Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan penerapan model kooperatif tipe Jigsaw II.

(1)

i

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA

KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN

MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

HALAMAN JUDUL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Theresia Startyaningsih NIM: 091134007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEPENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013


(2)

ii

SKRIPSI

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA

KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN

MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Oleh:

Theresia Startyaningsih NIM: 091134007

Telah disetujui oleh: Pembimbing I

Drs. YB Adimassana, M.A. Tanggal: 12 Juni 2013

Pembimbing II


(3)

iii SKRIPSI

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF

TIPE JIGSAW II HALAMAN PENGESAHAN

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Theresia Startyaningsih

NIM: 091134007

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi pada tanggal 17 Juli 2013

dan dinyatakan mematuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : G. Ari Nugrahanta. SJ., S.S., BST., M.A. …

Sekertaris : E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A.Ed.D. …

Anggota I : Drs. YB Adimassana, M.A. …


(4)

iv

PERSEMBAHAN

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

 Tuhan Yesus yang selalu menyertai perjalanan hidup saya

 Ayah dan Ibu yang senantiasa memberikan semangat dan bantuan baik secara moral maupun material serta yang selalu menyebut nama saya dalam setiap doa mereka

 Kakak dan adik yang selalu memberi masukan, dukungan dan pencerahan ketika saya mengalami kesulitan.


(5)

v

M

O

T

T

O


(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Juli 2013 Penulis


(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Theresia Startyaningsih

NIM : 091134007

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul: PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk penggalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 17 Juli 2013 Yang menyatakan,


(8)

viii ABSTRAK

Theresia Startyaningsih. 2013. Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw II. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana upaya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada mata pelajaran IPS bagi siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 (2) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pelajaran IPS dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dan (3) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pelajaran IPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3?

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart. Satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian telah dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan jumlah 29 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, kuesioner, dan tes. Data selanjutnya diolah berdasarkan teknik analisis data yang ditetapkan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar belajar IPS siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dilakukan dengan langkah-langkah, sebagai berikut: (a) orientasi umum, (b) pengelompokan kelompok asal yang terdiri dari lima ahli, (c) diskusi kelompok ahli, (d) sharing di dalam kelompok asal, (e) presentasi, (f) evaluasi, (g) pengakuan kelompok. (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3. Hal ini nampak pada hasil penelitian yang menunjukkan skor rata-rata minat pada kondisi awal sebesar 60 dan termasuk kategori sedang. Pada siklus I skor rata-rata minat sebesar 63,7 dan termasuk dalam kategori sedang. Pada siklus II skor rata-rata minat sebesar 87 dan termasuk kategori tinggi. (3) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3. Hal ini nampak pada kondisi awal rata-rata ulangan siswa sebesar 61 dan sebanyak 40% sudah mencapai KKM (65). Pada siklus I rata-rata ulangan siswa adalah 62,7 dan sebanyak 42% mencapai KKM. Pada siklus II rata-rata ulangan siswa adalah 81,8 dan sebanyak 89% mencapai KKM.

Kata kunci: Minat belajar, prestasi belajar, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II


(9)

ix ABSTRACT

Theresia Startyaningsih. 2013. Increasing Student’s Interest And Learning Achievement IPS In Grade IV SDN Caturtunggal 3 By Implementing Cooperative Model Type Jigsaw II. Teacher Education Program Elementary School, Department of Education, Faculty of Teacher Training and Education, University of Sanata Dharma.

This study aimed to determine (1) how the effort of implementation cooperative learning model type Jigsaw II in IPS subject in increasing the student’s interest of class IV SDN Caturtunggal 3 is (2) Does the implementation of the cooperative learning model type Jigsaw II in IPS subject increase student’s interest of class IV SDN Caturtunggal 3 and (3) Does the implementation of cooperative learning model type Jigsaw II in IPS subject improve student’s achievement of class IV SDN Caturtunggal 3?

This research used classroom action research which refers to the cycle model proposed by Kemmis and Taggart. One cycle consists of four steps, namely: planning, action, observation, and reflection. This research conducted in two cycles. The subjects in this study were class IV SDN Caturtunggal 3, consists of 29 student’s. The data collection method used observation, questionnaires, and tests. Then, the data was processed by data analysis techniques which set out in qualitative and quantitative descriptive.

The results showed: (1) Efforts to increase interest and academic achievement social studies fourth grade students at SDN Caturtunggal 3 by implementing cooperative learning model type Jigsaw II is done with the steps, as follows: (a) general orientation, (b) grouping the home group consisting of five experts, (c) the expert group discussion, (d) sharing in the home group, (e) presentation, (f) evaluation, (g) recognition of the group. (2) The implementation of cooperative learning model type Jigsaw II can increase student’s interest in learning IPS subject in grade IV SDN Caturtunggal 3. The evident of this is shown in the result of the study which showed the average score of student’s interest on the initial condition is 60 and included in medium category. In the first cycle, the average score of students’ interest was 63.7 and included in the medium category. In the second cycle the average score of student’s interest was 87 and included in advanced category. (3) Application of cooperative learning model type Jigsaw II can improve learning achievement in grade IV IPS SDN Caturtunggal 3. This seems in the initial condition of student’s average test is 61 and as many as 40% have reached the KKM (65). In the first cycle, the average was 62.7 and as many as 42% student’s have been reached the KKM. In the second cycle, the average was 81.8 and as many as 89% student’s have been reached the KKM.

Keywords: Learning interest, learning achievement, cooperative learning model type Jigsaw II.


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih, rahmat, dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Kependidikan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Sanata Dharma.

Penyusunan skripsi ini diakui banyak hambatan karena keterbatasan waktu, pengetahuan dan pengalaman. Namun berkat semangat dan dorongan berbagai pihak, akhirnya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D, Dekan Fakultas Kependidikan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ,B.,S.T.,M.A., Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, M.A., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan dorongan, motivasi dan dengan sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran dan mengarahkan peneliti dalam penyusunan skripsi ini


(11)

xi

4. Ibu Dra. Ign. Esti Sumarah, M.Hum., Dosen Pembimbing II yang telah bersedia memberikan bimbingan, petunjuk, serta pengarahan selama proses penulisan skripsi ini hingga selesai.

5. Bapak Puji Purnomo, M. Si., Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan dukungannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf PGSD yang telah membimbing dan melayani kami. 7. Ibu Karti Andayani, S.Pd.SD., Kepala Sekolah SD Negeri Caturtunggal 3

Yogyakarta yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Haryati, A.Ma., guru kelas IV SDN Caturtunggal 3 yang telah memberikan bantuan untuk melakukan penelitian.

9. Keluarga tercinta atas dukungan doa dan perhatiannya.

10. Teman-teman PGSD USD angkatan 2009 atas semangat, dukungan, dan kerjasama selama berproses dalam kegiatan perkuliahan.

11. Semua pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi Universitas Sanata Dharma.

Yogyakarta, 17 Juli 2013 Penulis


(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ...v

LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Pemecahan Masalah ... 5

1.4. Tujuan Penelitian ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

1.6. Batasan Pengertian ... 7

BAB II ... 9

KAJIAN PUSTAKA... 9

2.1. Kajian Teori ... 9

2.1.1. Belajar ... 9

2.1.2. Minat Belajar ... 12

2.1.3. Prestasi Belajar ... 17

2.1.4. Pembelajaran Kooperatif ... 20

2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ... 24

2.1.6. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ... 31

2.1.7. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 36


(13)

xiii

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 37

2.3. Kerangka Berpikir ... 41

2.4. Hipotesis Tindakan ... 42

BAB III ... 44

METODE PENELITIAN ... 44

3.1. Jenis Penelitian ... 44

3.2. Setting Penelitian ... 45

3.2.1. Tempat Penelitian ... 45

3.2.2. Subjek Penelitian ... 46

3.2.3. Objek Penelitian ... 46

3.3. Rancangan Penelitian ... 46

3.3.1. Persiapan ... 47

3.3.2. Rancangan Tindakan Pembelajaran ... 48

3.4. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian... 60

3.4.1. Peubah (Variabel) ... 60

3.4.2. Teknik Pengumpulan Data ... 61

3.4.3. Penyusunan Instrumen Penelitian ... 64

3.4.4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 66

3.4.5. Validitas dan Reliabilitas ... 71

3.4.6. Uji Reliabilitas Instrumen ... 79

3.5. Teknik Analisis Data ... 81

3.5.1. Analisis Data Minat Siswa ... 81

3.5.2. Analisis Data Prestasi Belajar Siswa ... 86

3.6. Kriteria Keberhasilan ... 89

3.7. Jadwal Penelitian ... 89

BAB IV ... 91

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 91

4.1. Hasil Penelitian ... 91

4.1.1. Pra Siklus ... 92


(14)

