Meningkatkan Produktifitas dengan menggunakan metode Lean Thinking | Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri UPN”VETERAN”JATIM
e Cara karyawan meresponsi pelbagai strategi manajemen bergantung pada
motif, kemampuan, serta sifat tugas mereka. Karena itu, mungkin tidak cukup menerangkan satu macam strategi manajemen saja agar dapat
membawa keberhasilan.
2.8 MEMAHAMI ARTI MOTIVASI
Menurut pepatah tua : “manajer dapat dengan mudah menggiring kuda ke dalam air, tetapi manajer tidak dapat memaksanya untuk minum
”. Mengapa demikian? Karena kuda baru akan minum kalau ia sedang haus. Begitu pula
dengan manusia. Mereka baru akan mengerjakan sesuatu kalau ada yang mereka inginkan atau kalau ada motivasi untuk mengerjakannya. Motivasi itu timbul tidak
saja karena ada unsur di dalam dirinya, tetapi juga karena adanya stimulus dari luas. Seberapa pun tingkat kemampuan yang dimiliki seseorang, pasti butuh
mutasi. Dengan perkataan lain, potensi sumber daya manusia adalah sesuatu yang terbatas. Dengan demikian, kinerja seseorang merupakan fungsi dari faktor-faktor
kemampuan dan motivasi dirinya. Pekerjaan seorang manajer di tempat kerjanya adalah mendapatkan hasil
pekerjaan yang dilakukan para karyawannya. Untuk itu, manajer harus mampu memotivasi mereka. Namun, itu mudah diucapkan, sulit diterapkan. Motivasi
sebagai teori merupakan hal yang sulit untuk dipraktekkan karena menyangkut beragam disiplin ilmu.
Motivasi diibaratkan sebagai jantungnya manajemen karyawan. Motivasi merupakan dorongan yang membuat karyawan melakukan sesuatu dengan cara
dan untuk mencapai tujuan tertentu. Tidak ada keberhasilan mengerjakan sesuatu,
seperti mengelola karyawan, tanpa adanya motivasi, baik dari manajer maupun
Meningkatkan Produktifitas dengan menggunakan metode Lean Thinking | Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri UPN”VETERAN”JATIM
dari karyawan. Manajer membutuhkan keterampilan untuk memahami dan menciptakan kondisi dimana semua anggota tim kerja dapat termotivasi. Ini
merupakan tantangan besar karena tiap karyawan memiliki kebedaan karakteristik dan respons pada kondisi yang berbeda. Sementara kondisi itu sendiri, termasuk
jenis masalah, selalu berubah-ubah sepanjang waktu. Semua itu merupakan prasyarat untuk mencapai motivasi karyawan yang efektif yang didukung oleh
lingkungan manajemen dan kepemimpinan yang nyaman. Sebaliknya, karyawan yang tidak memiliki motivasi dicirikan antara lain oleh sering stres, sakit fisik,
malas bekerja, kualitas kerja rendah, komunikasi personal yang kurang, dan masa bodoh dengan tugas pekerjaannya.
Ada beberapa teori motivasi yang perlu diketahui yang banyak dijadikan acuan kalangan akademisi dan manajemen, yaitu teori dari Sigmund Freud teori
X, Douglas McGregor teori Y, Abraham Maslow teori Z, hierarki kebutuhan, Frederick Herzberg faktor motivator dan hygiene, dan David McCleland teori
motivasi prestasi. Teori ‘X’ – Sigmund Freud
Teori X menganggap bahwa ada sebagian orang yang cenderung memiliki sifat malas, mereka membenci pekerjaan dan selalu menghindarinya, mereka tidak
punya ambisi dan prakarsa serta menghindari tanggung jawab dengan mengkambinghitamkan orang lain, lebih mementingkan diri sendiri dan
mengabaikan tujuan organisasi, semua yang diinginkan mereka adalah rasa aman. Agar mau bekerja mereka harus dihargai dengan uang, dipaksa, diancam, dan
bahkan dihukum. Ini yang disebut sebagai falsafah manajemen “dipecut dan dipikat
”. Namun, harus ekstra hati-hati jika manajer ingin menerapkan model ini.
