Peningkatan minat dan prestasi belajar siswa kelas VI pelajaran PKN melalui pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW II di SDN Gejayan Yogyakarta.
Rosiana, Anita. 2015. Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Pelajaran PKn melalui Pembelajaran Tipe Jigsaw II Di SDN Gejayan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta :UniversitasSanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam upaya meningkatkan minat siswa mata pelajaran PKn siswa kelas VI SD N Gejayan semester gasal tahun ajaran 2014/2015.(2) Peningkatan minat belajar siswa VI SD N Gejayan melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II semester gasal tahun ajaran 2014/2015 (3) Peningkatan prestasi belajar siswa VI SD N Gejayan melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II semester gasal tahun ajaran 2014/2015.
Penelitian ini adalah penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model siklus yang dikemukakan Kemmis dan Taggart. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD N Gejayan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2014/2015 dengan 30 siswa. Teknik pengumpulan data yang menggunakan pengamatan, kuesioner, dan tes. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pada hasil penelitian yang menunjukkan skor rata-rata minat belajar siswa pada kondisi awal 47, rata-rata minat belajar siswa pada siklus I sebesar 79 ,dan rata-rata minat belajar siswa pada siklus II sebesar 81. Kondisi awal rata-rata ulangan siswa sebesar 70 dan sebanyak 40% sudah mencapai ketuntasan belajar. Pada siklus I prestasi belajar siswa adalah 79 dan sebanyak 83% sudah mencapai ketuntasan belajar. Pada siklus II
prestasi belajar siswa adalah 82 dan sebanyak 100% sudah mencapai ketuntasan belajar.
Kata kunci: Minat belajar, prestasi belajar, Cooperatif Learning tipe Jigsaw II, Pendidikan Kewarganegaraan.
(2)
ABSTRACT
Rosiana, Anita. 2015. Increasing Student’s Interest and Achievement for VI In
Cizitenship In Learning Through The Application of Cooperative earning Model Jigsaw II in Grade of Gejayan Yogyakarta Elementary School. Thesis. Yoyakarta. Elementar School Teacher Training and Education,Sanata Dharma University.
This research climed to know (1) The using of Cooperative Learning type Jigsaw II in otherincreasing students’ interest in Citizenship subject for the students on the sixth grade at Gejayan Yogyakarta Elementary School in the first semester of 2014/2015 academic year (2) The improvement of interest from sixth grade student at Gejayan Yogyakarta Elementary School through the using of cooperatif learning type Jigsaw IIin the first semester 2014/2015 academic year. (3) The improvement of achievement from sixth grade student at Gejayan Yogyakarta Elementary School through the using of cooperatif learning type Jigsaw II in the first semester 2014/2015academic year.
This research used Classroom Action Research which refers to the cycle model proposede by Kemmis and Taggart. Subjects in this rearch were six grade students of SD N Gejayan Yogyakarta Elementary School in second semester of academic year 2014/2015 with the number 30 students. Data collection techniques used observations, questionnaires, and tests. Data had analyzed by descriptive qualitative and quantitave.
The results showed that: This is evident in the results of the research showed an average score of students’ interest in the initial conditions is 47, the average interest in learning in the first cycle is 79, and the average interest in learning the second cycle is 81. (2) The us of cooperative learning model Jigsaw II data is improving students’ achievement of six grade Citizenship subject in Gejayan Elementary School in second semester of academic year 2014/2015. This is apparent in the initial conditions of students’ test average is 70 students’ and 40% have reached completeness of learning. In the first cycle students’ achievement is 79 students’ and 83% have reached completeness of learning. In the second cycle students’ achievement is 82 and 100% has reached as completeness of learning.
Keyword: learning interest, learning achievement, Cooperative Learning Model Jigsaw II, Citizenship.
(3)
i
PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA
KELAS VI PELAJARAN PKN MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DI SD N GEJAYAN
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh:
Anita Rosiana
(111134036)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
(4)
(5)
(6)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Laporan tugas akhir ini kupersembahkan kepada :
Yesus Kristus, Bunda Maria, dan Bapa Yosef,
atas rencananya yang indah bagi hidup saya dan
kekuatannya
membimbing
saya
dalam
menyelesaikan kuliah ini.
Ayah bundaku yang tercinta yang telah
mendidik dan mengasuh aku dengan bersusah payah
sehingga aku dewasa dan selalu mendoakan demi
tercapainya cita-cita.
Keluarga besar saya yang telah memberikan
semangat supaya supaya bisa menyelesaikan kuliah
dengan baik dan tepat waktu.
Teman-teman Kost Tunggorono 1B yang telah
mendukung dan memberi saya semangat.
Teman-teman skripsi payung seperjuanganku.
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku:
(7)
v
MOTTO
Pekerjaan yang berat apabila kita menikmati pekerjaan tersebut maka
pekerjaan akan menjadi mudah dikerjakan dan memuaskan.
(Penulis)
Tidak ada satupun di dunia ini, yang bisa di dapat dengan mudah. Kerja
keras dan doa adalah cara untuk mempermudahnya.
(Penulis)
Cintailah sesamamu seperti engkau mencintai dirimu sendiri.
(Penulis)
Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi
mereka yang bersih hatinya.
(Mazmur73:1)
Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku:(8)
vi
(9)
(10)
viii
ABSTRAK
Rosiana, Anita. 2015. Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Pelajaran PKn melalui Pembelajaran Tipe Jigsaw II Di SDN Gejayan Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta :UniversitasSanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam upaya meningkatkan minat siswa mata pelajaran PKn siswa kelas VI SD N Gejayan semester gasal tahun ajaran 2014/2015.(2) Peningkatan minat belajar siswa VI SD N Gejayan melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II semester gasal tahun ajaran 2014/2015 (3) Peningkatan prestasi belajar siswa VI SD N Gejayan melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II semester gasal tahun ajaran 2014/2015.
Penelitian ini adalah penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model siklus yang dikemukakan Kemmis dan Taggart. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD N Gejayan Yogyakarta semester gasal tahun ajaran 2014/2015 dengan 30 siswa. Teknik pengumpulan data yang menggunakan pengamatan, kuesioner, dan tes. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pada hasil penelitian yang menunjukkan skor rata-rata minat belajar siswa pada kondisi awal 47, rata-rata minat belajar siswa pada siklus I sebesar 79 ,dan rata-rata minatbelajarsiswapada siklus II sebesar 81. Kondisi awal rata-rata ulangan siswa sebesar 70 dan sebanyak 40% sudah mencapai ketuntasan belajar. Pada siklus I prestasi belajar siswa adalah 79 dan sebanyak 83% sudah mencapai ketuntasan belajar. Pada siklus II prestasi belajar siswa adalah 82 dan sebanyak 100% sudah mencapai ketuntasan belajar.
Kata kunci: Minat belajar, prestasi belajar, Cooperatif Learning tipe Jigsaw II, Pendidikan Kewarganegaraan.
(11)
ix
ABSTRACT
Rosiana, Anita. 2015. Increasing Student’s Interest and Achievement for VI In Cizitenship In Learning Through The Application of Cooperative earning Model Jigsaw II in Grade of Gejayan Yogyakarta Elementary School. Thesis. Yoyakarta. Elementar School Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This research climed to know (1) The using of Cooperative Learning type Jigsaw II in otherincreasing students’ interest in Citizenship subject for the students on the sixth grade at Gejayan Yogyakarta Elementary School in the first semester of 2014/2015 academic year (2) The improvement of interest from sixth grade student at Gejayan Yogyakarta Elementary School through the using of cooperatif learning type Jigsaw IIin the first semester 2014/2015 academic year. (3) The improvement of achievement from sixth grade student at Gejayan Yogyakarta Elementary School through the using of cooperatif learning type Jigsaw IIin the first semester 2014/2015academic year.
This research used Classroom Action Research which refers to the cycle model proposede by Kemmis and Taggart. Subjects in this rearch were six grade students of SD N Gejayan Yogyakarta Elementary School in second semester of academic year 2014/2015 with the number 30 students. Data collection techniques used observations, questionnaires, and tests. Data had analyzed by descriptive qualitative and quantitave.
The results showed that: This is evident in the results of the research
showed an average score of students’ interest in the initial conditions is 47, the
average interest in learning in the first cycle is 79, and the average interest in learning the second cycle is 81. (2) The us of cooperative learning model Jigsaw II data is improving students’ achievement of six grade Citizenship subject in Gejayan Elementary School in second semester of academic year 2014/2015. This
is apparent in the initial conditions of students’ test average is 70 students’ and
40% have reached completeness of learning. In the first cycle students’
achievement is 79 students’ and 83% have reached completeness of learning. In the second cycle students’ achievement is 82 and 100% has reached as
completeness of learning.
Keyword: learning interest, learning achievement, Cooperative Learning Model Jigsaw II, Citizenship.
