saling menerima dan
saling mendukung, serta
mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
5 Pemprosesan Kelompok
Pemprosesan mengandung arti menilai. Tujuannya adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi
terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemprosesan yaitu dengan kelompok kecil dan
kelas secara keseluruhan. Berdasarkan beberapa uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang diarahkan oleh guru sebagai fasilitator dan berfokus pada penggunaan kelompok-
kelompok kecil untuk bekerja sama dalam kelompok dalam mencapai tujuan belajar.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
a. Pengertian Jigsaw I
Tipe pembelajaran jigsaw I ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan dari Universitas Texas sebagai model
pembelajaran kooperatif dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan Sugiyanto, 2009:45. Tipe pembelajaran ini bisa
digunakan dalam pembelajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Tipe pembelajaran ini juga cocok digunakan untuk
semua kelas atau tingkatan. Slavin 2008:14 mengemukakan bahwa
dalam pembelajaran jigsaw I siswa saling bekerja dalam anggota
kelompok yang sama, yaitu 4 orang dengan latar belakang yang berbeda.
Suprijono 2011:89,
juga mengemukakan
bahwa pembelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw I diawali dengan
pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang dipelajari pada papan tulis, penayangan power point dan
sebagainya. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I terdapat dua kelompok yaitu, kelompok asal dan kelompok ahli.
Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang
sosial yang berbeda. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri
dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami suatu topik serta menyelesaikan tugas-
tugas sesuai dengan topiknya untuk selanjutnya dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I
anggota dari kelompok-kelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi dalam kelompok ahli dan saling
membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa kelompok ahli itu
kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari
sebelumnya pada kelompok ahli.
Menurut Suprijono 2011: 45, terdapat beberapa langkah penerapan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw I sebagai berikut:
1 Siswa suatu kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya
terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang berbeda. Kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan
akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda heterogen.
2 Materi pembelajaran dibagikan kepada siswa dalam kelompok
asal dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian materi pembelajaran tersebut.
3 Selanjutnya semua siswa dengan materi pembelajaran yang
sama, berkumpul dalam kelompok ahli. Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi yang sama serta menyusun
rencana bagaimana menyampaikan informasi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
4 Kemudian para siswa yang berada dalam kelompok ahli kembali
menuju kelompok
asal untuk
menyampaikan materi
pembelajaran yang sudah di diskusikan dalam kelompok ahli. 5
Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam kelompok asal, para siswa dievaluasi mengenai materi pembelajaran yang telah
dipelajari. Dari beberapa uraian pendapat para ahli yang telah disebutkan
diatas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw I merupakan strategi pembelajaran, dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang anggotanya heterogen, saling bekerjasama dan
bertanggung jawab atas bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lain.
b. Pengertian Jigsaw II
Menurut Trianto 2009:75 dalam metode pembelajaran jigsaw II yang dikembangkan oleh Slavin terdapat sedikit perbedaan.
Perbedaan pembelajaran jigsaw II yang dikembangkan oleh Slavin yaitu setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara
keseluruhan konsep sebelum siswa belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli expert. Hal tersebut digunakan agar siswa memperoleh
gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan. Dalam belajar kooperatif tipe jigsaw II, siswa dikelompokkan
secara heterogen dalam berbagai kemampuan Rusman 2011:218. Disini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan
pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Anggota kelompok
bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari serta dapat menyampaikan
informasinya kepada kelompok lain. Melalui metode jigsaw II, siswa oleh guru diberikan tugas
untuk membaca beberapa bab dengan topik yang berbeda-beda. Setelah masing-masing tim selesai membaca, siswa dari tim yang
berbeda yang mempunyai topik sama berkumpul dalam kelompok ahli untuk mendiskusikan topik mereka. Selesai membahas kumudian
anggota kelompok ahli tersebut kembali kepada tim kelompok asal untuk mengajari teman satu timnya sesuai dengan topik yang telah
mereka bahas. Pada tahap terakhir para siswa menerima penilaian yang mencakup seluruh topik dan skor kuis akan digunakan dalam
skor tim untuk kelompok asal. c.
