Pendekatan Saintifik KAJIAN PUSTAKA

suatu proses yang memunculkan makna dalam pengalaman manusiawi dengan: a. memahami kebenaran yang dipelajari secara lebih baik; b. mengerti sumber-sumber perasaan dan reaksi yang dialami dalam menelaah sesuatu; c. memperdalam pemahaman tentang implikasi yang telah dimengerti bagi diri sendiri dan bagi orang lain; d. berusaha menemukan makna bagi diri pribadi tentang kejadian- kejadian, ide-ide, kebenaran atau pemutarbalikan dari kebenaran dan sebagainya; dan e. mulai memahami siapa dirinya dan bagaimana seharusnya sikapnya terhadap orang lain. 4 Aksi Aksi merujuk pada pertumbuhan batin seseorang yang didasarkan pada pengalaman yang telah direfleksikan dan juga pada manifestasi lahiriahnya. Istilah ini mencakup dua langkah, yaitu: a. Pilihan-pilihan batin Setelah berefleksi, siswa mempertimbangkan pengalamannya dari sudut pandang pribadi dan manusiawi. Kemauan baru akan tergerakkan, setelah terjadi pemahaman kognitif mengenai pengalaman tersebut yang disertai perasaan-perasaan afektif, baik positif maupun negatif. Makna yang tertangkap dan dinilai akan menyajikan pilihan yang harus diambil, yang dapat muncul saat siswa memutuskan bahwa suatu kebenaran harus menjadi pegangan yang akan mempengaruhi semua keputusan lebih lanjut. Ini bisa dalam bentuk makin jelasnya prioritas hidup siswa. Inilah saat memilih kebenaran itu sebagai miliknya, sambil tetap membiarkan diri ke arah mana ia akan digiring oleh kebenaran itu. b. Pilihan yang dinyatakan secara lahiriah Pada satu saat ketika makna hidup, sikap, dan nilai terlah menjadi bagian dari diri siswa, ia akan terdorong untuk berbuat sesuatu yang konsisten dengan keyakinannya yang baru. Kalau makna itu positif, si pelajar akan meningkatkan keadaan yang menimbulkan pengalaman yang bermakna positif tersebut. Misalnya, kalau ia beranggapan bahwa membantu sesama teman adalah hal yang baik, ia akan menawarkan diri untuk ikut dalam program membantu siswa lain yang membutuhkan. Sebaliknya jika ia mengalami pengalaman negatif, ia akan berusaha memperbaiki, mengubah, mengurangi, atau menghindari apa yang menimbulkan pengalaman negatif itu. 5 Evaluasi Semua guru menyadari bahwa kadang-kadang mengevaluasi kemajuan akademik pelajar memang penting. Tes, ulangan, ujian merupakan alat evaluasi untuk menilai seberapa jauh pengetahuan sudah dikuasai dan keterampilan sudah diperoleh. Evaluasi berkala juga mendorong guru maupun siswa untuk memperhatikan pertumbuhan intelektual dan juga apakah ada kekurangan yang perlu ditangani. Umpan balik macam ini dapat menjadi pertimbangan bagiguru apakah ia perlu mencari cara atau metode mengajar yang lain. Selain itu membantu juga untuk lebih memperhatikan tiap pelajar apakah memerlukan perbaikan dalam cara belajar mereka. Pedagogi Reflektif berusaha mendorong tidak hanya kemajuan akademik tetapi juga pertumbuhan siswa secara menyeluruh menjadi pribadi bagi sesamanya. Ada banyak cara untuk menilai perkembangan menyeluruh tersebut, dengan memperhitungkan umur, bakat, kemampuan, dan tingkat perkembangan masing-masing siswa. Pedagogi Reflektif memiliki tiga aspek khas dalam konteks evaluasinya yang sering disingkat menjadi 3C yaitu competence, conscience, dan compassion 14 . Competence kompetensi mencakup spektrum dari berbagai jenis kemampuan akademis, keterampilan teknis, apresiasi seni, olahraga, hiburan, serta kemampuan berkomunikasi secara efektif. Dalam konteks Pedagogi Reflektif, competence secara khusus merujuk pada aspek pengetahuan dan keterampilan siswa kognitif dan psikomotorik. Penilaian aspek ini dilakukan melalui tes tertulis maupun tidak tertulis, yang menguji pemahaman dan keterampilan siswa. Conscience suara hati adalah kemampuan menggunakan kesadaran moral untuk membedakan mana yang benar dan baik, serta keberanian untuk melakukan hal yang berintegritas. Evaluasi aspek ini dapat dilakukan dengan merumuskan perilaku siswa yang dapat diobservasi dan diukur, misalnya menggunakan skala Likert. Perilaku yang menunjukkan 14 P3MP LPM USD, Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignasian, Pusat Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pembelajaran, Yogyakarta, 2012, hlm. 38-42, 52-53.