(12)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan berkat dan penyertaan-Nya, sehingga skripsi yang
berjudul“Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Pelajaran PKn Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II di SDN Gejayan Yogyakarta’’
dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dukungan, bimbingan, perhatian dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Rohandi Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Wakil Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
4. Drs. Paulus Wahana,M.Hum. dosen pembimbing I, terima kasih atas bimbingan dan dukungan yang telah diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.
5. Andri Anugrahana,S.Pd., M.Pd. dosen pembimbing II, yang telah mengarahkan saya selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.
6. Bambang Purwaka S.Pd selaku kepala sekolah SDN Gejayan yang telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian.
7. Wahyuni S.Pd guru kelas VI SDN Gejayan yang telah memberikan masukan dan saran juga berperan serta dalam penelitian sehingga peneliti dapat melaksanakan penelitian dengan baik.
8. Siswa kelas VI SDN Gejayan tahun ajaran 2014/2015 yang telah berperan serta dan mendukung pelaksanaan penelitian.
9. Theresia Dianita Oktaviani, Ludgardis Venny, Hendrika Juliati BR. Saragih yang telah membantu saya dalam dokumentasi maupun observer dalam kegiatan penelitian.
(13)
(14)
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian ...1
1.2 Rumusan Masalah ...4
1.3 Tujuan Penelitian ...5
1.4 Manfaat Penelitian ...5
(15)
xiii BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori... 8
2.1.1 Minat Belajar ... 8
2.1.1.1 Pengertian Minat Belajar ... 8
2.1.2 Belajar ... 9
2.1.2.1 Ciri-ciri Belajar ... 9
2.1.3 Prestasi Belajar ... 11
2.1.3.1 Pengertian Prestasi Belajar ... 11
2.1.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 12
2.1.4 Pembelajaran Kooperatif ... 14
2.1.4.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif ...14
2.1.4.2 Macam-macam Pembelajaran Kooperatif ...15
2.1.4.3 Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 16
2.1.5 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ... 17
2.1.5.1 Pengertian Tipe Jigsaw II... 17
2.1.5.2 Langkah-langkah Pembelaaran Tipe Jigsaw II ... 18
2.1.5.3 Perbedaan Jigsaw I dan Jigsaw II ... 21
2.1.5.4 Kelebihan Model Kooperatif Tipe Jigsaw II ... 22
2.2 Penelitian Yang Relevan ... 26
(16)
xiv BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ... 32
3.2 Seting Penelitian ... 35
3.3 Rencana Tindakan ... 36
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 47
3.5 Instrumen Penelitian... 49
3.6 Validitas ... 54
3.7 Teknik Analisis Data ... 77
3.8 Kriteria Keberhasilan ... 80
3.9 Jadwal Kegiatan ... 81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 82
4.2 Pembahasan... 115
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 119
5.2 Keterbatasan Masalah... 121
5.3 Saran...122
DAFTAR PUSTAKA ...123
LAMPIRAN ...125
(17)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel II. 1 Literatur Map Penelitian-penelitian Terdahulu ... 29
Tabel III. 3 Kisi-Kisi Kuesioner Minat Belajar ... 50
Tabel III. 8 Hasil Validasi Silabus ... 55
Tabel III. 7 Hasil Validasi Bahan Ajar ... 58
Tabel III. 8 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa ... 59
Tabel III. 9 Lembar Pengamatan ... 74
Tabel III. 5 Penghitungan Validitas Soal Evaluasi Siklus I ... 63
Tabel III. 10 Hasil Validasi Kuesioner Minat Belajar ... 69
Tabel III. 12 Hasil Rekap Data Validitas Kuesioner Minat ... 72
Tabel III. 17 Koefisien Reabilitas ... 74
Tabel III. 19 Kriteria Skor Kuesioner Minat ... 78
Tabel III. 20 Kriteria Presentase Kuesioner Minat ... 79
Tabel III. 23 Kriteria Keberhasilan ... 80
Tabel III. 24 Jadwal Penelitian ... 81
Tabel IV. 25 Peningkatan Minat Belajar Kondisi Awal dan Siklus I ... 84
Tabel IV. 26 Peningkatan Minat Belajar Siklus I dan Siklus II ... 89
Tabel IV. 27 Minat Belajar Siklus I dan Siklus II ... 95
(18)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar II. 1 Literatur Map ... 47
Gambar III. 2 Siklus PTK ... 51
Gambar IV. 3 Diagram Skor Rata-Rata Kuesioner Minat Siswa ... 89
(19)
(20)
1 BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab ini membahas tentang latar belakang masalah, batasan masalah,
rumusan masalah, pemecahan masalah, batasan pengertian, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian.
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan, karena tanpa pendidikan
manusia tidak akan mampu berkembang. Pendidikan secara langsung maupun tidak
langsung membawa suatu perubahan ke arah kemajuan bagi suatu negara (Isjoni, 2008:
78). Pendidikan akan membawa dampak besar bagi diri sendiri maupun orang lain.
Belajar merupakan perubahan pribadi terhadap lingkungan sekitarnya menurut
(Slameto, 2010: 2). Pendidikan memberikan kesempatan berkembang secara maksimal,
mempelajari peristiwa masa lalu, kesempatan aktif dan kreatif yaitu dalam pendidikan
karakter dan tingkah laku intern (Hamalik, 2009: 15). Salah satu pendidikan yang dapat
menanamkan karakter siswa adalah PKn. Mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran
yang pokok di sekolah dan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan
kepribadian manusia. Pendidikan kewarganegaraan dapat mempersiapkan peserta didik
menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui peran dan
(21)
Pembelajaran merupakan proses interaksi siswa dengan sumber belajar yaitu
guru dan siswa. Trianto (2010: 17) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan
aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan.
Pembelajaran dalam makna kompleks adalah usaha sadar seorang guru untuk
membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya)
dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Siswa berproses dalam kegiatan pembelajaran. Peneliti
berpendapat pentingnya prestasi belajar untuk mengetahui sejauh mana pemahaman
siswa terhadap suatu pembelajaran sehingga mencapai tujuan yang diinginkan.
Slameto (2010: 180) mengemukakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka
dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat
menjadikan seseorang cenderung memiliki atau memberikan perhatiannya yang tinggi
pada suatu subjek. Peneliti berpendapat bahwa pentingnya minat belajar bagi siswa
sangat penting dalam kegiatan belajar siswa karena tanpa adanya minat terhadap suatu
pelajaran, siswa tidak akan berhasil dalam mencapai tujuan pembejaran dan proses
pembejaran tidak berjalan lancar. Siswa yang berminat pada pelajaran PKn akan
mempelajari PKn dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang dan
adanya daya tarik dengan mempelajari PKn. Siswa yang tidak berminat cenderung
mengabaikan pelajaran.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas pengampu Mata
pelajaran PKn kelas VI SD N Gejayan pada hari kamis, 20 Maret 2014 prestasi belajar
(22)
minimal. KKM untuk pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SD N Gejayan
yaitu 75. Berdasarkan hasil dokumentasi, hasil belajar mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan rendah yaitu dibawah KKM dengan rata-rata kelas 70. Presentase
hasil belajar siswa yang mencapai KKM hanya 40% yaitu 8 dari 30 siswa yang sudah
mencapai KKM, dan dari hasil observasi yang dilakukan peneliti dari jumlah siswa
kelas VI hanya 50% yaitu 15 siswa dari 30 siswa yang minat mengikuti pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan
guru kelas VI, permasalahan yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran
diantaranya adalah rendahnya minat belajar di dalam kelas karena siswa kurang aktif
dan kurang bersemangat mengikuti pelajaran bahkan cenderung mengabaikan mta
pelajaran pendidikan kewarganegaraan meskipun nilainya dibawah standar ketuntasan
minimal.
Suranto (2009: 3) berpendapat bahwa rendahnya prestasi belajar siswa karena
guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Banyak model atau strategi
pembelajaran dalam usaha mengoptimalkan hasil prestasi siswa yaitu model
pembelajaran Konstektual, model pembelajaran Kooperatif, model pembelajaran
Quantum, model pembelajaran Terpadu, dan model pembelajaran Berbasis Masalah
(PBL) (Sugiyanto, 2009: 56). Model pembelajaran kooperatif atau sering disebut
Coopertive Learning memiliki makna adanya kerjasama di dalam pembelajaran. Ada
enam macam pembelajaran kooperatif yaitu Student Teams Achievement Division
(STAD), Jigsaw, Group Investigation, Make a Match, Teams Gaes Tournament (TGT)
(23)
Peneliti menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatif learning yaitu
Jigsaw untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa terhadap Kompetensi
Dasar 2.1 Menjelaskan proses Pemilu dan Pilkada. Penggunaan model pembelajaran
ini, karena mampu untuk memecahkan kesulitan siswa dalam mempelajari mata
pelajaran PKn dengan cara bekerja kelompok, meningkatkan relasi antar siswa,
menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan sikap toleransi, dan guru memberikan
penghargaan kepada siswa, sehingga proses belajar mengajar lebih menarik dan mampu
meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Berdsarkan latar belakang tersebut
peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul: ‘’ Peningkatan Minat dan
Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Pelajaran PKN Melalui Pembelajaran Kooperatif
Jigsaw II di SD N Gejayan Yogyakarta’’.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1
Bagaimana penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam upaya meningkatkan minat siswa mata pelajaran PKn siswa kelas VI SD NGejayan semester gasal tahun ajaran 2014/2015?
