahami nilai norma dan nilai sosial serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Pendidik juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah dan dalam kehidupan bermasyarakat. Berkenaan dengan wibawa pendidik harus memiliki kelebihan 46 dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sesuai dengan metapelajaran yang menjadi tanggungjawabnya. Pendidik juga harus mampu mengambil keputusan secara mandiri independent terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik, dan lingkungan. Pendidik harus mampu bertindak dan mengambil keputusan secara cepat, tepat waktu, dan tepat sasaran, terutama berkaitan dengan masalah pembelajaran dan peserta didik, tidak menunggu perintah atasan atau kepala sekolah. Sedangkan disiplin, dimaksudkan bahwa pendidik harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten atas kesadaran profesional, karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam menanamkan disiplin pendidik harus dimulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan perilakunya. Disinilah pentingnya kompetensi personal atau pribadi guru. Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, pendidik harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik dirasakan lebih berat dibanding profesi lainnya. Pendidik dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu pendidik harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang dimasyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal. Secara nasional, nasional nilai-nilai tersebut sudah dirumuskan namun masih ada nilai tertentu yang belum terwadahi dan harus dikenal oleh pendidik, supaya dapat melestarikannya, dan berniat untuk tidak 47 berperilaku yang bertentangan dengan nilai tersebut. Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat pendidik menyikapi hal tersebut sehingga tidak terjadi benturan nilai antara pendidik dan masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik. Untuk kepentingan tersebut, wawasan nasional mutlak diperlukan dalam pendidikan dan pembelajaran. Mengenai hal tersebut, Kompetensi Sosial penting untuk dimiliki oleh seorang pendidik, berikut ini adalah beberapa pembahasan mengenai pentingnya Kompetensi Sosial menurut Dinas Pendidikan Kab. Madiun 2009 pada Permendiknas No.16 Tahun 2007, Kompetensi Sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Kompetensi tersebut meliputi : a. Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak dikriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, dan kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi, meliputi : 1 Bersikap inklusif dan obyektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran; 2 Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi. b. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat, meliputi: 48 1 Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara santun, empatik, dan efektif. 2 Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun, empatik dan efektik tentang program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik. 3 Mengikutsertakan orangtua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik. c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman budaya, meliputi ; 1 Berdaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektifitas sebagai pendidik. 2 Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan. d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentul lain, meliputi; 1 Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka meningkatkan kulaitas pembelajaran. 2 Mengkomunikasikan hasil-hasil pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan maupun bentuk lain. Pendidik dalam menjalani kehidupannya adalah menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, serta lingkungannya. Profesi pendidik pada 49 posisi tertinggi dan termulia dalam berbagai tingkat pekerjaan masyarakat, pendidik mengemban dua misi sekaligus, yaitu tugas keagamaan, ketika pendidik melakukan kebaikan dengan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada manusia sebagai makhluk termulia di muka bumi ini. Sedangakan yang termulia dari tubuh manusia adalah hatinya. Pendidik bekerja menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, dan membawakan hati itu mendekati Tuhan Yang Maha Esa. Kedua tugas sosiopolitik kekhalifahan, dimana pendidik membangun, memimpin, dan menjadi teladan yang menegakkan keteraturan, kerukunan, dan menjamin keberlangsungan masyarakat, yang keduanya berujung pada pencapaian kebahagiaan di akhirat. Oleh karena itu, pendidik harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Berkaitan dengan tanggung jawab, pendidik, harus mengetahui serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Pendidik juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah dan dalam kehidupan bermasyarakat. Berkenaan dengan wibawa, pendidik harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sesuai dengan matapelajaran yang menjadi tanggungjawabnya. Pendidik juga harus mampu mengambil keputusan secara mandiri independent terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik, dan lingkungan. Pendidik harus mampu bertindak dan mengambil keputusan secara 50 cepat, tepat waktu, dan tepat sasaran, terutama berkaitan dengan masalah pembelajaran dan peserta didik, tidak menunggu perintah atasan atau kepala sekolah. Disiplin dimaksudkan bahwa pendidik harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran profesional, karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah, terutama dalam pembelajaran, oleh karena itu dalam menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri dalam berbagai tindakan dan perilakunya. Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, pendidik harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik dirasakan lebih berat dibanding profesi lainnya. a. Berkomunikasi dan Bergaul secara efektif. Kompetensi Sosial memegang peranan penting bagi seorang pendidik, karena sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah masyarakat, pendidik perlu memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya misalnya melalui kegiatan olahraga, keagamaan, dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab jika tidak pergaulan akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat. Di sekolah pendidik diamati dan dinilai oleh peserta didik dan oleh teman sejawat serta kepala sekolah, maka di masyarakat dinilai dan diawasi oleh masyarakat, dalam kesempatan tertentu sejumlah peserta didik membicarakan kebaikan pendidik tetapi dalam situasi lain mereka membicarakan kekurangannya, oleh karena itu sebaiknya pendidik sering 51 meminta pendapat teman sejawat atau peserta didik tentang penampilannya sehari-hari, baik di sekolah maupun di masyarakat dan segera memanfaatkan pendapat yang telah diterima dalam upaya mengubah atau memperbaiki penampilan tertentu yang kurang tepat. Terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki pendidik agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif baik di sekolah maupun di masyarakat. Ketujuh kompetensi tesebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1 Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama. 2 Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi. 3 Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi. 4 Memiliki pengetahuan tentang estetika 5 Memiliki apresiasi dan kesadaran moral. 6 Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan. 7 Setia terhadap harkat dan martabat manusia. E. Mulyasa 2007:176 b. Menjalin Kerja Sama dengan Orang Tua. Menurut Soeminarti Padmonodewo 2003: 126 keterlibatan orang tua ketika di sekolah akan meringankan pendidik dalam membina kepercayaan diri anak, mengurangi masalah disiplin murid dan meningkatkan motivasi anak. Hal tersebut yang menjadi alasan yang kuat mengapa para pendidik menginginkan para orang tua melibatkan diri dalam pendidikan buah hati mereka. Pendidik dengan intensif berkomunikasi dengan para orang tua murid. Orang tua mempunyai hak untuk mengetahui kemajuan pandidikan anaknya. Pendidik sebaiknya selalu merespon terhadap rasa ingin tahu orang tua terhadap prestasi anak, sebaiknya antara guru dan orang tua terjalin komunikasi yang timbal balik. Komunikasi efektif menuntut baik orang tua maupun guru 52 mengirimkan dan menerima keterangan tentang anak. Pendidik yang menganggap orang tua sebagai pasangan atau rekan kerja yang penting dalam pendidikan prasekolah, akan makin menghargai dan terbuka terhadap kesediaan kerja sama orang tua. Salah satu teknik komunikasi yang diberlakukan dapat berlangsung melalui teknik komunikasi resmi dengan cara kunjungan rumah. Kunjungan rumah adalah salah satu bentuk kegiatan untuk melakukan kemudahan komunikasi guru dengan orang tua. Seperti konferensi dengan orang tua, pendidik sebaiknya juga harus mengikuti ketentuan- ketentuan tertentu. Kunjungan rumah harus melalui perjanjian terlebih dahulu. Tepat waktu kedatangan sesuai dengan perjanjian. Kunjungan hanya berlangsung 45-60 menit. Membatasi diskusi-diskusi yang akan dilakukan sesuai dengan yang telah direncanakan. Mendengarkan adalah salah satu bagian komunikasi yang terpenting dalam komunikasi yang berhasil. Sementara itu pendidik dapat melakukan pengamatan yang cermat terhadap lingkungan rumah, sehingga orangtua akan mendapat gambaran yang jelas dalam lingkungan yang bagaimana anak didiknya dibesarkan. Menurut Sardiman 1990: 162-177 kompetensi pendidik yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang pendidik adalah : 1 Menguasai Bahan. Sebelum pendidik tampil di depan kelas untuk mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai materi yang akan dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan yang dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar. 53 2 Mengelola Kelas. Ketika mengajar di dalam kelas, pendidik dituntut untuk mampu mengelola kelas. Menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar mengajar, jika belum kondusif pendidik harus berusaha seoptimal mungkin untuk membenahinya, oleh karena itu kegiatan mengelola kelas akan menyangkut mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar yang serasi. 3 Menggunakan Media atau Sumber. Beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh pendidik dalam menggunakan media yaitu : a Mengenal, memilih dan menggunakan sesuatu media. Hal ini perlu selektif karena dalam menggunakan sesuatu media tersebut juga harus mempertimbangkan komponen-komponen yang lain dalam proses belajar mengajar, misalnya materi dan metode yang akan digunakan. b Membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana. Maksudnya agar mudah didapat dan tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda. c Menggunakan mengelola laboraturium dalam rangka proses pembelajaran. Misalnya untuk kegiatan penelitian. d Menggunakan buku pegangan atau buku sumber. Buku sumber perlu lebih dari satu dan kemudian ditambah buku-buku lain yang menunjang. e Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar. 4 Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah. 54 Seorang pendidik memiliki tugas dan perannya di sekolah pendidik juga sebagai pembimbing ataupun konselor atau penyuluh, oleh karena itu pendidik harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan serta harus menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah agar kegiatan interaksi belajar mengajar bersama peserta didik menjadi lebih tepat dan produktif. 5 Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. Pendidik di sekolah disamping berperan sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing juga seabagai administrator, dengan demikian maka pendidik harus mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. Hal ini sebagai upaya pelayanan terhadap para peserta didik.