xiv

4.1.3. Siklus II ... 109

4.2. Pembahasan ... 120

4.2.1. Minat Belajar Siswa ... 122

1.2.1. Prestasi Belajar Siswa ... 125

BAB V ... 130

KESIMPULAN DAN SARAN ... 130

5.1. Kesimpulan ... 130

5.2. Saran ... 131

DAFTAR REFERENSI ... 133

LAMPIRAN ... 136

Lampiran 1 Silabus ... 137

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 139

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 150

Lampiran 4 Materi Siklus 1dan Siklus II ... 158

Lampiran 5 LKS Siklus 1 ... 170

Lampiran 6 Hasil Diskusi Siswa Ahli Siklus 1 ... 172

Lampiran 7 LKS Siklus 2 ... 173

Lampiran 8 Hasil Diskusi Kelompok Ahli Siklus II ... 174

Lampiran 9 Soal Evaluasi dan Kunci Siklus 1 ... 175

Lampiran 10 Soal Evaluasi dan Kunci Siklus 1 ... 178

Lampiran 11 Soal Evaluasi dan Kunci Siklus 2 ... 180

Lampiran 12 Soal Evaluasi dan Kunci Siklus II ... 183

Lampiran 13 Tabel Validasi Soal Siklus I ... 185

Lampiran 14 Penghitungan Validasi Soal Siklus I ... 186

Lampiran 15 Tabel Validasi Soal Siklus II ... 187

Lampiran 16 Penghitungan Validasi Soal Siklus II ... 188

Lampiran 17 Tabel Uji Reliabilitas Soal Siklus I ... 189

Lampiran 18 Penghitungan Reliabilitas Soal Siklus I ... 190

Lampiran 19 Tabel Uji Reliabilitas Soal Siklus II ... 191


(15)

xv

Lampiran 21 Tingkat Kesukaran Soal Siklus I ... 193

Lampiran 22 Tingkat Kesukaran Soal Siklus II ... 194

Lampiran 23 Kuesioner Minat Belajar ... 195

Lampiran 24 Hasil Kuesioner Minat Belajar Siklus I ... 197

Lampiran 25 Hasil Kuesioner Minat Belajar Siklus II ... 199

Lampiran 26 Pengamatan Minat Belajar ... 201

Lampiran 27 Tabel Minat Belajar Kondisi Awal ... 202

Lampiran 28 Tabel Minat Belajar Siklus I ... 203

Lampiran 29 Tabel Minat Belajar Siklus II ... 204

Lampiran 30 Validasi Instrumen Pembelajaran Siklus I ... 205

Lampiran 31 Validasi Instrumen Pembelajaran Siklus II ... 207

Lampiran 32 Dokumentasi ... 209

Lampiran 31 Surat Ijin Penelitian ... 213

Lampiran 32 Surat Bukti Penelitian dari Sekolah ... 214


(16)

xvi

Daftar Gambar

Gambar 1. Literature Map penelitian-penelitian sebelumnya ... 41

Gambar 2. Langkah–langkah penelitian tindakan ... 45

Gambar 3. Peningkatan Skor Rata-Rata Minat Belajar Siswa ... 124

Gambar 4. Peningkatan Nilai Rata-Rata Prestasi Siswa ... 127


(17)

xvii Daftar Tabel

Tabel 1. Pedoman poin kemajuan siswa berdasarkan Jigsaw II ... 28

Tabel 2. Contoh Format Lembar Penyekoran Kuis ... 29

Tabel 3. Lembar Penilaian Kelompok Berdasarkan Jigsaw II ... 29

Tabel 4. Pengumpulan Data dan Instrumen ... 60

Tabel 5. Kategori Tingkat Kesukaran Soal ... 64

Tabel 6. Kisi-kisi Lembar Pengamatan Minat Siswa di Kelas ... 66

Tabel 7. Kisi-kisi Instrumen Kuesioner Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS ... 68

Tabel 8. Pedoman Skoring Kuesioner Minat Berdasarkan Skala Likert ... 68

Tabel 9. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda Siklus I ... 69

Tabel 10. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda Siklus II ... 70

Tabel 11. Indikator Afektif dan Psikomotorik ... 70

Tabel 12. Hasil Uji Validitas Soal Siklus 1 ... 73

Tabel 13. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 74

Tabel 14. Hasil Uji Validitas Soal Siklus 2 ... 75

Tabel 15. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 76

Tabel 16. Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran ... 77

Tabel 17. Kriteria Penilaian Validasi Perangkat Pembelajaran ... 78

Tabel 18. Hasil Penilaian Validasi Perangkat Pembelajaran ... 78

Tabel 19. Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 80

Tabel 20. Hasil Uji Reliabilitas Soal siklus I ... 80

Tabel 21. Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus 2 ... 81

Tabel 22. Pedoman Skoring Kuesioner Minat Siswa ... 84

Tabel 23. Acuan PAP tipe II (Masidjo,2010:157) ... 85

Tabel 24. Indikator Aspek Afektif ... 87

Tabel 25. Indikator Aspek Psikomotorik ... 87

Tabel 26. Kriteria keberhasilan tiap siklus ... 89

Tabel 27. Jadwal Penelitian ... 89

Tabel 28. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 91


(18)

xviii

Tabel 30. Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Tahun Sebelumnya ... 95

Tabel 31. Hasil Pengamatan dan Kuesioner Minat Siklus I ... 100

Tabel 32. Prestasi belajar siswa siklus I... 102

Tabel 33. Tabel Peningkatan Poin Kemajuan Jigsaw II Siswa Siklus I ... 104

Tabel 34. Tabel Peningkatan Poin Kemajuan Kelompok Siklus I ... 105

Tabel 35. Target Keberhasilan dan Capaian Siklus I ... 107

Tabel 36. Hasil pengamatan dan kuesioner minat siklus II ... 113

Tabel 37. Prestasi belajar siswa siklus II ... 114

Tabel 38. Tabel peningkatan prestasi siswa siklus II ... 116

Tabel 39. Tabel peningkatan prestasi siswa siklus II ... 117

Tabel 40. Target keberhasilan dan hasil siklus II ... 119

Tabel 41. Capaian Minat Belajar Siswa ... 123

Tabel 42. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 126


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Di dalam bab ini, akan diuraikan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan penelitian.

1.1. Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan sejak Sekolah Dasar (SD). Mata pelajaran IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Hal ini senada dengan pendapat Sumaatmadja (2006:40) yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara.

Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa mata pelajaran IPS membantu siswa dalam memahami dan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Hal ini membuktikan bahwa mata pelajaran IPS penting bagi siswa, sehingga materi dalam pelajaran ini harus dikuasai. Untuk itu, diperlukan pengembangan keterampilan dalam IPS yang dapat memotivasi anak dalam memperdalam konsep-konsep IPS, menumbuhkan minat belajar dan tanggung jawab belajar, dapat menguasai masalah-masalah


(20)

sosial dalam IPS dan dapat meningkatkan rasa sosial anak. Guru harus jeli menentukan metode yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa aktif mengikuti kegiatan pembelajaran yang bertujuan ilmu yang didapat siswa bermakna dan dapat dipahami oleh siswa.

