26
Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran PPKP yang berjudul
Peningkatan Kualitas Kuliah Micro Teaching Di Program Fisika Yang Memenuhi Struktur Pembelajaran Ilmiah
menjadi bagian yang sangat perlu dilakukan.
E. Rumusan Masalah
1. Apakah tindakan yang dilakukan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi
struktur pembelajaran ilmiah ? 2.
Bagaimana model pembimbingan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ?
3. Bagaimana bentuk evaluasi agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi Struktur
pembelajaran ilmiah ?
F. Cara Memecahkan Masalah
1. Apakah tindakan yang dilakukan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat
memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ?
Untuk menjawab masalah pertama dilakukan tindakan : a
Diadakan pelatihan dosen model sebagai pembimbing praktek oleh konsultan. b
Dibentuk kelompok yang terdiri dari 3 sd 12 mahasiswa dipimpin oleh 1 pembimbing 2.
Bagaimana model pembimbingan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ?
Untuk menjawab masalah kedua dilakukan tindakan berupa : a
Dosen model memberi contoh model pembelajaran dengan struktur pembelajaran ilmiah. b
Dilakukan model refleksi 1 mahasiswa praktek mengajar, 3 mahasiswa sebagai pengamat c
Pembimbing mengevaluasi refleksi mahasiswa .
3.
Bagaimana bentuk evaluasi agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat memenuhi Struktur pembelajaran ilmiah ?
Untuk menjawab masalah ketiga dilakukan tindakan berupa : a
Menyusun Format pengamatan pembelajaran ilmiah b
Menyusun petunjuk pengisian format pembelajaran ilmiah Langkah penyelesaian masalah dirinci pada metodologi penelitian
G. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah Apakah tindakan yang dilakukan, bagaimana model pembimbingan dan bagaimana bentuk evaluasi agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika dapat
memenuhi Struktur pembelajaran ilmiah; Maka tujuan penelitian adalah :
27
1. Melakukan tindakan kuliah “micro teaching” di P.Fisika untuk memenuhi struktur pembelajaran
ilmiah ? 2.
Membuat model pembimbingan agar kuliah “micro teaching” di P.Fisika yang memenuhi struktur pembelajaran ilmiah ?
3. Membuat bentuk evaluasi kuliah “micro teaching” di P.Fisika yang memenuhi Struktur
pembelajaran ilmiah ?
H. Manfaat Penelitian
1. Menumbuhkembangkan sikap ilmiah dan menerapkan prosedur ilmiah dalam pembelajaran fisika.
2. Meningkatkan mutu pembelajaran “micro teaching”.
3. Meningkatkan kerjasama antar dosen dan dosen dengan mahasiswa dalam memecahkan masalah
pembelajaran “micro teaching” 4.
Mempersiapkan mahasiswa mengikuti PPL di Sekolah Lanjutan.
I. Kerangka Teoretik Dan Hipotesis Tindakan
1. Reflective Teaching
Prof Dr Joko Nurkamto FKIP UNS
dalam pengukuhan guru besar mengemukakan pendapatnya
,
Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Reflective Teaching Guru merupakan ujung tombak pelaksanaan pendidikan karena gurulah yang secara langsung memimpin kegiatan
belajar-mengajar di dalam kelas, yang menjadi inti kegiatan pendidikan. Guru menjadi orang pertama yang bertanggung jawab atas kualitas pendidikan di sekolah.