Langkah-Langkah Pembelajaran Dalam Jigsaw II Menurut Trianto 2009:75-78, terdapat langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif learning teknik Jigsaw II:
1 Orientasi
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan dengan memberikan penekanan manfaat penggunaan Jigsaw
dalam kegiatan belajar mengajar kepada anak didik. Seorang guru senantiasa mengingatkan pada siswa untuk percaya diri, kritis,
dan kooperatif selama kegiatan berlangsung. Peserta didik diminta belajar konsep secara keseluruhan agar memperoleh
gambaran keseluruhan dari konsep yang akan dipelajari. 2
Pengelompokan Dalam pembentukan kelompok, seorang pendidik dapat
mengelompokkan berdasarkan peringkat kemampuan siswa. Masing-masing kelompoknya diisi siswa secara heterogen
berdasarkan peringkat kemampuan siswa di bidang mata
pelajaran. Berikan indeks 1 untuk kelompok sangat baik, indeks 2 untuk kelompok baik, indeks 3 untuk kelompok sedang, dan
indeks 4 untuk kelompok rendah. Misalkan : A1 berarti group A dari kelompok sangat baik, …, A4 group A dari kelompok
rendah. Tiap group akan berisi: Group A {A1, A2, A3, A4}
Group B {B1, B2, B3, B4} Group C {C1, C2, C3, C4}
Group D {D1, D2, D3, D4} Group E {E1, E2, E3, E4}
3 Pembentukan dan pembinaan kelompok expert
Selanjutnya group yang telah terbentuk tadi dipecah menjadi kelompok yang mempelajari materi yang akan diberikan dan
dibina supaya jadi expert, berdasarkan indeksnya adalah sebagai berikut:
Kelompok 1 A1, B1, C1, D1, E1 Kelompok 2 A2, B2, C2, D2, E2
Kelompok 3 A3, B3, C3, D3, E3 Kelompok 4 A3, B3, C3, D3, E3
Setiap kelompok diharapkan dapat mempelajari topik yang telah diberikan dengan sebaik-baiknya sebelum kembali ke dalam
group sebagai tim ahli “expert”, tentunya peran guru sangat penting dalam fase ini.
4 Diskusi Pemaparan kelompok ahli dalam group
Siswa “ahli” dalam konsep tertentu ini masing-masing kembali dalam group semula. Pada fase ini masing-masing group memiliki
ahli dalam konsep-konsep tertentu sesuai dengan worksheet masing-masing.
Selanjutnya siswa
dipersilahkan mempresentasikan keahliannya dalam group masing-masing, satu
persatu. Pada proses ini akan terjadi sharing pengetahuan antara tiap anggota group. Aturan dalam fase ini sebagai berikut:
a Siswa harus bertanggung jawab untuk memastikan setiap
anggota tim mempelajari materi yang telah diberikan. b
Memperoleh pengetahuan baru adalah tanggung jawab bersama, jadi tidak ada yang selesai belajar sampai setiap
anggota menguasai konsep. c
Apabila ada yang kurang dimengerti siswa, tanyakan pada anggota sebelum bertanya pada pendidik.
d Pembicaraan dilakukan dengan suara pelan tujuannya agar
tidak mengganggu grup lain. e
Akhiri diskusi dengan “merayakan” agar siswa memperoleh kepuasan
. 5
Tes Penilaian Pada fase ini guru memberikan tes tulis untuk dikerjakan oleh
siswa yang seluruh konsep yang didiskusikan. Pada tes ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama.
6 Pengakuan kelompok
Penilaian pada pembelajaran kooperatif berdasarkan skor peningkatan individu, tidak didasarkan pada skor akhir yang
diperoleh siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat
memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk
kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka melampaui skor dasar mereka.
B. Minat