1.2.2
Apakah minat belajar siswa pada pelajaran PKn siswa kelas VI SD N Gejayan dapat meningkat melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw II pada semester gasal tahun ajaran 2014/2015?
1.2.3
Apakah prestasi belajar siswa pada pelajaran PKn siswa kelas VI SD N Gejayan dapat meningkat melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif(24)
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
dalam meningkatkan minat dan prestasi siswa pada mata pelajaran PKn pada
siswa kelas VI SD N Gejayan pada semester gasal tahun ajaran 2014/2015.
1.3.2 Untuk mengetahui apakah minat minat belajar siswa pada pelajaran PKn kelas
VI SD N Gejayan dapat meningkat melalui penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II pada semester gasal tahun ajaran 2014/2015.
1.3.3 Untuk mengetahui apakah prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn siswa
kelas VI SD N Gejayan dapat meningkat melalui penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II pada semester gasal tahun ajaran
2014/2015.
1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Bagi Guru
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat menjadi salah satu
alternatif dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.
1.4.2 Bagi Sekolah
Memberikan informasi tentang keberhasilan seorang guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw II.
1.4.3 Bagi Peneliti Lain
Menjadi salah satu sumber referensi bagi penelitian dan menambah wawasan
(25)
1.4.4 Bagi Siswa
Menambah pengalaman belajar siswa mempelajari materi menjelaskan proses
Pemilu dan Pilkada dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw II sehingga dapat meningkatkan minat prestasi belajar siswa.
1.5 Batasan Pengertian
1.5.1 Belajar merupakan suatu kegiatan perubahan tingkah laku setelah mempelajari
pengetahuan dan mampu diamati melalui latihan.
1.5.2 Minat belajar merupakan suatu rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas,
tanpa ada yang menyuruh, dimana siswa mempunyai rasa lebih terhadap subjek
tertentu.
1.5.3 Prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam
menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam
proses belajar mengajar.
1.5.4 Pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan suatu pendidikan yang bertujuan
untuk mendidikan para generasi muda dan mahasiswa agar mampu menjadi
warga negara yang demokratis dan partisipatif dalam pembelaan negara.
1.5.5 Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan pembelajaran dimana suatu
kelas yang dibagi dalam kelompok-kelompok kecil kelompok asal (home group
) dan kelompok ahli (expert group), setiap kelompok berangggotakan 4-5 orang.
1.5.6 Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
(26)
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
1.5.7 Pembelajaran merupakan proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik.
1.6.0 Siswa adalah orang yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan
(27)
8
BAB II
Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini, landasan teori dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya
(1) kajian pustaka, (2) penelitian-penelitian yang relevan, (3) kerangka berpikir, (4)
hipotesis tindakan.
2.1 Kajian Teori 2.1.1 Minat Belajar
2.1.1.1 Pengertian Minat Belajar
“Minat adalah keinginan kuat, gairah; kecenderungan hati yang sangat tinggi
terhadap sesuatu” (Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 2008: 450). Minat adalah rasa suka terhadap sesuatu dan dan tanpa ada yang menyuruh. Hubungan tersebut
terjadi antara dalam diri dengan luar dari diri sendiri. Minat yang besar dapat
ditandai dengan semakin kuat atau besar hubungan tersebut (Slameto, 2010: 180).
Sependapat dengan KBBI dan Slameto, Winkel (2004: 212) menjelaskan minat
merupakan kecenderungan untuk menetap dan merasa senang terhadap materi
tersebut. Hal itu dapat dilihat dari orang yang suka terhadap mata pelajaran tertentu,
maka orang tersebut akan lebih tertarik pada mata pelajaran tersebut, daripada mata
pelajaran yang lain. Sedangkan Belly (2006: 4), minat adalah keinginan yang
didorong oleh suatu keinginan setelah melihat, mengamati, dan membandingkan
serta mempertimbangkan dengan kebutuhan yang diinginkannya. Hamalik (2001:
(28)
seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan.
Berdasarkan beberapa pengertian minat menurut para ahli dapat disimpulkan
bahwa pengertian minat adalah suatu rasa suka yang kuat terhadap sesuatu, sebagai
contoh merasa senang mempelajari materi tertentu. Apa yang dilakukan siswa itu
sesuai dengan keinginan siswa tanpa disuruh dengan pihak lain.
2.1.2 Belajar
Slameto (2010: 2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Hamalik (2003: 27) mengemukakan bahwa belajar adalah modifikasi
memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification
or strengthening of behavior trough experiencing). Berdasarkan beberapa pengertian
belajar yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan aktivitas yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan
perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.
2.1.2.1 Ciri-ciri Belajar
Burton (Hamalik 2003: 31) mengemukakan uraian tentang prinsip-prinsip
belajar yaitu sebagai berikut: (1) proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi,
(29)
pengalaman dan mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu, (3)
pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid, (4)
pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang
mendorong motivasi yang kontinu, (5) proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh
hereditas dan lingkungan, (6) proses belajar dan hasil belajar secara materil
dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual dikalangan murid-murid, (7)
proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan
hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid, (8) proses belajar yang
baik apabila murid mengetahui status dan kemajuan, (9) proses belajar merupakan
kesatuan fungsional dari berbagai prosedur, (10) hasil-hasil belajar secara fungsional
bertalian satu sama lain, tetapi dapat didiskusikan secara terpisah, (11) proses belajar
berlansung secara efektif dibawah bimbingan yang merangsang dan membimbing
tanpa tekanan dan paksaan, (12) hasil-hasil belajar adalah pola-pola perubuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan,
(13) hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada
kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya, (14) hasil-hasil belajar
dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-pengalaman yang dapat
dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik, (15) hasil-hasil belajar itu lambat
laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan berbeda-beda, dan (16)
hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat
(30)
2.1.3 Prestasi Belajar
2.1.3.1 Pengertian Prestasi Belajar
Djamarah (2006: 10) prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang sudah
dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Widodo (2000:
594) berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai, hasil tersebut
merupakan hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara
individual maupun kelompok. Ahli lainnya yaitu Supardi (2011: 167) menyatakan
prestasi merupakan suatu pencapaian atau hasil yang telah dicapai memerlukan suatu
keahlian dalam bidang akademis maupun non akademis. Sardiman (2001: 46)
mengemukakan bahwa prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil
interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari
luar individu dalam belajar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1101) prestasi belajar adalah
suatu tes atau nilai yang diberikan guru sebagai hasil dari penguasaan dan
keterampilan terhadap suatu mata pelajaran. Winkel (Hamdu & Agustina, 2011: 83)
menyatakan bahwa, ”Prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan seseorang siswa
dalam melakukan kgiatan belajar ssesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sultan (Supardi, 2012: 251) berpendapat bahwa, “Prtestasi belajar adalah tingkat
kemampuan maksimal dapat dicapai melalui proses belajar mengajar, biasanya
(31)
Berdasarkan tiga pengertian dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah nilai yang diberikan guru dari penguasaan dan keterampilan
terhadap suatu pelajaran baik dalam diri sendiri maupun dari luar melalui mata
pelajaran. Prestasi belajar siswa yang baik merupakan tujuan utama yang didambakan
oleh setiap institusi pendidikan. Prestasi belajar ditandai dengan adanya perubahan
hasil.
2.1.3.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Daryanto &
Rahardjo (2012: 28), menyatakan bahwa hasil/prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh
dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Penjelasan mengenai faktor internal yang dikemukakan oleh Daryanto &
Rahardjo (2012: 28), yaitu:
Faktor eksternal terdiri dari faktor sosial, budaya, lingkungan fisik, dan spiritual.
Faktor sosial meliputi hubungan manusia dengan berbagai situasi sosial.
Contohnya sekolah, masyarakat, lingkungan keluarga, dan lain-lain. Faktor
non-sosial bukan menyangkut seperti keadaan fisik atau lingkungan alam, melainkan
lebih ke situasi rumah, fasilitas belajar, dan lain-lain. Faktor eksternal terakhir
adalah spiritual yang sering disebut dengan lingkungan keagamaan.
Lingkungan sekolah, khususnya seorang guru mempunyai peran yang sangat
(32)
Peran guru adalah memonitor tingkah laku siswa, mengajarkan siswa untuk
melakukan kerjasama yang efektif, membentuk kelompok dengan level kemampuan
yang berbeda.