Meningkatkan Produktifitas dengan menggunakan metode Lean Thinking | Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri UPN”VETERAN”JATIM
Pendekatan motivasi dengan “dipecut” berupa hukuman tidak hanya gagal untuk menghasilkan sesuatu yang diharapkan, tetapi malah meninggalkan
perasaan tidak senang di kalangan karyawan. Hukuman akan menimbulkan akibat yang buruk ketimbang yang positif serta meningkatkan dendam dan permusuhan
di antara pihak manajemen dan karyawan. Sebaliknya, pendekatan motivasi dengan “dipikat” imbalan yang dicirikan oleh persetujuan, pujian, dan
penghargaan terhadap upaya para karyawan secara nyata akan memperbaiki atmosfer kerja menjadi nyaman, menghasilkan kinerja sesuai harapan, dan
membuat karyawan merasa puas. Disinilah peran kesabaran manajer menjadi sangat penting untuk menyelia para karyawan bertipe karakter X ini.
Teori ‘Y’ – Douglas McGregor Teori ini sangat berbeda dengan teori X. McGregor percaya bahwa tiap
orang ingin belajar. Pekerjaan dinilai sebagai kegiatan alami, sama halnya jika mereka bermain atau beristirahat. Orang bertipe ini bersifat rajin dan berambisi,
tetapi dengan penuh tanggung jawab. Pekerjaan dipandang sebagai upaya untuk meningkatkan disiplin dan pengembangan diri. Penghargaan dalam bentuk uang
dinilai relatif lebih kecil porsinya ketimbang nilai kebebasan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit dan penuh tantangan.
Tugas para manajer adalah mengaitkan keinginan pengembangan diri karyawan ke dalam kebutuhan organisasi untuk memaksimumkan efisiensi.
Tujuan pokoknya adalah agar kepentingan kedua pihak tersebut dapat terpenuhi. Untuk itu, para manajer sebaiknya tidak terlalu melakukan intervensi pada
kelompok karyawan ini. Tugas manajer cukup sebagai fasilitator. Para karyawan
Meningkatkan Produktifitas dengan menggunakan metode Lean Thinking | Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri UPN”VETERAN”JATIM
diberi kebebasan untuk melatih pengendalian dan pengarahan dirinya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Abraham Maslow Maslow menyebutkan bahwa kebutuhan tiap manusia tumbuh secara
progresif, yaitu ketika kebutuhan tingkat terendah terpuaskan maka individu bersangkutan mencari kebutuhan berikutnya yang lebih tinggi lagi sampai yang
tertinggi Gambar 2.2. Pokoknya, tiap orang dipandang tidak pernah puas hanya dengan satu atau beberapa kebutuhan.
Hierarki kebutuhan individu mulai dari yang terendah, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, sosial, dan harga diri, sampai kebutuhan yang
tertinggi, yaitu aktualisasi diri. Artinya, menurut Maslow, tiap individu baru akan melakukan pekerjaan terbaiknya jika semua kebutuhannya telah terpenuhi.
Sebaliknya, seseorang tidak akan berespons positif untuk mengerjakan yang terbaik ketika dirinya merasa terancam atau tidak dihargai, walaupun kebutuhan
fisiknya sudah terpenuhi. Namun, Maslow sendiri dalam tahun-tahun terakhirnya merevisi teorinya tersebut Covey, Stepen R, dalam bukunya First Things First.
Katanya, Maslow mengakui bahwa aktualisasi diri bukanlah kebutuhan tertinggi, tetapi masih ada lagi yang lebih tinggi. Yaitu self transcendence, yaitu hidup itu
mempunyai suatu tujuan yang lebih tinggi dari dirinya. Mungkin yang dimaksud Maslow adalah kebutuhan mencapai tujuan hidup beragama.