Pada kenyataannya siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 belum mempunyai minat dan prestasi belajar yang tinggi pada mata pelajaran IPS. Hal ini dibuktikan berdasarkan data nilai siswa dua tahun ajaran sebelumnya yang diperoleh dari guru kelas IV SDN Caturtunggal 3 bahwa hasil tes mata pelajaran IPS pada Kompetensi Dasar (KD) “2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya”, menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk tahun ajaran 2010/2011 ada 57% atau 20 dari 35 siswa dan 43% atau 15 dari 35 siswa yang dinyatakan tuntas dalam materi tersebut. Nilai rata-rata kelas adalah 60 masih di bawah nilai KKM yaitu 65. Pada tahun ajaran 2011/2012 ada 66 % (21 siswa) yang mendapatkan nilai di bawah KKM dan hanya terdapat 34% (11 siswa) yang dinyatakan tuntas dalam materi tersebut. Nilai rata-rata dari seluruh siswa yang ada di kelas tersebut 60 masih di bawah nilai KKM yaitu 65.

Berdasarkan penjelasan guru saat wawancara penyebab dari kegagalan tersebut dikarenakan rendahnya minat siswa saat pelaksanaan pembelajaran. Siswa cenderung pasif saat mengikuti pelajaran IPS, ada yang sibuk berbicara dengan teman atau justru melamun bahkan ada anak yang asyik bermain di dalam


(21)

kelas. Hal ini diperkuat dengan pengamatan yang dilakukan peneliti pada hari Rabu, tanggal 9 Januari 2013 diperoleh data bahwa dari 29 siswa, siswa yang aktif mengungkapkan pendapatnya ketika guru memberikan soal sebanyak 6 anak (20,7%), siswa yang mengumpulkan tugas tepat waktu sebanyak 20 anak (68,9%), dan siswa yang berani mengajukan pertanyaan dalam kegiatan pembelajaran sebanyak 5 siswa (17%). Pada pengamatan kedua pada hari Kamis, tanggal 10 Januari 2013 diketahui bahwa dari 29 siswa, siswa yang aktif mengungkapkan pendapatnya ketika guru memberikan soal sebanyak 7 anak (24,14%); siswa yang mengumpulkan tugas tepat waktu sebanyak 20 anak (68,96%), dan siswa yang berani mengajukan pertanyaan dalam kegiatan pembelajaran sebanyak 5 siswa (17%). Hasil pengamatan di atas menunjukkan bahwa minat belajar siswa rendah dalam mengikuti pelajaran IPS, hal ini terlihat dari indikator-indikator minat belajar yang tidak terpenuhi.

Berdasarkan paparan hasil pengamatan, wawancara, dan dokumentasi data tersebut, maka peneliti tertarik untuk menerapkan metode baru dalam pembelajaran IPS di SDN Caturtunggal 3. Untuk meningkatkan minat siswa baik secara individual dan kelompok terhadap proses pembelajaran IPS. oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang inovatif agar siswa berproses lebih baik. Dengan minat siswa yang mendukung dalam proses pembelajaran, maka akan berpengaruh lebih baik pada prestasi siswa terutama dalam mata pelajaran IPS. Ada berbagai macam model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan untuk membuat proses belajar siswa lebih aktif diantaranya adalah Contextual Teaching


(22)

and Learning (CTL), Cooperative Learning (CL), dan Inquiry (Davidson dan Warsham dalam Isjoni, 2011:28).

Berdasarkan masalah yang terjadi pada kelas IV SDN Caturtunggal 3, maka alternatif pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan minat siswa adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif. Tipe pembelajaran kooperatif yang sesuai adalah tipe Jigsaw II, sebab tipe Jigsaw II merupakan pembelajaran dengan metode diskusi kelompok yang memiliki langkah kerja yang lebih efektif dibanding dengan tipe Jigsaw I. Menurut Lie dalam Rusmawan (2010:218) menjelaskan bahwa menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II dapat menunjukkan bahwa siswa memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif dalam pembelajaran, disamping saling menghargai perbedaan siswa juga dapat menghargai pendapat orang lain. Hal ini didukung dengan pendapat Slavin (2005:237) bahwa Jigsaw II dapat digunakan jika materi yang akan dipelajari dalam bentuk narasi tertulis.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw II”.


(23)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1.2.1. Bagaimana upaya peningkatan minat dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II?

1.2.2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013?

1.2.3. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013?

1.3. Pemecahan Masalah

Upaya pemecahan masalah dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Orientasi umum mengenai target yang harus dikuasai siswa b) Pembentukan kelompok dan penyampaian tujuan

c) Diskusi membahas tugas dalam kelompok ahli

d) Sharing setiap anggota kelompok ahli dalam kelompok asal e) Presentasi kelompok asal


(24)

f) Evaluasi

g) Pengakuan kelompok berdasarkan model pembelajaran tipe Jigsaw II

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dikemukakan tujuan penelitian sebagai berikut:

1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana upaya peningkatan minat dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. 1.3.2 Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

1.3.3 Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

1.5. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, pengamatan ini dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan mengenai model pembelajaran tipe Jigsaw II yang dapat meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar siswa.


(25)

1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan mendapat wawasan baru dalam pengalaman melakukan penelitian kelas IV pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

1.4.2.2 Bagi Guru Kelas

Bagi guru kelas, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi serta wawasan baru dalam melakukan pembelajaran untuk meningkatkan prestasi siswa.

1.4.2.3 Bagi Sekolah

Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bacaan yang dimanfaatkan sebagai contoh pendekatan yang diharapkan dapat memberi insipirasi dan memacu guru melakukan penelitian sama maupun penelitian yang lain.

1.6. Batasan Pengertian

Beberapa istilah yang perlu diberi batasan pengertian, sebagai berikut :

1.5.1 Minat belajar adalah suatu rasa suka yang kuat dan terikat terhadap sesuatu, sebagai contoh merasa senang mempelajari materi tertentu.

1.5.2 Prestasi belajar adalah tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi yang didapat setelah mempelajari


(26)

materi dengan memenuhi tiga aspek penting yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

1.5.3 Ilmu Pengetahuan Sosial adalah kajian yang luas tentang manusia dan dunianya dengan tujuan agar dapat menemukan dan mengatasi masalah yang dihadapi dalam kehidupan.

1.5.4 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw II merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Dalam tipe ini, siswa diberikan keseluruhan materi ajar dan dibagi dalam kelompok-kelompok, setiap anggota kelompok mendapat tugas yang berlainan.


(27)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Di dalam bab ini, diuraikan kajian pustaka yang akan digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini. Pembahasan tentang teori terdiri dari kajian teori, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

2.1. Kajian Teori 2.1.1. Belajar

2.1.1.1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar menurut Dahar dalam Udin S Winataputra (2008), adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Hilgard dalam Mulyati (2005:2) memberikan penjelasan bahwa belajar adalah “By learning we mean the shaping of individual behavior through the training that contact with the physical environment and that life among a species own kind provide”. Ungkapan Hilgrad ini dapat diartikan bahwa belajar merupakan pembentukan tingkah laku individual melalui kontak dengan lingkungan. Melengkapi pendapat Hilgard, Dimiyati & Mudjiono (2006:17) mengungkapkan bahwa:

Belajar merupakan tindakan dan perilaku kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam,


(28)

benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.

Dari definisi belajar menurut beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dari serangkaian kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan lingkungannya sehingga membawa pada kondisi kehidupan yang lebih baik dan bermakna.

2.1.1.2. Jenis-jenis Belajar

Belajar dibedakan menjadi delapan jenis, hal tersebut dikemukakan oleh Robert M Gagne dalam Udin S Winataputra (2008:19). Kedelapan jenis belajar tersebut adalah :

a) Belajar isyarat

Belajar isyarat adalah melakukan atau tidak melakukan sesuatu karena adanya tanda atau isyarat. Bentuk belajar seperti ini biasanya respon diberikan secara tidak sadar.

b) Belajar stimulus-respon

Belajar seperti ini terjadi pada diri individu karena adanya rangsangan dari luar. Misalnya, membalas menendang bila ditendang. c) Belajar rangkaian

Belajar rangkaian melahirkan perilaku yang segera atau spontan seperti adik-kakak karena melalui perpaduan berbagai proses stimulus-respon.