Karena perannya yang sangat penting, guru dituntut memiliki profesionalisme yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang profesional adalah guru yang mampu: 1 merencanakan
program belajar-mengajar, 2 melaksanakan dan memimpin kegiatan belajar-mengajar, 3 menilai kemajuan kegiatan belajar-mengajar, dan 4 menafsirkan serta memanfaatkan hasil penilaian
kemajuan belajar-mengajar dan informasi lainnya untuk melakukan kegiatan tindak lanjut Soedijarto, 1993. Keempat gugus kemampuan tersebut dianggap sebagai kemampuan profesional karena
memerlukan cara kerja yang tidak mekanistik dan memerlukan penguasaan dasar-dasar pengetahuan yang kuat terhadap pelaksanaan pekerjaan dan cara kerja dengan dukungan cara berpikir yang
kreatifdan imajinatif. Karakteristik profesionalisme guru dituntut guru untuk secara terus menerus memikirkan
secara reflektif apa yang telah, sedang, dan akan dikerjakannya di dalam kelas Raka Joni, 1992. Inilah yang kemudian lazim dikenal sebagai pengajaran reflektif Makna pengajaran reflektif dapat
disimpulkan dari pendapat John Dewey dalam Henke, 2001: 1 yang mendefinisikan refleksi sebagai that which involves active, persistent, and careful consideration of any belief or practice in light of
the reasons that support it and the further consequences to which it leads. Apabila diterapkan dalam pengajaran, maka diperoleh pengertian bahwa pengajaran reflektif adalah penggunaan kesempatan
oleh guru dalam melaksanakan tugas secara sistematis mengeksplorasi, mempertanyakan, dan
28
membingkai kembali praktek pengajarannya secara holistik untuk dapat membuat interpretasi secara benar berdasarkan keadaan di lapangan dan kemudian dapat menentukan pilihan yang tepat untuk
memperbaiki kinerjanya. Untuk dapat melakukan pengajaran reflektif tersebut guru perlu memiliki kesadaran akan
praktek pengajarannya dan kesediaannya untuk berubah ke arah yang lebih baik. Sehingga melahirkan keterbukaan
open-mindedness,
keterlibatan secara penuh
hole-heartedness,
dan tanggung jawab
responsibility
Dewey, 1996. Pengajaran reflektif memiliki empat langkah yang terkait satu sama lain, yaitu deskripsi,
analisis, eksplanasi, dan refleksi. Deskripsi berarti menggambarkan peristiwa kegiatan belajar- mengajar di dalam kelas sebagaimana adanya; dapat dilakukan melalui teknik rekaman videotapes,
rekaman audiotapes, dan deskripsi tertulis. Analisis adalah suatu pemecahan masalah yang melibatkan guru melakukan pengujian terhadap apa yang efektif dan tidak efektif di dalam kelas. Eksplanasi
menuntut guru mengkomunikasikan hasil analisis, yaitu tentang derajat keefektifan kegiatan belajar- mengajar di dalam kelas. Dan, refleksi menuntut guru mengidentifikasi makna pribadi dari apa yang
telah dikerjakannya di dalam kelas Reiman, 1999: 1. Pengajaran reflektif bukanlah metode mengajar tetapi
beyond the methods
dan memiliki perspektif yang lebih holistik. Diharapkan dengan melaksanakan pengajaran reflektif ini, guru mampu
meningkatkan profesionalismenya.
2. Struktur Pembelajaran Ilmiah
Prof Walter Klinger Phd Erzeihungswiss Fakultat der Universitat Erlangen Nurnberg
1997
yang pendapatnya menjadi dasar model pembelajaran IPA SEQIP Science Education Quality Improvement Project Pengajaran harus distrukturkan sedemikian rupa hingga para siswa mampu
memahami, mengingat dan mengaplikasikan materi yang diajarkan. Untuk memenuhi persyaratan tersebut jam pelajaran harus diberi struktur dengan 8 struktur utama
a.
Motivasi
b.
Penjabaran masalah
c.
Penyusunan Opini
d.
Perencanaan dan konstruksi
e.
Percobaan
f.
Kesimpulan
g.
Abstraksi
h.
Konsolidasi Makna masing-masing langkah dapat sangat bervariasi. Bobot tergantung pada materi yang
akan diajarkan maupun kepada situasi dan didaktik suatu kelas, dalam praktek pengajaran ada transisi terus menerus dari satu langkah ke langkah berikutnya, sehingga sulit menarik garis tegas masing-
masing langkah. Kadang ada langkah yang diabaikan atau dua langkah terjadi secara bersamaan atau saling susul menyusul dengan begitu cepat sehingga sulit menarik garis pembatas yang tegas antara
masing-masing langkah. Misalnya antara konstruksi dan percobaan, abstraksi percobaan dan kesimpulan, antara kesimpulan dan abstraksi. Terutama di kelas rendah, langkah-
langkah “konstruksi” “kesimpulan” dan “Abstraksi” kadang dapat diabaikan sama sekali.
29
Tergantung pada struktur dan pengaturan materi yang diberikan, ada langkah-langkah yang berulang secara teratur, kadang dalam jangka waktu yang sangat singkat dalam satu unit pelajaran.