Pengaruh faktor internal yang dikemukakan oleh Daryanto & Rahardjo (2012:
28), yaitu:
Keberhasilan belajar ditentukan oleh diri sendiri. Contoh pengaruh faktor
internal adalah intelegensi, keberhasilan individu dapat diukur dengan
intelegensinya, senakin tinggi tingkat intelegensi maka kemungkinan tingkat
hasil yang dicapai semakin tinggi. Siswa yang mempunyai intelegensi yang
rendah belum tentu mendapatkan hasil belajar yang rendah, hal ini masih
dikarenakan masih ada faktor-faktor lain, yaitu: minat, sikap, waktu, dan
kesempatan. Minat adalah kecenderungan yang tinggi terhadap sesua tu, dengan
demikian jika siswa senang dan berminat dalam pelajaran tertentu maka siswa
akan tertarik terhadap pelajaran tersebut, hal ini kan mendukung siswa dalam
meningkatkan prestasi belajar. Sikap merupakan kecenderungan untuk merespon
sesuatu dengan cara yang relatif tetap terhadap objek. Siswa yang mampu
mempergunakan waktu dan kesempatan secara baik akan mendapatkan peluang
untuk belajar mampu memiliki prestasi.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yang telah
dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor
eksternal dan faktor internal sangat mempengaruhi prestasi belajar. 1) Faktor eksternal
(33)
dengan berbagai situasi sosial. Contohnya sekolah, masyarakat, lingkungan keluarga,
dan lain-lain. Faktor non-sosial bukan menyangkut seperti keadaan fisik atau
lingkungan alam, melainkan lebih ke situasi rumah, fasilitas belajar, dan lain-lain; 2)
sedangkan faktor internal terdiri dari intelegansi namun faktor intelegansi tidak dapat
berdiri sendiri, hal ini dikarenakan minat, sikap, waktu, dan kesempatan jasmaniah
sangat berperan dalam pembentukan intelegansi, faktor psikologis, dan faktor
kematangan.
2.1.4 Pembelajaran Kooperatif
2.1.4.1Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak
digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan.
Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar dimana guru berperan
sebagai fasilitator yng berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman
yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Sedangkan menurut Rusman (2011:
204), cooperative learning merupakan teknik pengelompokkan masing-masing
kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang di dalamnya terdapat tujuan yang sama.
Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperative learning,
seperti dijelaskan Abdulhak (2001: 19-20) bahwa “Pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat
mewujudkan pemahaman bersama antara peserta belajar itu sendiri. Pendekatan
pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil dalam pembelajaran yang
(34)
tujuan belajar. Menurut Nurulhayati (2002: 25) pembelajaran kooperatif adalah
strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil
untuk saling berinteraksi.
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk mendidik
siswa dalam rangka mencapai tujuan dengan cara bekerja kelompok dalam setiap
kelompok beranggotakan 4-5 orang dan guru berperan pengatur jalannya kegiatan.
Pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing prosesantara peserta belajar,
sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama antara peserta belajar itu sendiri.
Pendekatan pembelajaran cooperative dengan menggunakan kelompok kecil dalam
pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar
mereka mencapai tujuan belajar.
2.1.4.2 Tipe Pembelajaran Kooperatif
Terdapat beberapa tipe dari pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995: 11)
diantaranya adalah:
1. Jigsaw
Tipe Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson. Dalam tipe Jigsaw, siswa
ditempatkan ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 anggota.
Masing-masing anggota harus mempelajari materi yang berbeda (kelompok asal). Setiap
anggota yang mempelajari materi yang sama berkumpul menjadi satu kelompok yang
(35)
dan mencari cara terbaik untuk bagaimana menjelaskan bagian informasi itu kepada
anggota kelompoknya (kelompok asal). Setelah siswa siap, siswa siap diuji secara
individu (kuis). Skor yang diperoleh siswa akan menentukan skor yang diperoleh dari
kelompok mereka. Walaupun tidak ada reward khusus untuk individu maupun
kelompok. Perbedaan Jigsaw I dan Jigsaw II adalah pada Jigsaw II siswa diberikan
kesempatan untuk mempelajari seluruh konsep pelajaran yang akan dipelajari dan
proses pembelajaran akan berbeda dimana dalam kegiatan pembelajaran akan
diadakan kuis dan skor kuis kuis dijadikan skor kelompok sehingga siswa ikut
berpartisipasi dan berusaha mendapatkan penghargaan kelompok. Berbeda dengan
Jigsaw II,Jigsaw I mengarahkan siswa untuk mempelajari satu konsep erlebih dahulu,
dan siswa akan mendapatkan konsep yang lainnya dari teman segroupnya. Jhonson
and Jhonshon (dalam Teti Sobari 2006: 31) melakukan penelitian tentang
pembelajaran kooperatif model Jigsaw yang hasilnya menunjukkan bahwa interaksi
kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembanan anak. Seperti
diungkpkan Lie (1999 73), bahwa “Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil
yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama
saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.”
2.1.4.3 Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Trianto (2010:57) tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah untuk
meningkatkan prestasi akademik siswa, baik individu maupun kelompok.
(36)
kooperatif (Rusman, 2011:210). Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di
dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam
organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan dimana masyarakat secara
budaya semakin beragam. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan
hubungan, kerja, dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan
mengembangkan komunikasi antaranggota kelompok, sedangkan peranan tugas
dilakukan dengan membagi tugas antaranggota kelompok selama kegiatan (Rusman,
2011: 210). Berdasarkan pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan secara berkelompok dimana siswa
saling bekerja sama, berkolaborasi, dan menerima keragaman pendapat yang berguna
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa baik secara individu maupun kelompok.
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun, siswa
juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan
kooperatif.
2.1.5 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II 2.1.5.1 Pengertian Tipe Jigsaw II
Trianto (2010:75), menyatakan teknik Jigsaw tipe II dikembangkan oleh
Slavin. Pada tipe II ini siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan
konsep (scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli (expert).
Jigsaw II adalah sebuah strategi pembelajaran dimana individu belajar menjadi pakar
(37)
lain (Egen dan Kauchak, 2012:137). Setiap siswa berkompetisi untuk mendapatkan
suatu penghargaan kelompok.
Jadi pembelajaran tipe Jigsaw II adalah pembelajaran kooperatif dimana siswa
belajar keseluruhan konsep sebelum ia belajar keahliannya, dalam Jigsaw II
membutuhkan keterlibatan antar anggota dan mempunyai tanggung jawab untuk
membantu anggota dalam memahami materi yang dipelajari. Setiap anggota kelompok
berperan untuk meningkatkan kemampuannya. Hal ini berguna supaya kelompok
tersebut mendapatkan penghargaan.
2.1.5.2 Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw II
Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw II menurut Slavin (2005:237), yaitu:
1. Para siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Kelompok yang mewakili seluruh
bagian di dalam kelas. Contoh, dalam satu kelompok terdapat tingkat prestasi siswa
yang berbeda, jenis kelamin, dan warna kulit. Pembagian yang rata dan adil sangat
diperlukan dan siswa tidak diperbolehkan memilih anggota sendiri.
2. Para siswa mendapatkan tugas untuk membaca seluruh konsep sebelum ia belajar
menjadi “ahli” pada sub bagian. Kelompok ahli dari tim yang berbeda dan
mempunyai fokus materi yang bertemu dan membahas fokus topik selama 30
menit.
3. Setelah terjadi diskusi dalam kelompok ahli, para ahli kembali kepada kelompok
asal kemudian secara bergiliran menjelaskan materi yang telah dipelajari dalam
kelompok ahli dan memantau teman anggota kelompok asal dalam memahami
(38)
4. Guru berperan untuk memberikan penilaian yang mencakup seluruh topik.
Peraturan penilaian adalah skor kuis menjadi skor tim sedangkan skor-skor yang
dikontribusikan para siswa kepada tim yang meraih skor tertinggi menerima adalah
sertifikat atau berupa penghargaan lainnya. Bentuk sertifikat dan penghargaan
berguna untuk meningkatkan kemauan siswa untuk bekerja keras dan berusaha
menjadikan kelompoknya menjadi kelompok yang terbaik.
Sependapat dengan Slavin, Trianto (2010:75-78) menjelaskan langkah-langkah
untuk merencanakan kegiatan Jigsaw II, yaitu:
1. Orientasi, guru menyampaikan tujuan materi yang akan dipelajari. Memberikan
penekanan tentang manfaat penggunaan metode Jigsaw II dalam proses belajar
mengajar. Guru memberikan motivasi untuk meningkatkan rasa percaya diri,kritis,
dan bekerja kelompok dengan baik. Sebelum pertemuan, guru dapat memberikan
tugas kepada siswa untuk membaca materi yang akan dipelajari atau guru
menjelaskan keseluruhan materi.
2. Pengelompokkan, guru sudah me-ranking kemampuan pelajaran PKN, dalam hal
ini siswa tidak mengetahui. Guru membagi seluruh anggota kelas dalam
pengelompokan sangat baik, baik, sedang, rendah. Guru membagi group, dimana
setiap group bersifat group heterogen atau bermacam-macam dalam kemampuan
mata pelajaran.
3. Pembentukan dan pembinaan kelompok expert. Selanjutnya setiap group yang
(39)
guru dan dibina agar menjadi kelompok ahli (expert), kelompok ahli yang sudah
terbentuk memulai untuk berdiskusi.