(29)

d) Belajar asosiasi verbal

Belajar ini terjadi bila individu mampu menangkap makna bersifat verbal. Misalnya, pesawat terbang seperti burung yang sedang terbang. e) Belajar diskriminasi

Belajar diskriminasi misalnya, membedakan bentuk tumbuhan, binatang, dsb. Belajar seperti ini terjadi bila individu berhadapan dengan benda dan mencoba membedakannya.

f) Belajar konsep

Belajar konsep dipengaruhi jika individu sudak mampu melakukan diskriminasi. Contohnya, adalah penggolongan mahkluk hidup.

g) Belajar pemecahan masalah

Proses memecahkan masalah selalu berkaitan dengan kecakapan memecahkan masalah serta memperbesar kemampuan individu untuk memecahkan masalah-masalah yang lain.

2.1.1.3. Ciri-ciri Belajar

Menurut Zainal Aqid (2009:48) belajar mempunyai karakteristik tertentu, antara lain:

a) Belajar harus memungkinkan perubahan tingkah laku diri individu yang meliputi tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan (kognitif), aspek sikap atau nilai (afektif), serta keterampilan (psikomotorik)

b) Belajar merupakan buah dari pengalaman yang terjadi karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan.


(30)

c) Hasil belajar/perubahan sikap relatif tetap diperoleh melalui pengalaman atau latihan.

2.1.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Menurut Syah (1997:123) ada tiga faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar yaitu:

a) Faktor internal (berasal dari dalam diri siswa) meliputi dua aspek yaitu aspek fisiologis yang lebih bersifat jasmani dan aspek psikologis yang bersifat rohaniah. Aspek psikologis meliputi inteligensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa.

b) Faktor eksternal (berasal dari luar diri siswa) siswa dapat dibedakan menjadi dua yakni lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. Lingkungan sosial yang dimaksud adalah para guru dan teman-teman sekelas. Sedangkan faktor lingkungan non sosial seperti gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar dan lain sebagainya.

c) Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.

2.1.2. Minat Belajar

2.1.2.1. Pengertian Minat Belajar

Menurut Slamento (2010), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Menurut KBBI (2008) minat adalah keinginan yang kuat, gairah;


(31)

kecenderungan hati yang sangat tinggi terhadap sesuatu. Menurut Winkel (2004:211) minat adalah kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian minat adalah suatu rasa suka yang kuat dan terikat terhadap sesuatu, sebagai contoh merasa senang mempelajari materi tertentu.

2.1.2.2. Ciri-ciri Siswa Berminat dalam Belajar

Menurut Winkel (2004:212), ciri-ciri minat cenderung merasa tertarik dan senang pada materi atau topik yang sedang dipelajarinya. Melengkapi pendapat Winkel, Slamento (2010:180) menjelaskan bahwa:

“Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut”.

Berdasarkan beberapa ciri yang dikemukakan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat yaitu rasa ingin tahu yang begitu besar kepada materi atau topik membuat siswa merasa tertarik terhadap suatu topik atau materi yang sedang dibahas atau dipelajari. Sehingga siswa memusatkan perhatian secara penuh terhadap materi yang telah dipelajari dengan perhatian tersebut maka siswa akan belajar lebih giat terhadap materi tersebut.


(32)

2.1.2.3. Cara Meningkatkan Minat Siswa

Menurut Slamento (2010:180) cara paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada. Tanner & Tanner (1975) dalam Slamento (2010:181), menyarankan agar guru berusaha membentuk minat-minat yang baru dalam diri siswa, yaitu dengan menghubungkan suatu materi dengan materi yang lalu, dan memberikan gambaran mengenai kegunaan untuk masa depan.

Peran guru adalah memberikan ruang gerak kepada siswa, hal ini bertujuan untuk meningkatkan minat siswa, dalam hal ini siswa mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri, mendapatkan bimbingan, dan guru harus melibatkan siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan persyaratan-persyaratan untuk meningkatkan minat siswa di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa guru harus bertindak menghubungkan minat-minat yang telah ada dalam diri siswa, jika minat itu belum ada guru dapat memberikan bujukan kepada siswa, pemberian ruang gerak kepada siswa untuk belajar mandiri, guru mampu memberikan bimbingan kepada siswa, dan siswa dapat terlibat dalam proses pembelajaran, serta guru harus bersikap baik, jangan memberikan hukuman kepada siswa jika siswa mendapatkan nilai yang buruk, pemberian hadiah digunakan jika siswa mampu mengerjakan tugas dengan baik hal ini dapat menumbuhkan minat siswa.


(33)

2.1.2.4. Indikator Minat

Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

2) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

3) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.

4) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.

5) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan. Menurut Isnandar (2012:14-15), ciri-ciri minat belajar, yaitu:

1) Ekspresi perasaan senang, yang meliputi: 1) dimana siswa mampu mengikuti pelajaran dengan antusias; 2) disaat guru memberikan tugas kepada siswa, siswa tidak mengeluh; 3) siswa datang tepat waktu sebelum pelajaran dimulai atau dilaksanakan; 4) siswa secara mandiri menyiapkan peralatan pelajaran, contohnya buku; 5) dan siswa siap mengikuti pelajaran dengan duduk dengan tenang untuk belajar.

2) Perhatian dalam mengikuti pelajaran, yang meliputi: 1) siswa mampu aktif untuk bertanya dan aktif menjawab pertanyaan di saat pelajaran berlangsung; 2) siswa menyimak penjelasan guru dengan seksama; 3)


(34)

siswa tidak melamun di dalam kelas; 4) dan siswa tidak mengobrol atau mengganggu teman lain ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. 3) Ketertarikan siswa pada materi, yang meliputi: 1) siswa giat membaca

buku pelajaran; 2) siswa membaca materi pelajaran sebelum diajarkan oleh guru; 3) siswa membuat catatan pelajaran; 4) siswa berusaha dan serius menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

4) Ketertarikan siswa pada metode guru, yang meliputi: 1) siswa menanyakan kesulitan yang dialami; 2) siswa menunjukkan sikap yang antusias dan memperhatikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang diajarkan guru.

5) Keterlibatan siswa dalam pembelajaran, yang meliputi: 1) siswa aktif menyampaikan pendapat saat diskusi; 2) siswa bersedia membantu teman lain yang mengalami kesulitan; 3) siswa mampu bekerja sama dengan kelompok; 4) siswa berani mengerjakan tugas; 5) dan siswa mengajukan diri untuk menjawab pertanyaan secara spontan dari guru.

Berdasarkan pemaparan ciri-ciri minat belajar yang dikemukakan oleh Slameto dan Isnandar di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya indikator-indikator minat belajar siswa terdiri dari

a) Memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran. b) Memiliki perhatian atau konsentrasi dalam belajar.

c) Kemauan mengembangkan kompetensi/penguasaan terhadap materi. d) Keterlibatan siswa dalam pelajaran.


(35)

Peneliti menyimpulkan indikator minat belajar menjadi empat indikator minat belajar karena setiap indikator minat tersebut masih dijabarkan ke dalam deskriptor-deskriptor yang mencakup masing-masing indikator tersebut.

2.1.3. Prestasi Belajar

2.1.3.1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar. Sehubungan dengan prestasi belajar para ahli mengemukakan pendapatnya sesuai pandangan yang mereka anut. S. Nasution (1996) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan kesempurnaan seorang siswa dalam berfikir, merasa, dan berbuat. Prestasi belajar seorang siswa dikatakan sempurna jika memenuhi tiga aspek yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Melengkapi pendapat Nasution, Winkel (1996:162) mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan proses belajar sesuai dengan bobot atau nilai yang berhasil diraihnya.

Dari penjabaran Nasution dan Winkel di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa


(36)

dalam menerima, menolak, dan menilai informasi yang didapat setelah mempelajari materi dengan memenuhi tiga aspek penting yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2.1.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Mulyasa (2006:191), menjelaskan bahwa prestasi belajar bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil berbagai faktor yang melatar belakanginya. Prestasi belajar siswa dibagi menjadi dua, yaitu faktor dari dalam diri siswa (faktor intern) dan faktor dari lingkungan atau dari luar diri siswa (faktor ekstern).

Faktor yang mempengaruhi prestasi dari dalam diri siswa (faktor intern) antara lain :

a) Minat dan Motivasi

Minat merupakan sumber motivasi untuk mendorong seseorang melakukan sesuatu. Sehingga minat berpengaruh besar terhadap suatu aktifitas. Sedangkan motivasi adalah dorongan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Kedua hal tersebut berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan belajar mengajar.

b) Kecerdasan

Kecerdasan merupakan suatu kemampuan belajar untuk dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya. Kecerdasan dipengaruhi oleh kemampuan intelegensi siswa, jika intelegensinya tinggi maka kecerdasan pesrta didik cenderung tinggi, begitu pula sebaliknya.