B. Penelitian yang Relevan.

Dari sekian banyak penelitian yang dilakukan mengenai anak usia dini, berikut ini adalah beberapa hasil penelitian yang dinilai relevan dengan penelitian yang mengangkat masalah anak usia dini, diantaranya adalah : 1. Menurut penelitian Amiludin tentang pola asuh anak usia dini di Kelompok Bermain percontohan BPKB Ujung Pandang menemukan bahwa proses pengasuhan anak cenderung menerapkan pola otorarium karena pengasuh kurang memberikan kebebasan pada anak melakukan aktivitas bermain sambil belajar. Sesuai dengan keinginan anak seperti memilih jenis permainan dan teman bermain. Di samping itu ditemukan pula bahwa ada kecenderungan pengasuhan yang memaksakan akselerasi tempo perkembangan yang instant. Alimidin. 2007:71 55 2. Penelitian yang dilakukan Sodiq A. Kuntoro tentang hubungan faktor guru, strategi instruksional dan hasil belajar siswa TK di Kabupaten Sleman DIY mengungkapkan bahwa strategi instruksional yang dilakukan guru lebih memegang peranan sentral dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor kualifikasi guru seperti latar belakang pendidikan guru, pandangan guru mengenai pendidikan, kapasitas kreatif guru merupakan faktor yang mempunyai peranan nyata dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Namun, demikian peranan faktor tersebut terhadap hasil belajar siswa kurang memegang peranan sentral, sebab pengaruh faktor tersebut terhadap hasil belajar siswa kurang memegang peranan sentral. Pengaruh faktor tersebut terhadap hasil belajar siswa lebih kuat terjadi melalui strategi instruksional guru, lebih lanjut dikemukakan bahwa strategi instruksional yang terbuka dan responsif lebih mendorong siswa terlibat dalam kegiatan belajar dan dengan begitu meningkatkan hasil belajar. Sodiq A. Kuntoro, 1998:98