4. Diskusi (pemaparan) kelompok ahli dalam group. Diskusi dilakukan dalam setiap
kelompok dan membahas satu materi yang sama sesuai materi yang telah di berikan
guru, kemudian peserta didik ahli kembali dalam group semula atau kelompok asal.
Selanjutnya anggota group mempresentasikan atau hasil diskusi pada kelompok
ahli kepada anggota kelompoknya secara bergiliran.
5. Tes (penilaian). Guru memberikan penilaian berupa tes tertulis untuk dikerjakan
siswa yang memuat seluruh konsep atau materi yang didiskusikan. Pada tes ini
siswa tidak boleh bekerja sama.
6. Pengakuan kelompok. Penilaian didasarkan skor peningkatan individu. Siswa
memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis mereka
melampaui skor dasar mereka.
Langkah-langkah diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa langkah-langkah
pembelajaran tipe Jigsaw II, yaitu 1) Orientasi adalah guru menyampaikan kegiatan
pembelajaran hari ini; 2) Para siswa bekerja sama dalam tim yang heterogen siswa
mempunyai kemampuan berbeda-beda disatukan menjadi satu kelompok yang disebut
kelompok asal, dalam anggota kelompok asal mendapatkan materi yang sama
bergabung menjadi satu yang disebut kelompok ahli (expert); 4) Diskusi (pemaparan)
kelompok ahli dalam group, group ahli saling mendiskusikan materi yang telah
didapat dan saling memberi masukan satu dengan yang lain; 5) Kembali ke tim
(40)
didiskusikan dalam kelompok asal, semua anggota kelompok menjelaskan hasil
diskusi secara bergiliran dan diharapkan semua anggota mempunyai tanggung jawab
supaya seluruh anggota kelompok dapat mengerti, keberhasilan kelompok bergantung
satu dengan yang lain; 6) Tes (penilaian) diberikan secara individu, yang berjuang
untuk memahami tingkat kemampuan siswa dan hasil dalam diskusi siswa; 7)
penghargaan kelompo, penilaian didasarkan skor peningkatan individu, penilaian
didasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor sebelumnya.
Penghargaan dapat berupa pemberian sertifikat, pengumuman pada papan mading
sekolah, dan lain-lain.
2.1.5.3 Perbedaan Jigsaw I dan Jigsaw II
Pada Jigsaw I siswa mendapatkan kesempatan untuk belajar secara keseluruhan
konsep sebelum ia mempelajari apa yang akan menjadi keahliannya (expert). Awalnya
Jigsaw I mengarahkan siswa belajar pada satu konsep yang akan menjadi keahliannya
sehingga siswa akan mendapatkan konsep yang lainnya dari diskusi dengan teman satu
groupnya. (Trianto, 2010:75).
Perbedaan Jigsaw I dan Jigsaw II dapat terlihat dari hasil proses belajar dan
bagaimana siswa saling membantu. Jigsaw II siswa mensyaratkan untuk mempelajari
materi kembali, pendekatan digabungkan dengan menggunakan struktur hadiah,
dimana kelompok inti disebut dengan kelompok “tim” yang terdiri dari berbagai latar belakang kemampuan yang berbeda (pintar, sedang, kurang pintar). Di dalam Jigsaw
II skor peningkatan diperuntukkan untuk siswa yang kurang pintar mampu
(41)
dapat diumumkan di depan kelas. Penghargaan tersebut maka setiap kelompok akan
terdorong untuk bekerja sama dan berusaha meningkatkan skor kelompok (Sharan,
2012: 58). Jigsaw II skor pada kuis menentukan skor yang diperoleh kelompok
mereka.
Perbedaan Jigsaw I dan Jigsaw II yang dikemukakan para ahli di atas, dapat
disimpulkan perbedaan Jigsaw I dan Jigsaw II adalah pada Jigsaw II siswa diberikan
kesempatan untuk mempelajari seluruh konsep pelajaran yang akan dipelajari dan
proses pembelajaran akan berbeda dimana dalam kegiatan pembelajaran akan
diadakan kuis dan skor kuis kuis dijadikan skor kelompok sehingga siswa ikut
berpartisipasi dan berusaha mendapatkan penghargaan kelompok. Berbeda dengan
Jigsaw II,Jigsaw I mengarahkan siswa untuk mempelajari satu konsep erlebih dahulu,
dan siswa akan mendapatkan konsep yang lainnya dari teman segroupnya.
2.1.5.4 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
Menurut Slavin (2008: 245) kelebihan dari Jigsaw II adalah seluruh siswa
membaca semua materi terlebih dahulu sehingga akan membuat konsep-konsep yang
telah disatukan menjadi lebih mudah untuk dipahami. Selain itu Jigsaw I menuntut
siswa untuk untuk menuliskan kembali tiap bagian agar dapat memahami materi dan
hal tersebut merupakan kebalikan dari Jigsaw II. Kelebihan lain dari penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II adalah selalu ada perayaan disetiap
kegiatannya. Perayaan tersebut dimaksudkan sebagai bentuk penghargaan atau reward
(42)
2.1.6 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
2.1.6.1 Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
Kurikulum dalam Mulyasa (2007: 64), menyatakan:
„‟Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945‟‟.
Utami (2010: 66) PKN berisi tentang fakta dan peristiwa sehari-hari
merupakan pembelajaran yang sangat lekat dengan kehidupan siswa, sehingga
pembelajaran harus menarik dan menyenangkan bagi siswa. Mempelajari PKN
diperlukan konsep dan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan
keterampilan berfikir dan keterampilan dasar, dimana siswa dibimbing supaya
memiliki keterampilan dasar PKN yang digunakan untuk memahami konsep PKN
(Utami, 2010: 69). Selain itu menurut Utami (2010: 69) mengungkapkan “konsep
PKN antara lain sistem pemerintahan, hak dan kewajiban sebagai warga negara,
toleransi, kebebasan, demokrasi, globalisasi, kerjasama, dan komunikasi”.
2.1.6.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mampu membentuk
warga Negara untuk melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara seperti yang
diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945. Dalam melakukan kegiatan tersebut,
(43)
sosial dan budaya sekitarnya (Utami, 2010: 69). PKN dirancang untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan dkemampuan analisis terhadap
kondisi kehidupan berbangsa. Menurut Abdul (2007: 155) tujuan PKN adalah
“membentuk warga negara yang baik”. Warga negara yang baik terlihat dari sikap
warga negara yang mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya
sebagai warga negara. PKN merupakan pelajaran yang berisi fakta dan peristiwa yang
dekat dengan kehidupan anak dan kegiatan pembelajaran tersebut dirancang untuk
menarik dan menyenangkan (Utami, 2010: 68). Standar Kompetensi Memahami
sistem pemerintahan Republik Indonesia Kompetensi Dasar 2.1 Menjelaskan proses Pemilu
dan Pilkada.
2.1.6.3 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Siswa SD memiliki rentang usia antara 7 sampai 12 tahun. Piaget (Heruman,
2007: 1) mengemukakan bahwa siswa Sekolah Dasar (SD) umumnya berkisar antara 6
atau 7 tahun sampai 12-13 tahun berada dalam tahap operasional konkret. Tahap ini
merupakan kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikn kaidah-kaidah
logika meskipun masih terkait dengan objek yang bersifat konkret.
Ada beberapa karakteristik siswa sekolah dasar yang dikemukakan oleh
beberapa ahli. Piaget (Ormrod, 2008: 46) menyebutkn bahwa 6 karakteristik siswa
dalam tahap operasional konkret. Karakteristik pertama, pembedaan perspektif sendiri
dari perspektif orang lain. Siswa menyadari bahwa orang lain memiliki pemahaman
yang berbeda dengannya dan gagasannya sendiri belum tepat. Karakteristik ke dua
(44)
menjadi anggota suatu kategori sekaligus menjadi anggota salah satu sub kategorinya.
Karakteristik ke tiga dari siswa sekolah dasar adalah Konservasi. Sisw menyakini
bahwa jumlah materi tetaplah sama jika ada yang ditambahkan atau dikurangkan,
walaupun ada beberapa materi yang diubah atau disusun ulang.
Karakteristik ke kempat adalah reversibilitas. Siswa memahami bahwa
proses-proses tertentu dapat dilakukan dengan langkah yang berkebalikan, dengan hasil yang
sama. Kemampuan melakukan penalaran mengenai transformasi adalah karakteristik
ke lima dari siswa sekolah dasar. Siswa melakukan penalaran mengenai perubahan dan
dampak-dampaknya. Karakteristik ke enam adalah penalaran deduktif. Siswa mampu
menarik kesimpulan logis berdasarkan dua atau lebih informasi. Karakteristik yang
muncul dimulai dari hal yang mudah terlebih dahulu, misalnya membedakan sesuatu,
sampai dengan hal yang cukup sulit, yaitu siswa dapat menyimpulkan berbagai hal
yang diperolehnya.