(37)

c) Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu hal yang penting yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika siswa sakit maka tidak dapat belajar dengan baik sehingga prestasi belajarnya akan menurun.

Selain faktor dari dalam diri siswa, terdapat faktor dari luar diri siswa atau lingkungan (faktor ekstern), antara lain :

a) Keadaan Keluarga

Keluarga adalah lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan tumbuh besar. Keluarga seharusnya menciptakan rasa aman, sehingga siswa dapat merasa nyaman dalam proses belajar yang dilakukan di lingkungan keluarga.

b) Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga formal dan tempat dimana siswa berkembang dan belajar setelah dari lingkungan keluarga. Lingkungan sekolah yang baik akan mempengaruhi prestasi siswa tidak terkecuali interaksi guru dengan siswa.

c) Lingkungan Masyarakat

Perkembangan pribadi anak dapat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat. Lingkungan masyarakat dapat membentuk seorang anak, sehingga terkadang seorang anak mengalami berbagai permasalahan dalam belajar


(38)

2.1.4. Pembelajaran Kooperatif

2.1.4.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif. Banyak tokoh yang mendefinisikan tentang pengertian kooperatif, seperti dijelaskan oleh Rusman (2011:204) Cooperative Learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang. Melengkapi pendapat Rusman, Abdulhak dalam Rusmawan (2010:203) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri. Terdapat empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif menurut Rusmawan (2010:204) yakni : 1) adanya siswa dalam kelompok, 2) minat dan bakat siswa, 3) adanya upaya belajar dalam kelompok, 4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok.

Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa, tetapi siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya dalam suatu kelompok belajar.


(39)

2.1.4.2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari Kooperatif (Rusman,2011:206). Menurut Ibrahim (2009) pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut:

1) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran, 2) Menyampaikan informasi,

3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, 4) Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok,

5) Evaluasi atau memberikan umpan balik, 6) Memberikan penghargaan.

2.1.4.3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim, dkk (2009:7-8) sebagai berikut:

a) Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.


(40)

b) Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain.

c) Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.

Johnson & Johnson (1994) dalam Trianto (2010:57) menyatakan bahwa tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Kooperatif adalah untuk meningkatkan keterampilan kepada siswa meliputi keterampilan akademik maupun ketrampilan sosial (bekerjasama) menggunakan pembelajaran dalam kelompok.

2.1.4.4. Tipe-Tipe dalam Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin dalam Rismiati dan Susento (2007:228), ada lima tipe pembelajaran kooperatif di antaranya:

a. Student Teams Achievement Division (STAD)

Dalam tipe ini, siswa berkelompok mengerjakan soal latihan dalam lembar kerja. Tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang yang terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setelah semua kelompok sudah selesai mengerjakan soal, guru memberikan kunci


(41)

jawaban dan meminta siswa untuk memeriksa hasil pekerjaan. Kemudian guru mengadakan kuis.

b. Teams Games Tournament (TGT)

Tipe ini hampir sama dengan STAD. Yang membedakan adalah dalam tipe TGT ini tidak ada kuis, tetapi hasil belajar akan dievaluasi dengan menggunakan permainan akademik seperti cepat tepat. Skor team secara keseluruhan akan ditentukan oleh prestasi kelompok.

c. Learning Together

Dalam tipe ini guru menjelaskan materi pembelajaran. Setelah itu siswa dibagi dalam kelompok heterogen yang terdiri dari empat sampai enam orang untuk mengerjakan lembar kerja. Guru menilai hasil kerja kelompok. Kemudian siswa mengerjakan kuis secara individual yang mana kuis tersebut akan dinilai oleh guru sebagai hasil kerja individu. d. Group Investigation

Dalam tipe ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran, kemudian menjelaskannya kepada seluruh siswa di kelas. Diharapkan untuk menerima tanggung jawab besar untuk menentukan apa yang dipelajari, mengorganisasikan kelompok mereka sendiri tentang bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikannya kepada seluruh siswa di kelas.


(42)

e. Jigsaw I

Dalam tipe ini, tiap kelompok terdiri dari lima atau enam orang. Setiap anggota kelompok diminta untuk mempelajari satu bagian materi pelajaran kemudian menjelaskannya kepada anggota kelompok yang lain, kemudian guru mengadakan kuis.

f. Jigsaw II

Dalam tipe ini, pembelajaran dilaksanakan dengan cara berkelompok 4-5 siswa. Guru memberikan keseluruhan materi yang akan dipelajari dalam kelompok asal, kemudian setiap anggota kelompok diminta untuk mempelajari satu bagian materi pelajaran dan bergabung dalam kelompok ahli. Kegiatan selanjutnya adalah kembali ke kelompok asal dan hasil diskusi disharingkan untuk bahan presentasi. Kemudian guru mengadakan kuis/evaluasi.

2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

Tipe Jigsaw II ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan dari Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan (Sugiyanto,2010:45). Menurut Suprijono (2011:89) pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw II diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang dipelajari pada papan tulis, white board, penayangan power point dan sebagainya. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk


(43)

siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam/heterogen. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu serta menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Menurut Trianto (2010:75) pada tipe Jigsaw II ini siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli (expert). Hal ini untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan. Melengkapi pendapat Trianto, Egen. P dan Kauchak. D (2012:137) mengatakan bahwa Jigsaw II merupakan strategi pembelajaran dimana siswa individu menjadi pakar tentang sub bagian satu topik dan mengajarkan sub-bagian itu kepada orang lain. Menurut Slavin (2005:237) mengenai tipe Jigsaw II adalah

Jigsaw II dapat digunakan jika materi yang akan dipelajari dalam bentuk narasi tertulis. Metode ini paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pelajaran ilmu sosial, literatur, sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah, dan bidang-bidang lainnya yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasaan konsep daripada penguasaan kemampuan. Pengajaran “bahan baku” untuk Jigsaw II biasanya berupa sebuah bab, cerita, biografi atau materi-materi narasi atau deskripsi”.

Berdasarkan dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tipe Jigsaw II adalah siswa diberikan kesempatan belajar


(44)

secara keseluruhan konsep sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengetahui keseluruhan materi yang akan dipelajarinya. Jadi setidaknya siswa sudah mengetahui garis besar materi yang dipelajari dalam kelompok. Setelah itu baru siswa akan mendalami bagian yang akan menjadi spesialisnya untuk dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

2.1.5.1. Langkah-langkah Pembelajaran tipe Jigsaw II

Langkah-langkah pembelajaran tipe Jigsaw II menurut Trianto (2010:238), yaitu:

a) Orientasi, guru menyampaikan tujuan pada materi yang akan dipelajari. Memberikan penekanan tentang manfaat penggunaan tipe Jigsaw II dalam proses belajar mengajar. Guru memberikan motivasi untuk meningkatkan rasa percaya diri, kritis, dan bekerja kelompok dengan baik. Siswa diminta belajar konsep secara keseluruhan, yang berguna untuk memperoleh gambaran keseluruhan konsep.

b) Pengelompokan, guru sudah membentuk berdasarkan tigkat kemampuan siswa, dalam hal ini siswa tidak perlu mengetahui. Guru membagi dalam 25% kelompok sangat baik, 25% kelompok baik, 25% kelompok sedang, dan 25% kelompok rendah.

c) Diskusi. Selanjutnya kelompok yang telah dibentuk dipecah menjadi kelompok yang akan mempelajari materi yang guru berikan dan dibina agar menjadi kelompok ahli. Kelompok ahli yang sudah terbentuk memulai untuk berdiskusi. Diskusi dilakukan dalam setiap kelompok


(45)

dan membahas satu materi yang sama sesuai dengan materi yang telah diberikan guru, kemudian siswa kelompok ahli kembali dalam grup semula atau kelompok asal. Selanjutnya anggota kelompok untuk mempresentasikan keahliannya atau hasil diskusi pada kelompok ahli kepada anggota kelompoknya secara bergiliran.

d) Presentasi. Proses ini bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami materi yang belum jelas atau terpotong karena ada anggota yang tidak hadir.

e) Tes (Penilaian). Guru memberikan penilaian, berupa tes tulis untuk dikerjakan siswa yang memuat seluruh konsep atau materi yang didiskusikan. Pada tes ini, siswa tidak diperbolehkan untuk bekerja sama.

f) Pengakuan kelompok. Penilaian didasarkan poin kemajuan individu, penilaian didasarkan pada seberapa jauh poin itu melampaui rata-rata poin sebelumnya bukan didasarkan pada skor akhir yang diperoleh siswa.