Misalnya langkah-langkah dua sampai lima Tetapi sebelum mampu menangani langkah-langkah di atas maupun variasinya secara
mantap, sangat perlu untuk praktek menggunakan bentuk yang sederhana dulu, yang mempunyai langkah-langkah yang terpisah secara jelas, berdasarkan suatu protokol pelaksanaan pendidikan yang
ditulis sebelumnya. Adapun penjelasan tiap langkah sebagai berikut :
a Langkah Motivasi
Tujuan motivasi adalah menuntun siswa ke arah materi pendidikan, untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa, antusiasme dan kesediaan belajar siswa. Maka motivasi harus sesuai dengan
tujuan unit belajar, motivasi jangan sampai mendahulukan hasil; Dalam keadaan ideal, perlu berfungsi sebagai penyatu seluruh proses pendidikan yang mungkin saja melebisi satu unit
pendidikan. Motivasi siswa melalui dorongan yang berulang dan terencana dengan baik, dipengaruhi oleh
kepribadian guru dan latar belakang kelas. dapat dipilih dari lima katagori : 1
Motivasi Berlandaskan Lingkungan Sekeliling Siswa o
Laporan pengalaman pribasi siswa, o
Instruksi untuk melakukan pencarian data yang berkaitan dengan ekskursi atau pekerjaan rumah.
o Berita surat kabar, radio , TV
o Masalah yang berasal dari lingkup perhatian siswa.
2 Motivasi Berlandaskan pada Kegiatan Guru
3 Konflik kognitif, yang berkaitan dengan materi, untuk men-jelaskan masalah yang saling
bertentangan. 4
Motivasi melalui ekskursi kelas, gambar, film pendidikan, buku, tabel dan diagram, cerita, deskripsi atau kunjungan ke musium
5 Motivasi Berlandaskan Pesentasi Peristiwa Sejarah
Misal penemuan tentang kemagnetan dari “Orsted” atau berita ilmiah tentang penemuan sinar X pada zaman dulu
6 Motivasi Berlandaskan Peralatan Teknik Yang berfungsi
Misal bel listrik, lembaran bimetal, termometer, dinamo sepeda 7
Motivasi Berlandaskan Ingatan Kembali Peristiwa Sebelumnya Motivasi yang paling efektif kalau mengandung komponen ”emosional” yang kuat, ialah kalau
mengandung aspek mengejutkan, misterius, estetika atau persaingan atau berasal dari lingkungan sekeliling siswa. Tetapi yang paling penting motivasi yang diberikan harus sesuai
dengan usia siswa.
30
b Langkah Penjabaran Masalah
Tujuan dalam merumuskan masalah secara jelas untuk menjalani langkah berikutnya, peluang menciptakan masalah atau menyadar -kan masalah secara seragam terhadap suatu masalah adalah :
1 Kenyataan yang dialami, semua siswa suatu kelas mengalami suatu situasi nyata bersama.
Misal hasil kunjungan suatu kelas untuk mengamati sesuatu kejadian pembuatan kontruksi bangunan, kehidupan ikan, keadaan alam
2 Kenyataan yang direproduksi atau disediakan, yang dapat dilakukan dengan cara demonstrasi
fenomena alam. Misal dengan bantuan KIT percobaan, presentasi peralatan listrik pemainan, mineral atau produk kimia.
3 Menyadarkan adanya masalah, sebagai salah satu tuntutan utama pengajaran ilmu
pengetahuan agar obyek-obyek yang akan di bahas dapat diprensentasikan secara nyata. “kenyataan” harus selalu menjadi tuntutan sebagai proses pengetahuan ilmiah yang
berlangsung secara akurat bukan sekedar melihat-lihat saja. Untuk mencetuskan kegiatan yang secara metodologis diperlukan deduksi hipotesis pada langkah berikutnya; Sehingga perlu
dipisahkan antara obyek dan subyek, semacam proses pematangan yang akan menghasilkan kesadaran “disini” ada sesuatu yang masih dipertanyakan, “disini” ada sesuatu yang dapat
diamati. Maka siswa telah sadar adanya masalah yang perlu diamati. Guru harus “merencanakan masalah” pada perencanaan unit pelajaran. Meskipun pada saat pelajaran
berlangsung guru “membiarkan perumusan masalah terjadi”
4 Kesulitan siswa kelas rendah merumuskan masalah antara lain :
o Jarang mampu membahas fenomena alam secara rasional dan obyektif
o Sering mengabaikan efek-efek yang penting dan lebih mem-perhatikan fakta-fakta dan ciri
yang tidak penting o
Secara tidak sengaja, para siswa memproyeksikan pengalam-an lain dalam deskripsi penghamatan meraka sesungguhnya dan kadang sulit meyakinkan bahwa pengalaman
tersebut tidak sah o
Kemampuan siswa untuk menilai besaran sangat terbatas o
Kesulitan menyebutkan istilah teknis, kosa kata terbatas, bahkan tidak mempunyai konsep behasa seharihari, apalagi istilah teknis yang diperlukan. Maka pengajaran bahasa menjadi
penting dalam penjabaran masalah agar dapat diverbalkan observasi, opini dan hasil secara tepat.