Ahli lainnya adalah Suryobroto. Suryobroto (Djamarah, 2011: 124) yang
menyatakan bahwa usia sekolah dasar sebagai masa intelektual atau masa keserasian
bersekolah. Masa ini, diperinci menjadi dua fase, yaitu masa kelas-kelas rendah
sekolah dasar, kira-kira umur 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun dan masa
kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9 atau 10 tahun sampai umur 12 atau
13 tahun.
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa ahli adalah siswa sekolah dasar
(45)
luar siswa/anak juga tetap harus diberikan kepada mereka. Tujuannya adalah supaya
karakteristik siswa yang kurang baik tidak berdampak buruk bagi kehidupan
selanjutnya.
2.2 Penelitian-penelitian yang Relevan
Yoseph Doni Prasetyo dengan judul ”Hubungan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa kelas V SD Pangudi Luhur Muntilan Semester 2 Tahun
Pelajaran 2010/2011”hasil penelitian menunjukkan 1) minat belajar siswa dibagi menjadi tiga kategori yaitu minat belajar rendah 11,1% minat belajar sedang 33% dan
minat belajar tinggi 55,6%; 2) prestasi belajar dibagi menjadi tiga komponen yaitu
prestasi belajar rendah 36,1% persentase belajar sedang 38,9% dan perestasi belajar
tinggi 25%.
Agustina Panampi Ratri Nastiti dengan judul skripsi ”Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Materi Koperasi
pada Siswa Kelas IV SD Kanisisus Wirobrajan Semester 2 Tahun Pelajaran
2011/2012”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data minat siswa sebelum dikenai
tindakan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah 7,8. Setelah
dilakukan tindakan pada siklus 1, rata-rata minat siswa meningkat secara signifikan
yaitu menjadi 11,48 yang menunjukkan kriteria minat siswa cukup. Kemudian
dilakukan tindakan pada siklus II, rata-rata minat siswa meningkat secara signifikan
yaitu menjadi 13,5 yang menunjukkan kriteria minat siswa pada siklus II semakin
tinggi. Sedangkan hasil penelitian mengenai prestasi belajar siswa sebelum dikenai
(46)
tahun pelajaran 2010/2011 adalah 61,48 dengan presentase 48,65%. Pada siklus I, ada
peningkatan nilai rata-rata siswa menjadi 72,90 dengan persentase siswa yang
mencapai KKM pada siklus II menjadi 86,20%.
Ujang Isnandar dengan judul skripsi “ Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw materi perjuangan dalam
Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia pada siswa kelas VB SD Kritas Ngaglik
Yogyakarta tahun peljran 2011/2012”. Asil penelitian menunjukkan kondisi awal rata -rata minat siswa sebelum dikenai tindakan adalah 37,87 dan termasuk dalam kategori
minat belajar sedang. Setelah mengalami tindakan siklus I, rata-rata minat siswa
mengalami peningkatan menjadi 64,42 dan termasuk dalam kategori minat belajar
sedang. Sedangkan pada siklus II rata-rata minat siswa mengalami peningkatan
menjadi 76,50 dan termasuk dalam kategori minat belajar tinggi. Hasil penelitian
mengenai prestasi belajar siswa sebelum dikenai tindakan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I adalah 58,90 dan ebanyak 29,3% sudah
mencapai ketuntasan belajar. Pada siklus I rata-rata ulangan siswa sebesar 66,04 dan
sebanyak 62,5% siswa sudah mencapai ketuntasan belajar. Pada siklus II rata-rata
ulangan siswa sebesar 79,17 dan sebanyak 83,3% siswa udah mencapai ketuntasan
belajar.
Krstina Dewi Setyawati dengan judul skripsi “Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV dengan Menggunkan Model Pmbelajaran Kooperatif teknik Jigsaw”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif
(47)
Kondisi awal 13 atau 50% siswa yang tuntas. Peningkatan terjadi pda siklus I,
sebanyak 16 siswa atau 61,53% mencapai ketuntasan. Pada siklus II 20 siswa atau
76,9 tuntas dalam pelajaran IPA. Berdasarkan data tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Yohanes Haris Susanto dengan judul skripsi “ Peningkatan Prestasi Belajar
Menggunakan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw dalam Mata Pelajaran IPS
Siwa Kelas IV SD Kanisius Guwongan tahun pelajran 2009/2010 hasil penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan prestasi belajar siswa ditandai dengan naiknya
rata-rata kelas dan persentase ketuntasan. Nilai rata-rata-rata-rata pada siklus awal 53,67 mengalami
peningkatan pada siklus I menjadi 69,37 dengan persentase sebesar 62,5%. Pada siklus
II peroleh nilai rata-rata sebesar 81,25 dengan persentase ketuntasan sebesar 81,25%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelajaran menggunakan model Cooperative
Learning teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD
Kanisisus Gowongan semester genap tahun ajaran 2009/2010 dalam mata pelajaran
IPS.
Pertiwi, Rine.dkk Dengan judul jurnal “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk mningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Negeri
97 Pekanbaru”. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu 70,88% (baik) dan pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 86,09% (sangat baik) jadi aktivitas belajar
siswa naik sebesar 15,21%. Nilai rata-rata ulangan siswa setelah tindakan siklus I
(48)
2.2.1 Desaian Diagram Penelitian yang Relevan
Gambar II.1 Literatur Map Penelitian-penelitian Terdahulu
2.7 Kerangka Berpikir
Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) merupakan salah satu mata pelajaran
yang diberikan ditingkat sekolah dasar. Mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran
yang mempunyai tujuan untuk membentuk warga Negara yang memahami dan Pembelajaran Kooperatif, tipe
Jigsaw
Minat dan Prestasi Belajar Siswa
Krstina Dewi Setyawati (2010) penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
Agustina Panampi Ratri Nastiti (2012) minat dan prestasi belajar siswa.
Ujang Isnandar (2012)
Peningkatan Minat dn Prestasi Belajar, PKn, tipe Jigsaw Yoseph Doni Prasetyo (2012) minat dan prestai belajar siswa.
Pertiwi, Rine. Dkk penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
Yohanes Haris Susanto (2010) Peningkatan Prestasi Belajar menggunakan model Cooperative Learning teknik Jigsaw
Yang akan diteliti Pembelajaran Kooperatif, Tipe Jigsaw II, Minat, dan
(49)
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sebagai warga Negara Indonesia yang
cerdas, terampil dan berkarakter seperti yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD
1945.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor eksternal dan
faktor internal sangat mempengaruhi prestasi belajar. 1) Faktor eksternal terdiri dari
faktor sosial-faktor non sosial. Faktor sosial meliputi hubungan manusia dengan
berbagai situasi sosial. Contohnya sekolah, masyarakat, lingkungan keluarga, dan
lain-lain. Faktor non-sosial bukan menyangkut seperti keadaan fisik atau lingkungan alam,
melainkan lebih ke situasi rumah, fasilitas belajar, dan lain-lain; 2) sedangkan faktor
internal terdiri dari intelegansi namun faktor intelegansi tidak dapat berdiri sendiri, hal
ini dikarenakan minat, sikap, waktu, dan kesempatan jasmaniah sangat berperan dalam
pembentukan intelegansi, faktor psikologis, dan faktor kematangan. Ada 3
faktor-faktor timbulnya minat belajar yaitu: (1) fakor dorongan dalam, yaitu dorongan dari
individu sendiri, sehingga timbul minat untuk melakukan aktivitas atau tindakan
tertentu untuk memenuhinya, (2) faktor motivasi sosial, yaitu faktor untuk melakukan
suatu aktivitas agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungannya. Minat ini
merupakan semacam kompromi pihak individu dengan lingkungan sosialnya, dan (3)
faktor emosional, yakni minat erat hubungannya dengan emosi karen faktor emosional
selalu menyertai seseorang dalam hubungannya dengan objek minatnya.
Minat dan prestasi belajar sangat bergantung dengan bagaimana strategi guru
dalam mendidik siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat digunakan
(50)
berkelompok. Pembelajaran yang aktif dapat menimbulkan rasa kesenangan bagi
siswa. Siswa juga mampu menghargai pendapat orang lain dan siswa belajar untuk
bekerja dalam kelompok. Untuk itu penulis berasumsi jika guru menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II diterapkan pada mata pelajaran PKN kelas VI
semester gasal SD N Gejayan tahun ajaran 2014/2015 pada Kompetensi Dasar 1.3
Meneladani nilai-nilai juang para tokoh yang berperan dalam proses perumusan
Pancasila sebagai Dasar Negara, maka minat dan prestasi belajar dapat meningkat.
2.8 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis tindakan dalam
penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
2.8.1 Penerapan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat
meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa kelas VI SD N Gejayan
Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2014/2015.
2.8.2 Minat belajar siswa pada mata pelajaran PKn meningkat dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II siswa kelas VI SD N Gejayan
Yogyakarta pada semester gasal tahun ajaran 2014/2015.