2.1.5.2. Evaluasi dalam Tipe Jigsaw II

Terdapat beberapa langkah dalam melakukan penilaian Jigsaw II yaitu (Slavin, 2005:159-163):

a) Pengetesan

Tes dilakukan dengan guru memberikan soal evaluasi kepada siswa untuk menjawab secara individual tentang materi yang telah dipelajari. Siswa mengerjakan soal secara individu untuk memperlihatkan apa yang


(46)

telah mereka pelajari secara individual. b) Skor Peningkatan/Kemajuan

Siswa memperoleh skor peningkatan berdasarkan tingkat skala dimana skor tes mereka melebihi atau kurang dari skor dasar mereka. Untuk itu, terdapat langkah-langkah dalam menghitung skor individual yaitu:

a. Menetapkan skor dasar

Setiap siswa diberikan skor dasar berdasarkan skor kuis yang lalu atau nilai evaluasi pada materi sebelumnya.

b. Menghitung skor kuis terkini

Setiap siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini.

c. Menghitung skor peningkatan/kemajuan

Siswa akan memperoleh poin peningkatan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis menyamai atau melampaui skor dasar mereka dengan menggunakan skala skor kuis sebagai berikut (Slavin, 2005:159):

Tabel 1. Pedoman poin kemajuan siswa berdasarkan Jigsaw II

No. Skor Kuis Poin

Kemajuan 1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

2. 10-1 poin di bawah skor awal 10

3. Skor akhir Sampai 10 poin di atas skor awal 20 4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 5. Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor


(47)

Sedangkan format lembar penyekoran kuis ditunjukkan sebagai berikut:

Contoh:

Tabel 2. Contoh Format Lembar Penyekoran Kuis

No. Siswa Skor Awal Skor Kuis Skor Kemajuan

1. A 90 100 30

2. B 80 60 5

3. C 75 80 20

Dst.

c) Penghargaan Skor Tim

Kegiatan akhir dari suatu penilaian dan evaluasi sangat penting dilakukan dalam pembelajaran kooperatif yang berupa pemberian penghargaan. Setelah poin setiap siswa diperoleh, kemudian nilai poin dimasukkan ke dalam nilai kelompok mereka untuk mencari kelompok yang mendapat poin tertinggi dan mendapat pengakuan kelompok. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Lembar Penilaian Kelompok Berdasarkan Jigsaw II

Kelompok Nama Anggota Poin Peringkat

1. A 1.

2. 3. 4. Jumlah

2. B 1.

2. 3. 4. Jumlah

Untuk kelompok dengan rata-rata skor 21 ≤ N ≤ 30 mendapat sertifikat tim istimewa (Super team), kelompok dengan rata-rata skor 16 ≤


(48)

N ≤ 20 mendapat sertifikat tim sangat baik (Great team) dan kelompok dengan rata-rata skor 6 ≤ N ≤ 15 mendapat sertifikat tim baik (Good team) (Slavin,2009:160).

2.1.5.3. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I

Perbedaan antara tipe Jigsaw II dan Jigsaw I dapat terlihat dari hasil proses itu sendiri dan dalam cara dimana saling membantu. Pada Jigsaw II siswa mensyaratkan siswa untuk mempelajari materi kembali, pendekatan digabungkan dengan menggunakan struktur hadiah ekstrinsik, dimana kelompok inti disebut dengan kelompok “tim” yang terdiri dari berbagai latar belakang kemampuan yang berbeda (pintar, sedang, kurang pintar). Slavin dalam Huda (2012:118) menjelaskan bahwa pada Jigsaw II setiap kelompok “berkompetisi” untuk memperoleh penghargaan kelompok (group reward). Hal ini juga yang membedakan Jigsaw II dan Jigsaw I karena pada Jigsaw I siswa hanya berkompetisi untuk memperoleh nilai individu. Menurut Sharan (2012:58) dalam Jigsaw II skor peningkatan diperuntukkan agar siswa yang kurang pintar mampu menyumbangkan yang lebih berbobot kepada kelompoknya. Penghargaan kelompok dapat diumumkan di kelas. Dengan penghargaan tersebut maka setiap kelompok akan terdorong kerjasamanya dan berusaha untuk meningkatkan skornya.

Jigsaw II merupakan sebuah adaptasi dari tipe Jigsaw Elliot Aronson (1978). Jigsaw II dalam hal ini juga membantu siswa belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan dasar sampai pemecahan masalah


(49)

yang kompleks. Seperti halnya pada Jigsaw I, setiap siswa menjadi ahli dalam materi yang dipelajarinya dan bertanggung jawab atas materi yang ditugaskan. Perbedaan yang mendasar adalah dalam Jigsaw II, siswa membaca semua materi karena dapat membantu siswa untuk mendapatkan gambaran besar sebelum mereka membaca kembali untuk menemukan informasi yang berkaitan dengan topik yang ditugaskan. Kelebihan dari Jigsaw II adalah bahwa semua siswa membaca semua materi yang akan membuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah dipahami. Dalam Jigsaw I, siswa menerima penjelasan potongan materi dari teman dari kelompok asal. Hal ini mengkhawatirkan karena bisa jadi siswa tersebut belum memahami materi. Jigsaw II cocok digunakan apabila materi yang dipelajari berbentuk narasi tertulis seperti pelajaran sosial, sastra, beberapa bagian sains, dan pelajaran lain yang bertujuan lebih menekankan pada konsep daripada keterampilan. Bahan ajar Jigsaw II biasanya merupakan sebuah bab, cerita, biografi, dan bahan deskriptif lainnya.

2.1.6. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial 2.1.6.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial yang disingkat menjadi IPS. Menurut Sapriya (2009:7), istilah IPS di Indonesia mulai di kenal sejak tahun 1970an sebagai hasil kesepakatan komunikasi akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran


(50)

yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran ilmu integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Tokoh lain Solihatin (2008:14) berpendapat IPS adalah ilmu yang membahas hubungan antara manusia dan lingkungannya, lingkungan dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitar. Melengkapi pendapat di atas, National Council for Social Studies (NCSS) mendefinisikan IPS adalah sebagai berikut:

“Social studies are the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, histori, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well asappropriate content from the humanities, mathematics, and the natural sciences” (Savage and Armstrong, 1996).

Pendidikan IPS adalah studi ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang diintegrasikan untuk tujuan membentuk kompetensi kewarganegaraan. IPS disekolah menjadi suatu studi secara sistematik dalam berbagai disiplin ilmu seperti anthropologi, arkheologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, politik, psikologi, agama, dan sosiologi, sebagaimana yang ada dalam ilmu-ilmu humaniora, bahkan termasuk matematika, dan ilmu ilmu alam dapat menjadi aspek dalam IPS.

Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang merupakan suatu


(51)

perpaduan dari sejumlah disiplin ilmu sosial seperti geografi, sosiologi, sejarah, ekonomi, hukum, politik, kewarganegaraan dan masih banyak lagi. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) lebih banyak menekankan hubungan antara manusia dengan masyarakat, hubungan manusia didalam masyarakat, disamping hubungan manusia dengan lingkungan fisiknya.

2.1.6.2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Menurut Rosdijati (2010:1) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan satu diantara sekian banyak mata pelajaran yang diberikan di tingkat SD/MI/SDLB. Hal ini dinyatakan dalam Standar Isi 2006. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat mencapai kompetensi sebagai berikut:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional dan global.