o Bahaya penilaian terburu-buru, ialah melompat hingga mencapai kesimpulan sebelum
masalah dikenali secara tepat. Kelas tiba-tiba merumuskan hipotesis tanpa sebelumnya merumuskan masalah. Guru harus secara konsekuen berkali kali kembali pada masalahnya
dan melanjutkan kelangkah berikutnya kalau pertanyaan ilmiahnya sudah tertera di papan tulis.
31
c Penyusunan Opini-Opini
1 Pertanyaan ilmiah dirumuskan secara jelas mirip teka-teki, karena menuntut jawaban teka-teki
siswa berusaha mencari keterangan dan intepretasi yang mungkin. Akhirnya mereka berhipotesa yang bagi mereka mewakili solusi masalah yang diterima. Siswa berpikir secara
deduktif, sehingga metode deduktif diberlakukan dalam menyusun opini. 2
Pada saat merumuskan masalah perlu bantuan guru, Sebaliknya pada saat menyusun opini kemampuan siswa berkembang cepat dalam upaya untuk mengekpresikan opini, para siswa
berkesempatan membebaskan daya khayal, keatifitas, daya pikir dan intuisi. 3
Menciptakan ruang bebas berpikir, siswa dapat berkembang dan merumuskan pola pikiranya. Sebaiknya dilakukan pada diskusi kelompok kecil, bukan dalam kegiatan mandiri, karena
perumus an hipotesis berkaitan dengan menerima atau menolak gagasan yang akan lebih mudah dalam bentuk interaksi dua siswa atau lebih.
4 Perumusan hipotesis dalam kelompok kecil biasanya lebih bermakna karena menghasilkan
hipotesa yang berbeda-beda. Maka menjadi sangat penting agar hipotesis dari semua kelompok dideskusikan bersama, dicermati secara kritis, kesulitan yang muncul adanya sikap
kaku menferbalkan fakta maupun istilah teknis. 5
Bila ada siswa dapat menjawab secara tepat, guru tidak perlu takut, karena menurut ilmu pengetahuan masih perlu diuji oleh suatu percobaan
d Perencanaan Dan Konstruksi
1 Bertujuan untuk mengkontruksikan perangkat percobaan yang memungkinkan verifikasi atau
mengolah hipotesis dan penentuan saling kait antar parameter yang relevan. 2
Siswa diajak mengenal ubahan, maka tidak boleh mengatakan “ percobaan berikut akan menjawab pertanyaan tersebut” Juga tidak boleh “mari kita lakukan demostrasi “ Sadarkan
siswa akan cara-cara menemukan jawaban masalah bukan hanya sekedar menjalankan peralatan laboratorium.
3 Jalan dari hipotesis kepada rangkaian peralatan percobaan cukup rumit. Diperlukan
kemampuan mencipta, sabar dan merangkai alat dan bahan menjadi berfungsi. Maka harus dikembangkan strategi percobaan, metode yang membawa kepada tujuan menyusuri suatu
percobaan berkelanjutan yang menyebabkan jawaban ilmiah. 4
Keterbatasan anak untuk berpikir secara logis fungsional, kombinasi teknis, kekuatan imajinasi teknis obyektif maupun mengimplementasikan peralatan dua menjadi tiga demensi
sangat diperlukan pada saat sistem pengukuran ditentukan, Tetapi sejak awal kemampuan anak harus dikembangkan.
5 Mulailah dengan peralatan praktis atau bahan-bahan yang ramah lingkungan untuk merakit
percobaan.
32
6 Gunakan istilah teknis yang tepat, istilah yang sulit ditulis dekat komponen yang
bersangkutan; Fungsi dan tujuan masing-masing komponen, alat ukur harus dibahas secara mendalam, konstruksi percobaan jangan dilakukan secara abstrak, tetapi dilakukan melalui
“trial and error” menggunakan komponen itu sendiri, tetapi belakangan harus makin terpisah. 7
Tuliskan deskrepsi singkat percobaan dan gambarkan sketsa percobaan pada papan tulis atau lembar kerja yang menjadi bagian dari langkah perencanaan, Pada awalnya peralatan
digambar secara perspektif dan berangsur angsur menjadi potongan gambar lalu digambar sketsa abstrak yang mengguna kan simbul simbul standar. Misal batu baterei digambar secara
nyata kemudian menjadi simbul abtraknya. 8
Lakukan kerja kelompok yang kemudian diangkat menjadi diskusi kelas untuk mendorong pemikiran kreatif dan konstruktik.
