bagian kedua berisi reka ulang peristiwa sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 18 Agustus 1945, dengan menekankan pada
bagian musyarawah di mana para Bapak Pendiri Bangsa melakukan pengubahan pada rumusan sila pertama Pancasila yang terkandung di
dalam teks Pembukaan Undang- undang Dasar 1945 dari “
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya
” menjadi “
Ketuhanan Yang Maha Esa ”.
2.8 Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil wawancara guru, diketahui bahwa guru sudah menggunakan bahan ajar berbasis teknologi dengan sumber bahan ajar yang
juga beragam. Selain itu, guru juga sudah menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi dengan meminimalisasi ceramah dan menggiatkan aktivitas
presentasi siswa. Meski demikian, proses pembelajaran terkendala oleh keterbatasan akses siswa terhadap bahan ajar karena buku paket yang
menjadi pegangan hanya bisa digunakan di sekolah sehingga menjelang ulangan siswa biasanya hanya mengandalkan buku catatan sebagai sumber
belajar. Diungkapkan pula bahwa siswa mudah merasa bosan dan mengeluhkan bahwa materi pelajaran dirasa kurang relevan dengan
kehidupan mereka di masa kini. Sementara itu, dari angket kebutuhan siswa, diketahui bahwa siswa
menginginkan bahan ajar dengan bahasa yang mudah dimengerti dan disertai
dengan berbagai media pendukung seperti gambar atau film supaya pembelajaran tidak membosankan.
Dari hasil studi kebutuhan guru dan siswa, maka peneliti mengembangkan bahan ajar inovatif. Inovasi dalam bahan ajar diwujudkan
dalam tiga hal, yaitu penggunaan model pembelajaran Pedagogi Reflektif untuk melengkapi aspek pembelajaran yang selama ini sudah berlangsung
serta membantu siswa menemukan relevansi pelajaran dengan hidupnya sehari hari, penerapan konsep historiografi modern dalam penulisan bahan
ajar untuk mengaktualisasikan peristiwa masa lampau dalam pembangunan karakter dan identitas siswa, serta pemanfaatan TIK untuk memenuhi
kebutuhan siswa akan media belajar yang bervariasi dan menarik. Pengembangan bahan ajar inovatif ini diwujudkan dalam bentuk
desain produk berupa modul bahan ajar. Bahan ajar modul dipilih karena selain bisa memfasilitasi akses siswa terhadap bahan ajar, modul juga bisa
memberikan petunjuk kepada siswa untuk belajar lebih mandiri dan juga mengevaluasi perkembangannya setelah melewati proses pembelajaran.
2.9 Langkah-langkah Penulisan Bahan Ajar
Langkah penulisan bahan ajar dalam makalah ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan dari bahasa Inggris Research
Development, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk dan menguji keefektifan produk tersebut. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan ditunjukkan pada gambar berikut
22
:
Sehubungan dengan tujuan penulisan makalah yaitu untuk menganalisis dan mendeskripsikan bentuk bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas
XI IPS SMA BOPKRI 2, maka prosedur pengembangan bahan ajar sejarah dalam makalah ini dibatasi hanya sampai pada tahap desain produk sebagai
berikut:
Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tahap penelitian
dan pengembangan
Hasil
Potensi dan
Masalah -
Potensi yang ditemukan dari pembelajaran sejarah di kelas XI IPS SMA Bopkri 2 selama ini adalah
metode dan sumber ajar yang digunakan oleh guru sudah sesuai dengan konteks situasi siswa. Guru
22
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan RD, Alfabeta, Bandung, 2010, hlm. 408-416.
Potensi dan Masalah
Pengumpulan Data
Desain Produk
Validasi Desain
Revisi Desain
Ujicoba Produk
Revisi Produk
Ujicoba pemakaian
Revisi Produk Produksi
Massal
Potensi dan Masalah
Pengumpulan Data
Desain Produk
Validasi Desain