Meningkatkan Produktifitas dengan menggunakan metode Lean Thinking | Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri UPN”VETERAN”JATIM
Gambar 2.4 Hierarki Kebutuhan Manusia Maslow
Sumber : Heller, Robert. 2002. Manager’s Handbook, Dorling Kindersley, UK
Aktualisasi diri
Membangun potensi diri dan terbaik
Teori Dua Faktor – Frederick Herzberg Herzberg mengungkapkan teori dua faktor motivasi, yaitu para karyawan
di dalam melaksanakan pekerjaannya di pengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu maintenance hygienic, factors
faktor pemeliharaan atau faktor higienis dan motivation factors
faktor motivasi sebagaimana terlihat pada tabel 13. Faktor higienis dianggap sebagai faktor kondisi ekstrinsik yang kalau tidak ada akan
menyebabkan karyawan tidak puas. Utamanya, faktor tersebut untuk mempertahankan kebutuhan karyawan tingkat paling rendah, seperti balas jasa
gaji dan upah, kondisi kerja, kebijakan dan administrasi perusahaan, kepastian pekerjaan, serta hubungan sosial. Faktor motivasi menyangkut kebutuhan
psikologis yang berhubungan dengan penghargaan pribadi karyawan yang terkait dengan pekerjaan. Contohnya, pengakuan terhadap prestasi, pemberian tanggung
Harga Diri
Pengakuan dari orang lain, reputasi, kepercayaan diri, dan prestasi
Sosial
Diterima oleh orang lain, relasi, rasa memiliki, kasih sayang
Keamanan
Rasa aman dari gangguan psikologis dan tidak takut bahaya
Fisiologi
Pemenuhan kebutuhan dasar hidup, seperti makanan, minuman, dan biologis
Meningkatkan Produktifitas dengan menggunakan metode Lean Thinking | Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri UPN”VETERAN”JATIM
jawab, kemajuan, potensi diri, dan penempatan posisi pekerjaan karyawan yang sesuai.
Tabel 2.3 Faktor Higienis dan Motivasi Herzberg
Faktor Higienis Faktor Motivasi
Kebijakan Perusahaan
Peraturan dan kebijakan yang mengatur bagaimana organisasi
menjalankan bisnisnya
Prestasi
Melakukan pekerjaan dengan baik : rapat dan menetapkan
target.
Supervisi
Mengelola karyawan dalam menyelesaikan tugasnya dari hari ke hari.
Pengakuan
Manajer dan para kolega mengakui prestasi individu.
Hubungan Interpersonal
Hubungan dengan kolega di tempat kerja.
Pekerjaan itu Sendiri
Karyawan percaya bahwa menyelesaikan tugas adalah
penting.
Kondisi Kerja
Jam kerja, tatanan tempat kerja, fasilitas, dan perlengkapan teknis.
Tanggung Jawab
Menumbuhkan rasa memiliki terhadap pekerjaan dengan
memberikan kebebasan kepada karyawan dalam menjalankan
tugasnya.
Gaji dan Tunjangan
Kompensasi yang adil dalam gaji dasar, ditambah tunjangan-tunjangan,
bonus, tunjangan hari raya, dan fasilitas mobil dari perusahaan.
Kemajuan
Karyawan membuat kemajuan tidak hanya melalui promosi,
tetapi melalui kesempatan untuk berkembang.
Meningkatkan Produktifitas dengan menggunakan metode Lean Thinking | Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri UPN”VETERAN”JATIM
Teori Motivasi Prestasi – David McClelland David McClelland menyebutkan ada tiga kelompok motivasi kebutuhan
yang dimiliki seseorang, yaitu kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan kekuasaan, dan kebutuhan afiliasi. Jenis kebutuhan prestasi meliputi kebutuhan untuk
berprestasi, tanggung jawab individu, umpan balik, risiko moderat. Kebutuhan atas kekuasaan terdiri atas kebutuhan akan pengaruh dan persaingan. Sementara
jenis kebutuhan akan afiliasi meliputi kebutuhan persahabatan dan kerja sama. Semua teori motivasi di atas lahir di suatu negara maju dengan
kebudayaan yang jelas berbeda dengan budaya masyarakat di negara-negara lain. Kebedaan-kebedaan dimaksud antara lain tentang kondisi sosial, budaya, dan
ekonomi masyarakat yang dicirikan oleh adanya kebedaan pemahaman arti etos kerja, falsafah tentang hidup dan kehidupan, serta mitos tentang kehidupan sosial.
Dengan demikian, siapa pun yang akan menerapkan teori motivasi ini, misalnya dalam perusahaan, seharusnya mampu mengadaptasikannya, termasuk
memodifikasinya, sesuai dengan kondisi sosial budaya karyawan dan perusahaan dengan seoptimum mungkin.
2.9 MOTIVASI DAN RANCANGAN PEKERJAAN