(52)

Menurut Marpaung dalam Rosdijati (2010:2), walaupun memiliki tujuan yang sangat mulia, kualitas pembelajaran IPS sering kali jauh dari harapan. Para guru mengalami masalah klasik yaitu rendahnya prestasi siswa serta kurangnya minat terhadap pelajaran IPS di sekolah. Hal ini terjadi karena para siswa umumnya menganggap IPS adalah pelajaran yang tidak penting sehingga tidak penting pula untuk diikuti atau didalami. Umumnya para guru menyajikan IPS dengan kaku dan cenderung membosankan. Guru menyampaikan informasi yang dibacanya dari buku, sementara siswa diminta mendengarkan atau mencatat, tanpa ada interaksi dan proses pembelajaran yang aktif. Guru tidak mendorong siswa untuk menggali strategi sendiri, melainkan secara instan menerima apa yang diberikan guru. Dampaknya, siswa hanya menyampaikan apa yang mereka terima dari guru.

Pelajaran IPS sebenarnya berisi fakta, peristiwa yang sangat dekat dengan kehidupan siswa. Oleh karena itu, sudah semestinya pelajaran IPS menarik dan menyenangkan untuk dipelajari oleh siswa. Dengan tujuan tersebut maka siswa diharapkan dapat memadukan antara konsep yang ada dengan keadaan nyata dalam lingkungannya, sehingga siswa mempunyai keterampilan untuk menemukan informasi dalam memecahkan masalah yang terjadi di sekitar siswa.


(53)

2.1.6.3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas IV

Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran IPS kelas IV semester 2 adalah mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. Dari standar kompetensi tersebut kemudian dijabarkan menjadi empat Kompetensi Dasar (KD) “2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya”, KD “2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat”, KD “2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya”, KD “2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya”.

Dari hasil pengamatan, wawancara kepada guru kelas dan siswa, serta melihat hasil dokumen dua tahun lalu diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk tahun ajaran 2010/2011 ada 57% atau 20 dari 35 siswa dan 43% atau 15 dari 35 siswa yang dinyatakan tuntas dalam materi tersebut. Nilai rata-rata kelas adalah 60 masih di bawah nilai KKM yaitu 65. Pada tahun ajaran 2011/2012 ada 66 % (21 siswa) yang mendapatkan nilai di bawah KKM dan hanya terdapat 34% (11 siswa) yang dinyatakan tuntas dalam materi tersebut. Nilai rata-rata dari seluruh siswa yang ada di kelas tersebut hanya 60 masih di bawah nilai KKM yaitu 65. Dari kedua data di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai siswa kondisi awal adalah 60 dan 61% siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM, sedangkan 39% siswa dinyatakan tuntas.


(54)

Dari fakta di atas maka peneliti akan meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN Caturtunggal 3 pada KD “2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya” dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw II.

2.1.7. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan salah satu pembelajaran yang cocok untuk mata pelajaran IPS. Hal ini sependapat dengan Trianto (2010:59) yang mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif, juga dapat membantu siswa untuk dapat memecahkan masalah, mampu berfikir kritis dalam suatu masalah, menerapkan pengetahuan, dan pengalaman, dari semua ini pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa dalam meningkatkan kualitas dalam pembelajaran.

Slavin (2005:237), menyatakan sebagai berikut:

Jigsaw II dapat digunakan jika materi yang akan dipelajari dalam bentuk narasi tertulis. Metode ini paling sesuai untuk subjek-subjek seperti pelajaran ilmu sosial, literatur, sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah, dan bidang-bidang lainnya yang tujuan pembelajaran lebih kepada penguasaan konsep daripada penguasaan kemampuan. Pengajaran “bahan baku” untuk Jigsaw II biasanya berupa sebuah bab, cerita, biografi atau materi-materi narasi atau deskripsi.

Dari uraian berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II mampu dipadukan dengan mata pelajaran IPS. Dalam pembelajaran IPS siswa dibentuk dalam


(55)

kelompok asal dan setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk mempelajari materi secara keseluruhan. Guru memberikan tugas kepada siswa dan setiap anggota asal mendapatkan sub materi yang berbeda. Siswa yang mendapatkan sub materi yang sama berkumpul menjadi satu dan disebut dengan kelompok ahli. Kelompok ahli saling berdiskusi dan kembali ke kelompok asal. Siswa saling berdiskusi tentang apa yang dipelajari dari diskusi kelompok ahli. Siswa saling membantu mengemukakan pendapatnya dan membantu anggota kelompoknya supaya memahami materi. Setelah berdiskusi siswa mendapatkan kuis (tes) yang berguna untuk mengukur kemampuan siswa.

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan

Terdapat enam penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, berikut akan dijabarkan satu persatu penelitian mengenai tipe Jigsaw, penelitian mengenai minat, penelitian mengenai prestasi belajar dan pembelajaran IPS. peneliti tidak mencantumkan penelitian mengenai tipe Jigsaw II karena penelitian tipe Jigsaw II belum pernah digunakan sebagai topik penelitian oleh peneliti terdahulu.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Seren (2010) dengan judul “Upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw Siswa kelas VIII SMP Karitas Ngaglik”. Bentuk penelitian tersebut adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini menjelaskan kondisi awal motivasi belajar siswa


(56)

33,33%, dan setelah dilaksanakan tindakan hasil yang dicapai pada siklus I 77,77%. Sedangkan pada siklus II hasil yang dicapai 72,22%,. Untuk prestasi belajar setelah melaksanakan tindakan siklus pertama diperoleh hasil rata-rata siswa mencapai 64,42 dan pada siklus dua nilai rata-rata-rata-rata mencapai 75,38. Target yang ditetapkan peneliti untuk peningkatan prestasi belajar siswa yaitu nilai rata-rata ulangan mencapai 75. Setelah tindakan pada siklus kedua target telah tercapai, bahkan melebihi target yang telah ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nicodemus Yordan Adheyanto (2011) dengan judul “Peningkatan sikap, minat, dan prestasi belajar siswa dengan pendekatan pedagogi reflektif pada mata pelajaran IPS kelas V SD Kanisius Gayam Semester Genap tahun ajaran 2010/2011” hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan secara signifikan, demikian juga dengan rata-rata minat belajar, dan prestasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata minat belajar siswa adalah kondisi awal 58,25, siklus I 71,25, dan siklus II 81,47. Untuk prestasi belajar kondisi awal 67,50, siklus I 69,31, Dan siklus II 78,75. Kondisi awal, siklus I , dan siklus II.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Kristina Dewi Setyawati (2010) dengan judul “Peningkatan prestasi belajar IPA siswa kelas IV dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Kondisi awal siswa hanya 13 atau 50 %


(57)

siswa yang tuntas, setelah dilakukan siklus I sebanyan 13 siswa atau 61,53 % siswa yang mencapai ketuntasan. Sedangkan pada siklus II 20 siswa atau 76,9 % siswa yang mencapai ketuntasan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Wayan Susanto (2009) dengan judul “Peningkatan prestasi belajar dalam matapelajaran IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun 2009/2010”. Dalam penelitian ini, data awal yang diperoleh nilai siswa adalah 53,05. Kemudian setelah dilakukan tindakan siklus I nilai yang diperoleh meningkat mencapai 61,05 dan pada siklus II meningkat mencapai 72,22. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat peningkatan prestasi hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran tipe Jigsaw.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Yalvema Miaz (2012) dengan judul “Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa SD”. Dalam penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan meningkatkan proses dan hasil belajar IPS siswa SD. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Baringin Anam Kecamatan Baso Kabupaten Agam. Hasil penelitian menunjukkan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran IPS, meliputi penyajian materi, expert group, home group, dan menjawab kuis. Penerapan model kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar IPS di SD.


(58)

6. Penelitian yang dilakukan oleh Ujang Isnandar (2012) dengan judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw Materi Perjuangan dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pada Siswa Kelas VB SD Karitas Ngaglik Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012” dengan hasil penelitian menunjukkan pada siklus I skor rata-rata minat belajar sebesar 64,42. Pada siklus II skor rata-rata minat belajar sebesar 76,50. Peningkatan prestasi menunjukkan pada siklus I rata-rata ulangan siswa sebesar 66,04 dan sebanyak 62,5% siswa sudah mencapai ketuntasan belajar. Pada siklus II rata-rata ulangan siswa sebesar 79,17 dan sebanyak 83,3% siswa sudah mencapai KKM. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar pada siswa kelas VB SD Karitas Ngaglik Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012.