C. Kerangka Berpikir.

Pendidik Anak Usia Dini berperan penting didalam proses belajar anak. Para pendidik PAUD harus profesional, artinya bekerja sesuai prosedur, etika profesi dan ilmu PAUD, serta tidak melakukan kesalahan. Hal tersebut dapat dipahami bahwa pendidik anak Usia Dini adalah faktor manusiawi yang dengan sengaja dan berencana melibatkan diri dalam proses transformasi pembelajaran dengan rasa cinta dan kasih sayang serta tanggung jawab yang disadari penuh. Seorang Tenaga Kependidikan menurut Soewarmin, 56 1987:162 dapat disebut sebagai pendidik yang baik apabila mereka merasa terpanggil sebagai tugas suci, mencintai dan mengasih sayangi warga belajar serta mempunyai rasa tanggung jawab yang didasari penuh akan tugasnya. Seorang pendidik anak usia dini mengemban tugas yang tidak mudah. Bahkan paling sulit diantara jenjang pendidikan lainnya. Selain harus memiliki rasa sayang yang besar kepada anak dan personalitas yang baik, menarik dan energik, pendidik juga harus menguasai ilmu pendidikan, psikologi perkembangan anak, konsep-konsep dasar bidang studi, dan ilmu membelajarkan anak. Selain itu juga harus menguasai administrasi pendidikan dan manajemen pendidikan dasar. Para pendidik anak usia dini harus mampu mengikuti perkembangan masyarakat, karena anak sangat peka terhadap berbagai hal baru. Sering kali anak-anak tahu terlebih dahulu tentang sesuatu hal dibanding gurunya. Para pendidik juga harus mengikuti kegiatan pengembangan profesinya melalui berbagai organisasi profesi seperti Ikatan Guru Taman Kanak Kanak Indonesia IGTKI, Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman Kanak-Kanak Indonesia GOPTKI, dan Asosiasi Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia SIPADI. Pendidik PAUD juga harus mengenal organisasi struktural pemerintah dari pusat sampai daerah yang mengelola PAUD, seperti Subdirektorat TK-SD, Direktorat PAUD, dan Dinas TK-SD. Melalui organisasi tersebut para pendidik bisa bertukar pengalaman dan ide melalui seminar, workshop, dan simposium untuk mengembangkan PAUD dengan adanya persoalan yang telah dikemukakan diatas harus diatasisecara terpadu. Pemerintah, masyarakat, dan perguruan tinggi harus 57 bekerjasama untuk mengembangkan PAUD. Pemerintah harus menempatkan dan mengembangkan PAUD minimal setara dengan pendidikan dasar dan menengah. Perguruan tinggi mempersiapkan pendidik anak usia dini yang berkualitas, baik melalui program D-2 maupun S-1, S-2, dan S3. Asosiasi PAUD perlu dikembangkan sebagai wahana temu ilmiah dan pengembangan profesi pemerhati PAUD. Berbagai buku, alat permainan, dan sarana pembelajaran untuk anak usia dini perlu dikembangkan. Pemerintah telah menetapkan bahwa pendidik PAUD harus setara dengan program D-2 atau lulusan Dari S1 Pendidikan PAUD. Akan tetapi kondisi di lapangan masih sangat jauh dari harapan.

D. Pertanyaan Penelitian.

Untuk mengarahkan penelitian yang dilaksanakan agar dapat memperoleh hasil yang optimal, maka perlu adanya pertanyaan penelitian antara lain : 1. Bagaimana profil kelembagaan Kelompok Bermain Bim Bim Cha? 2. Bagaimana kompetensi sosial pendidik di Kelompok Bermain Bim Bim Cha ? 3. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi sosial yang dimiliki pendidik di Kelompok Bermain Bim Bim Cha ? 4. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam meningkatkan Kompetensi Sosial pendidik di Kelompok Bermain Bim Bim Cha? 58

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian.

Pendekatan Penelitian merupakan keseluruhan cara atau kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian mulai dari merumuskan masalah sampai dengan penarikan suatu kesimpulan Muhammad Ali 1985:81 Pendekatan dalam penelitian ini, menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini sesuai dengan pengertian study kasus yang di kemukakan oleh A.N Sandhu dan Armajit Singh yang dikutip oleh Sayekti 1986: 112, bahwa “The case study is this a form qualitative analysis involving the very carefull and complete observation of a person, a situation or an insituation.” Artinya Study Kasus merupakan bentuk analisis kualitatif dengan melakukan observasi yang cermat tentang seorang manusia, satu situasi atau suatu lembaga. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Melalui pendekatan ini dimaksudkan peneliti dapat membuat deskripsi atau keterangan secara sistematik tentang data yang ada dilapangan tentang Kompetensi sosial pendidik anak usia dini di Kelompok Bermain Bim Bim Cha, Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta.

B. Waktu dan Tempat Penelitian.

Penelitian tentang kompetensi sosial pendidik PAUD di Kelompok Bermain KB Bim Bim Cha Condong Catur Depok Sleman Yogyakarta akan dilaksanakan pada :