2.8.3 Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn meningkat dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II siswa kelas VI SD N Gejayan
(51)
32
BAB III
METODE PENELITIAN
Di dalam bab III peneliti menguraikan metode penelitian yang akan digunakan
dalam penelitian ini. Pembahasan tentang metode penelitian terdiri dari delapan bagian,
yaitu jenis penelitian, setting penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, analisis data, kriteria keberhasilan.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (classroom
action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki proses dan hasil
belajar. Wijaya (2009: 9) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas dapat
didefinisikan sebagai suatu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri
dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai uru, sehingga
hasil belajar siswa dapat meningkat. Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini
adalah model Kemmis dan Taggart. Kusumah dan Dwitagama (2008: 21)
mengungkapkan bahwa, “Perangkat-perangkat atau untaian-untaian dari satu perangkat
terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.”
Empat komponen yang berupa untaian dipandang sebagai satu siklus (putaran),
(52)
perlu diselesaikan. Berikut ini model PTK menurut model Kemmis dan Mc Taggart
(Kusumah dan Dwitagama (2008: 21)
Gambar III.1 Siklus Penelitian dari Kemmis dan Mc Taggart
Gambar 3.1 merupakan model PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart. Alasan
peneliti menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart karena model tersebut memiliki
siklus penelitian yang mudah untuk dipahami dan dilaksanakan, yaitu dengan adanya
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Menurut Mulyasa (2012: 70-71) masing-masing siklus terdiri dari empat
langkah, yaitu:
1. Perencanaan (plan)
Rencana merupakan langkah untuk memulai suatu tindakan yang
dilakukan oleh guru. Berikut ini yang meliputi perencanaan 1) tim analisis
melakukan analisis standar isi untuk memenuhi Standar Kompetensi (SK) dan Siklus Pertama
1. Perencanaan 2. Pelaksanaan
2. Pelaksanaan
4. Refleksi 3. Pengamatan
Siklus Kedua
4. Refleksi 1. Perencanaan
(53)
Kompetensi Dasar (KD) yang akan diajarkan peserta didik, 2)
Mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
memperhatikan indikator, 3) Mengembangkan alat peraga, alat bantu, media
yang menunjang SK dan KD, 4) Menganalisis berbagai alternatif pemecahan
masalah sesuai dengan kondisi pembelajaran, 5) Mengembangkan Lembar
Kerja Siswa (LKS), 6) Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam
Penelitian Tindakan Kelas, 7) Menyusun Alat Evaluasi.
2. Tindakan (act)
Tindakan mencakup prosedur dan tindakan yang akan dilakukan, serta
proses perbaikan yang dilakukan. Tahap tindakan ini terdiri dari 4 pertemuan.
Setiap pertemuan pada tahap pelaksanaan ini terdiri dari kegiatan awal, inti dan
akhir.
3. Pengamatan (observe)
Pengamatan mencakup prosedur perekaman tindakan yang dilakukan.
Penggunaan pedoman atau instrumen yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan handycam dan camera digital
guna merekam kegiatan belajar dari awal hingga akhir serta mengambil gambar
berbagai aktivitas siswa selama proses pembelajaran PKn berlangsung.
4. Refleksi (reflect)
Merefleksikan tentang proses dan dampak tindakan yang dilakukan, serta
kriteria dan rencana tindakan pada siklus berikutnya. Kegiatan refleksi
(54)
kekurangan/kelebihan yang ada selama proses pembelajaran serta mengetahui
ketercapaian indikator minat dan prestasi belajar siswa.
3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Gejayan Yogyakarta yang terletak di Jl.
Anggajaya III Gejayan Condongcatur Depok Sleman DIY.
3.2.2 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD N Gejayan Yogyakarta
semester gasal tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah 30 siswa, yang terdiri dari 20
siswa laki-laki, 10 siswa perempuan.
3.2.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah peningkatan minat dan prestasi belajar PKn dengan
Kompetensi Dasar 2.1 Menjelaskan proses Pemilu dan Pilkada tahun ajaran
2014/2015.
3.2.4 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dihitung bulan Juli sampai
November 2014.
3.3 Rencana Tindakan
Arikunto (2010: 17) didalam penelitian tindakan kelas minimal terdapat dua
siklus. Setiap siklus terdapat perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Oleh karena itu peneliti merencanakan dua siklus, yaitu siklus I dan
(55)
3.3.1 Persiapan
Persiapan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian tindakan
kelas, yaitu:
1. Meminta surat izin dari kampus yang diminta di sekretariat Prodi PGSD
untuk melakukan pengamatan.
2. Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah SD N Gejayan dan guru kelas VI.
Permintaan ijin bertujuan agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar oleh
persetujuan pihak sekolah dan mendapatkan data yang sesuai.
3. Melakukan pengamatan pada siswa kelas VI hal ini bermaksud untuk
meperoleh gambaran mengenai kegiatan pembelajaran serta karakteristik
siswa.
4. Wawancara dengan guru dan siswa kelas VI, wawancara betujuan untuk
mencari informasi tentang kondisi prestasi awal siswa dan kendala-kendala
yang dialami guru dalam menyampaikan materi. Wawancara dimaksudkan
untuk mencari informasi tentang mata pelajaran yang kurang dipahami
siswa.
5. Mengidentifikasi masalah dan menentukan alternatif pemecahan masalah.
6. Menyusun rencana tindakan penelitian tiap-tiap siklus.
7. Membuat gambaran awal mengenai minat dan prestasi belajar siswa kelas
VI pada KD Menjelaskan proses Pemilu dan Pilkada mengkaji standar
(56)
8. Menyusun silabus dan RPP dengan menggunakan model pembelajaran
kooperati tipe Jigsaw II, LKS, soal evaluasi, pedoman skor, dan lembar
pengamatan kegiatan siswa. (Mulyasa 2012:70).
9. Menyiapkan media dan alat peraga.
3.2.2 Rencana Tindakan Setiap Siklus
Setelah diperoleh gambaran keadaan kelas, maka selama dilakukan tindakan
setelah tindakan setiap siklus. Rencana tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus.
Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
3.3.2.1 Siklus I
Pada siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan, selama 3 x 35 menit (3
jam pelajaran).
1). Perencanaan Siklus I
Peneliti melakukan analisis standar isi untuk mengetahui Standar Kompetesni
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang diajarkan peserta didik, mengembangkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan memperhatikan
indikator-indikator hasil belajar, mengembangkan alat peraga, media pembelajaran yang
menunjang SK dan KD, mengembangkan berbagai alternatif pemecahan masalah
yang sesuai dengan kondisi pembelajaran, mengembangkan lembar kerja siswa,
(57)
2) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan tindakan peneliti melaksanakan pembelajaran di kelas
sebanyak dua kali pertemuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pada pelaksanaan tindakan ini sebagai
berikut:
a) Pertemuan I
1. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka, doa, dan apersepsi.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan dan
memberikan motivasi belajar.
3. Sebelum memulai pelajaran siswa mendapatkan penjelasan dari guru berupa
kegiatan belajar mengajar dengan berdiskusi dan siswa harus terlibat aktif
dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Kemudian siswa mendapat kesempatan untuk membaca materi yang akan
dipelajari yaitu pemilu dan pilkada.
5. Guru menjelaskan materi yang telah dibaca oleh siswa.
6. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, setiap kelompok beranggotakan
4-5 orang (kelompok asal). Setiap anggota kelompok mendapat materi yang
berbeda. Contoh nomor 1 mengerjakan soal berbeda dengan soal nomor 2
atau setiap anggota kelompok membahas sub materi yang berbeda.
7. Siswa yang mendapatkan nomor soal yang sama mengerjakannya dalam satu
kelompok (kelompok ahli).
(58)
9. Siswa diminta untuk berdiskusi jangan sampai menganggu kelompok lain.
10.Setelah siswa selesai berdiskusi (kelompok ahli) kembali ke (kelompok asal)
untuk menyampaikan hasil diskusi dari kelompok ahli secara bergiliran.
11.Setiap kelompok maju ke depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi
kelompok.
12.Guru bersama peserta didik mengevaluasi dan menyimpulkan hasil belajar
13.Siswa mengerjakan soal evaluasi
14.Doa penutup, dan salam penutup.
15.Memberikan lembar angket minat.
Pelaksanaan akan dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Pertemuan 2
1. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka, doa, dan apersepsi.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan dan
memberikan motivasi belajar.
3. Sebelum memulai pelajaran siswa mendapatkan penjelasan dari guru berupa
kegiatan belajar mengajar dengan berdiskusi dan siswa harus terlibat aktif
dalam kegiatan belajar mengajar.
4. Siswa kemudian mendapat kesempatan untuk membaca materi yang akan
dipelajari yaitu proses Pilkada di Indonesia.
(59)
6. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, setiap kelompok beranggotakan
4-5 orang (kelompok asal). Setiap anggota kelompok mendapat materi yang
berbeda. Contoh nomor 1 mengerjakan soal berbeda dengan soal nomor 2
atau setiap anggota kelompok membahas sub materi yang berbeda.
7. Siswa yang mendapatkan nomor soal yang sama mengerjakannya dalam satu
kelompok (kelompok ahli).