(59)

Gambar 1. Literature Map penelitian-penelitian sebelumnya

2.3. Kerangka Berpikir

Standar Kompetensi (SK) mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi bagi kelas IV SD merupakan materi yang cukup sulit untuk dipahami, hal ini dikarenakan siswa dituntut untuk berimajinasi (abstrak). Berdasarkan tingkat perkembangan siswa SD yang masih terdapat dalam tahap operasional konkrit, maka guru harus membawa materi tersebut dalam konteks yang konkrit atau yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, terutama ketika menjelaskan mengenai Kompetensi Dasar (KD) “2.3. Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.

Seren (2010)

Meningkatkan motivasi belajar IPS melalui model Kooperatif Tipe Jigsaw

Nichodemus Y. Adheyanto (2012) Peningkatan sikap, minat, dan prestasi belajar siswa dengan pendekatan pedagogi

reflektif pada mata pelajaran IPS

Kristina Setyawati (2010) Peningkatan prestasi belajar IPA siswa

kelas IV dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Wayan Susanto (2009) Peningkatan prestasi belajar dalam matapelajaran IPS menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Yang perlu diteliti: peningkatan minat dan prestasi belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

II Yalvema Miaz(2012)

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

IPS siswa SD

Ujang Isnandar (2012) peningkatan minat dan prestasi belajar

menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik jigsawpada siswa kelas v


(60)

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II akan menyajikan situasi pembelajaran yang menyenangkan dimana siswa dapat mempelajari sendiri salah satu materi yang kemudian disharingkan kepada kelompok. Hal ini diharapkan akan melatih siswa untuk terbuka dengan teman sebayanya, sehingga suasana pembelajaran diharapkan akan lebih menyenangkan karena siswa tidak akan hanya mendengarkan guru yang ceramah.

Peneliti menggunakan pembelajaran tipe Jigsaw II ini dikarenakan peneliti ingin mencoba memberikan solusi terhadap upaya pembelajaran. Dengan pembelajaran yang menarik diharapkan siswa semakin aktif dan termotivasi dalam belajar, sehingga prestasi belajar siswa pun akan meningkat. Dengan menerapkan pembelajaran tipe Jigsaw II pada pembelajaran IPS, diharapkan minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 akan meningkat.

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir itulah peneliti merumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:

2.4.1. Penerapan metode Kooperatif tipe Jigsaw II dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 pada mata pelajaran IPS materi mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya dapat dilakukan dengan langkah-langkah yang tepat yaitu sebagai berikut: (a) Orientasi umum mengenai target yang harus dikuasai siswa; (b) Pembentukan kelompok dan penyampaian


(61)

tujuan; (c) Diskusi membahas tugas dalam kelompok ahli; (d) Sharing setiap anggota kelompok ahli dalam kelompok asal; (e) Presentasi kelompok asal; (f) Evaluasi; (g) Pengakuan kelompok berdasarkan model pembelajaran tipe Jigsaw II.

2.4.2. Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan minat siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 khususnya pada kompetensi dasar: mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.

2.4.3. Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 khususnya pada kompetensi dasar: mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.


(1)

Diskusi dengan kelompok asal Perwakilan dari kelompok mempresentasikan

Perwakilan dari kelompok mempresentasikan Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok


(2)

(3)

(4)

Lampiran 33 Biodata

Nama : Theresia Startyaningsih NIM : 091134007

Tempat, Tanggal Lahir : Wonogiri, 24 Mei 1991

Alamat : Slogohimo, Wonogiri, Jawa Tengah E-mail : theresiastartya@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

 1997-2003 Sekolah Dasar Negeri Watusomo I  2003-2006 SMP Negeri I Slogohimo

 2006-2009 SMA Pangudi Luhur St. Vincentius

 2009-2013 Universitas Sanata Dharma Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Riwayat Organisasi :

Prestasi :

 Juara III Lomba Inovasi Teknologi Mahasiswa Bidang Pendidikan Tingkat DIY Tahun 2012


(5)

viii

ABSTRAK

Theresia Startyaningsih. 2013. Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar IPS Siswa

Kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw II.

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana upaya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada mata pelajaran IPS bagi siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 (2) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada pelajaran IPS dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dan (3) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II pada pelajaran IPS dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN

Caturtunggal 3?

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart. Satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian telah dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan jumlah 29 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, kuesioner, dan tes. Data selanjutnya diolah berdasarkan teknik analisis data yang ditetapkan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar belajar IPS siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dilakukan dengan langkah-langkah, sebagai berikut: (a) orientasi umum, (b) pengelompokan kelompok asal yang terdiri dari lima ahli, (c) diskusi kelompok ahli, (d) sharing di dalam kelompok asal, (e) presentasi, (f) evaluasi, (g) pengakuan kelompok. (2) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II dapat meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas IV SDN

Caturtunggal 3. Hal ini nampak pada hasil penelitian yang menunjukkan skor rata-rata minat pada kondisi awal sebesar 60 dan termasuk kategori sedang. Pada siklus I skor rata-rata minat sebesar 63,7 dan termasuk dalam kategori sedang. Pada siklus II skor rata-rata minat sebesar 87 dan termasuk kategori tinggi. (3) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3. Hal ini nampak pada kondisi awal rata-rata ulangan siswa sebesar 61 dan sebanyak 40% sudah mencapai KKM (65). Pada siklus I rata-rata ulangan siswa adalah 62,7 dan sebanyak 42% mencapai KKM. Pada siklus II rata-rata ulangan siswa adalah 81,8 dan sebanyak 89% mencapai KKM.

Kata kunci: Minat belajar, prestasi belajar, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II


(6)

ix

ABSTRACT

Theresia Startyaningsih. 2013. Increasing Student’s Interest And Learning Achievement IPS In Grade IV SDN Caturtunggal 3 By Implementing Cooperative Model Type Jigsaw II. Teacher Education Program Elementary School, Department

of Education, Faculty of Teacher Training and Education, University of Sanata Dharma.

This study aimed to determine (1) how the effort of implementation cooperative learning model type Jigsaw II in IPS subject in increasing the student’s interest of class IV SDN Caturtunggal 3 is (2) Does the implementation of the cooperative learning model type Jigsaw II in IPS subject increase student’s interest of class IV SDN Caturtunggal 3 and (3) Does the implementation of cooperative learning model type Jigsaw II in IPS subject improve student’s achievement of class IV SDN Caturtunggal 3?

This research used classroom action research which refers to the cycle model proposed by Kemmis and Taggart. One cycle consists of four steps, namely: planning, action, observation, and reflection. This research conducted in two cycles. The subjects in this study were class IV SDN Caturtunggal 3, consists of 29 student’s. The data collection method used observation, questionnaires, and tests. Then, the data was processed by data analysis techniques which set out in qualitative and quantitative descriptive.

The results showed: (1) Efforts to increase interest and academic achievement social studies fourth grade students at SDN Caturtunggal 3 by implementing cooperative learning model type Jigsaw II is done with the steps, as follows: (a) general orientation, (b) grouping the home group consisting of five experts, (c) the expert group discussion, (d) sharing in the home group, (e) presentation, (f) evaluation, (g) recognition of the group. (2) The implementation of cooperative learning model type Jigsaw II can increase student’s interest in learning IPS subject in grade IV SDN Caturtunggal 3. The evident of this is shown in the result of the study which showed the average score of student’s interest on the initial condition is 60 and included in medium category. In the first cycle, the average score of students’ interest was 63.7 and included in the medium category. In the second cycle the average score of student’s interest was 87 and included in advanced category. (3) Application of cooperative learning model type Jigsaw II can improve learning achievement in grade IV IPS SDN Caturtunggal 3. This seems in the initial condition of student’s average test is 61 and as many as 40% have reached the KKM (65). In the first cycle, the average was 62.7 and as many as 42% student’s have been reached the KKM. In the second cycle, the average was 81.8 and as many as 89% student’s have been reached the KKM.

Keywords: Learning interest, learning achievement, cooperative learning model type