8. Siswa mendapat waktu 20 menit untuk berdiskusi.
9. Siswa diminta untuk berdiskusi jangan sampai menganggu kelompok lain.
Setelah siswa selesai berdiskusi (kelompok ahli) kembali ke (kelompok asal)
untuk menyampaikan hasil diskusi dari kelompok ahli secara bergiliran.
10. Setiap kelompok maju ke depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi
kelompok.
11. Guru bersama peserta didik mengevaluasi dan menyimpulkan hasil belajar
12. Siswa mengerjakan soal evaluasi
13. Doa penutup, dan salam penutup
14. Memberikan lembar angket minat
Pelaksanaan akan dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3) Pengamatan
Pada penelitian ini, peneliti mencatat kejadian-kejadian yang muncul
kemudian menuliskan dilembar pengamatan. Pengamatan terdiri dari pengamatan
(60)
a) Pengamatan Proses Pembelajaran
Pengamatan Proses Pembelajaran bertujuan untuk mengamati apakah
proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik sesuai dengan yang sudah
direncanakan sesuai dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II
. Selain itu bertujuan untuk mengetahui kendala yang dialami selama proses
pembelajaran di kelas.
b) Pengamatan Hasil Belajar
Pengamatan hasil belajar dapat dibagi menjadi 2 yaitu pengamatan minat dan
prestasi.
a) Pengamatan minat siswa saat mengikuti pelajaran dapat dilakukan dengan
dua cara. Pertama mengumpulkan data dengan menggunakan lembar lembar
pengamatan dibantu rubrik dan membuat bukti dokumentasi berupa foto dan
dibantu dengan perekaman video. Kedua memberikan kuesioner kepada
seluruh siswa. Kuesioner diberikan sebelum siklus I dilakukan dan pada akhir
siklus II.
b) Pengukuran prestasi dilakukan pada akhir pembelajaran pada siklus I .
Prestasi belajar dilakukan dengan memberikan tes belajar siswa.
4 Refleksi
1) Peneliti dan guru merefleksikan kegiatan belajar mengajar yang telah
dilakukan dari hasil siklus I. Hasil minat belajar siswa didapatkan dari hasil
pengamatan dan kuesioner. Hasil itu peneliti juga membandingkan prestasi
(61)
untuk tindakan perbaikan pada pelaksanaan kegiatan penelitian dalam siklus
II. Tahapan pada siklus II sama dengan tahapan siklus pertama, yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
3.3.2.2 Siklus II
Pada siklus II akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan, selama 3 x
35 menit (3 jam pelajaran). Pada siklus II akan ditekankan pada penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Siklus II merupakan
perbaikan dari siklus I, terutama didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I.
1). Rencana Siklus II
Peneliti melakukan analisis standar isi untuk mengetahui Standar
Kompetesni (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang diajarkan peserta didik,
mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
memperhatikan indikator-indikator hasil belajar, mengembangkan alat peraga,
media pembelajaran yang menunjang SK dan KD, mengembangkan berbagai
alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan kondisi pembelajaran,
mengembangkan lembar kerja siswa, menyusun alat evaluasi pembelajaran
sesuai indikator.
2) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan tindakan peneliti melaksanakan pembelajaran di
(62)
Jigsaw II. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pada pelaksanaan
tindakan ini sebagai berikut:
Pertemuan I
1. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka, doa, dan apersepsi.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan dan memberikan
motivasi belajar.
3. Sebelum memulai pelajaran siswa mendapatkan penjelasan dari guru berupa
kegiatan belajar mengajar dengan berdiskusi dan siswa harus terlibat aktif dalam
kegiatan belajar mengajar.
4. Siswa kemudian mendapat kesempatan untuk membaca materi yang akan
dipelajari yaitu pelaksanaan pemilu dan pilkada di Indonesia, tujuan
diadakannya pilkada di Indonesia.
5. Guru menjelaskan materi yang telah dibaca oleh siswa.
6. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4-5
orang (kelompok asal). Setiap anggota kelompok mendapat materi yang berbeda.
Contoh nomor 1 mengerjakan soal berbeda dengan soal nomor 2 atau setiap
anggota kelompok membahas sub materi yang berbeda.
7. Siswa yang mendapatkan nomor soal yang sama mengerjakannya dalam satu
kelompok (kelompok ahli).
(63)
9. Siswa diminta untuk berdiskusi jangan sampai menganggu kelompok lain.
Setelah siswa selesai berdiskusi (kelompok ahli) kembali ke (kelompok asal)
untuk menyampaikan hasil diskusi dari kelompok ahli secara bergiliran.
10. Setiap kelompok maju ke depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi
kelompok.
11. Guru bersama peserta didik mengevaluasi dan menyimpulkan hasil belajar
12. Siswa mengerjakan soal evaluasi
13. Doa penutup, dan salam penutup
14. Memberikan lembar angket minat
Pelaksanaan akan dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Pertemuan 2
1. Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam pembuka, doa, dan apersepsi.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan dan memberikan
motivasi belajar.
3. Sebelum memulai pelajaran siswa mendapatkan penjelasan dari guru berupa
kegiatan belajar mengajar dengan berdiskusi dan siswa harus terlibat aktif dalam
kegiatan belajar mengajar.
4. Siswa kemudian mendapat kesempatan untuk membaca materi yang akan
dipelajari yaitu aturan yang harus ditaati dalam proses pemilu dan pilkada.
(64)
6. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4-5
orang (kelompok asal). Setiap anggota kelompok mendapat materi yang
berbeda. Contoh nomor 1 mengerjakan soal berbeda dengan soal nomor 2 atau
setiap anggota kelompok membahas sub materi yang berbeda.
7. Siswa yang mendapatkan nomor soal yang sama mengerjakannya dalam satu
kelompok (kelompok ahli).
8. Siswa mendapat waktu 20 menit untuk berdiskusi.
9. Siswa diminta untuk berdiskusi jangan sampai menganggu kelompok lain.
Setelah siswa selesai berdiskusi (kelompok ahli) kembali ke (kelompok asal)
untuk menyampaikan hasil diskusi dari kelompok ahli secara bergiliran.
10.Setiap kelompok maju ke depan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi
kelompok.
11.Guru bersama peserta didik mengevaluasi dan menyimpulkan hasil belajar.
12.Siswa mengerjakan soal evaluasi.
13.Doa penutup, dan salam penutup.
14.Memberikan lembar angket minat.
Pelaksanaan akan dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3. Pengamatan
Pada penelitian ini, peneliti mencatat kejadian-kejadian yang muncul
kemudian menuliskan dilembar pengamatan. Hal-hal yang diamati adalah minat
(65)
pertanyaan. Pengamatan dibantu dengan perekaman video. Pengamatan terdiri
pengamatan proses pembelajaran dan pengamatan hasil pembelajaran.
a) Pengamatan proses pembelajaran
Pengamatan proses pembelajaran bertujuan untuk mengamati apakah proses
pembelajaran sudah berjalan dengan baik sesuai yang direncanakan dan
sesuai model pembelajaran tipe Jigsaw II . Selain itu untuk mengamati
kemajuan dan kendala yang dialami selama proses belajar mengajar.
b) Pengamatan hasil pembelajaran
Pengamatan Hasil Belajar dapat dibagi menjadi 2 yaitu pengamatan minat
dan prestasi.
1. Pengamatan minat siswa saat mengikuti pelajaran dapat dilakukan dengan
dua cara. Pertama mengumpulkan data dengan menggunakan lembar
lembar pengamatan dibantu rubrik dan membuat bukti dokumentasi berupa
foto dan dibantu dengan perekaman video. Kedua memberikan kuesioner
kepada seluruh siswa. Kuesioner diberikan sebelum siklus I dilakukan dan
pada akhir siklus II.
2. Pengukuran prestasi dilakukan pada akhir pembelajaran pada siklus I.
Prestasi belajar dilakukan dengan memberikan tes belajar kepada siswa
guna melihat pembanding dan untuk melihat peningkatan prestasi belajar
(1)
(2)
252
Lampiran 9
Contoh Hasil Evaluasi Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
253
Lampiran 10
(4)
254
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
255
Lampiran 11
(6)
256
Anita Rosiana merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Yohanes Suwarjo dan Ibu Eli Setyowati. Lahir di Cilacap tanggal 10 Mei 1993. Pendidikan pertama mulai di TK Mardisiwi desa Ketanggung tahun 1998-1999. Penulis melanjutkan jenjang pendidikan dasar di SD N Ketanggung di desa Ketanggung pada tahun 1999-2005. Dilanjutkan kejenjang Sekolah Menengah Pertama di SMP N 2 Kroya pada tahun 2005-2008. Penulis melanjutkan jenang Sekolah Menengah Atas di SMAN 2 Kroya dari tahun 2008-2011.
Penulis melanjutkan jenjang ke Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguuan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) pada tahun 2011. Penulis aktif mengikuti kegiatan dan organisasi mulai dari SMA. Penulis melakukan penelitian dan menyusun
skripsi dengan judul Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI Pelajaran PKn Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II di SD N Gejayan .