e Percobaan
1 Langkah percobaan merupakan titik perhatian utama pengajaran fisika dan kimia. Jawaban
pertanyaan ilmiah ditentukan oleh langkah percobaaan 2
Perocaan siswa dan percobaan demonstrasi guru, Pengalaman percobaan hanya diperoleh jika melakukan sendiri, sebaiknya menggunakan percobaan siswa untuk mengamati,
mengoperasikan menjalankan peralatan, membaca meter, mencatat data hasil pengamatan. 3
Kasus pertama : siswa melakukan percobaan yang sama dengan masalah yang sama. Kasus kedua : kelompok siswa melakukan percobaan yang berlainan dengan masalah dan hipoteisis
yang berlainan pula. Tetapi baik kasus pertama maupun kedua semua kelompok harus mempresentasikan kepada seluruh kelas.
4 Langkah langkah percobaan yang perlu diperhatikan :
o Merakit peralatan percobaan sesuai dengan sketsa perencanaan dari dua dimensi simbul
menjadi tiga demensi benda riel o
Penyetelan rangkaian percobaan o
Menentukan ubahan independen, dependen dan kontrol o
Menentukan pencatatan data pengamatan, dalam tabel, papan tulis atau buku o
Pelaksanaan urutan percobaan o
Mengembalikan peralatan pada tempatnya o
Langkah percobaan dan perulangan percobaan diperlukan sebagai pemantapan untuk menentukan akurasi hasil percobaan, terutama kalau terjadi sesuatu diluar sudut pandang
hipotesis. Hasil perulangan jangan sampai me-ngaburkan hipotesis.
f Kesimpulan
1 Langkah percobaan, kesimpulan dan abstraksi berkaitan sangat erat seringkali langkah
tersebut tidak jelas, sehingga “kepustakaan” menganggap langkah ini sebagai kesatuan,
33
merupakan langkah pemrosesan hasil; Tetapi agar mampu membedakan dalam pengajaran langkah tersebut dibahas secara terpisah.
2 Hasil percobaan biasanya masih belum merupakan temuan ilmiah sesuai dengan makna
ilmiah. Hanya dari suatu generalisasi abtraksi dari hasil percobaan akan membawa hasil pengetahuan ilmiah
3 Kesimpulan yang benar dari hasil-hasil percobaan tergantung pada masalah, hipotesis yang
diajukan dan metode percobaan yang dipergunakan. Perlu disadari bahwa kebanyakan nilai terukur diindikasikan oleh pergerakan suatu alat ukur. Misal Observasi :
jarum ampermeter menyimpang,
Kesimpulan : arus mengalir 4
Hirarki penarikan kesimpulan di pandang dari sudut generalisasi o
Pernyataan rangkuman sederhana : Kawat besi menghantarkan, kesimpulan besi menghantar arus listrik
o Kesimpulan perbandingan :
“Air panas dalam panci naik dari bawah ke atas” kesimpulan air panas lebih ringan dari air dingin
o Kesimpulan penyebab dengan rumus :”Kalau .....maka “
Kalau batang logam dipanaskan maka panjang batang akan bertambah panjang o
Kesimpulan verbal kuantitatip : Kalau jarak diperpanjang n kali maka gaya tariknya akan bertambah n kali
o Kesimpulan rumus verbal matematika : V = St
g Abstraksi :
1 Tujuan abstraksi, pelepasan dari kasus mandiri ke kasus umum.
2 Abstraksi adalah perumusan pengetahuan terperinci tertentu yang diperoleh melalui kasus
khusus dalam rangka melakukan penelitian untuk mencapai syarat-syarat yang berlaku umum. 3
Dalam fisika hubungan antar konsep dijalin dalam bentuk matematik, yang akhirnya membawa pada versi matematika sebagai hukum dan teori alam yang dapat digunakan untuk
melakukan deduksi pertanyaan-pertanyaan kuantitatif untuk suatu kasus khusus.
h Konsolidasi Pengetahuan Melalui Aplikasi Dan Praktek
1 Tujuan agar siswa semakin menguasai pengetahuan yang baru diperoleh untuk memungkinkan
integrasi dan internalisasi pengetahuan itu ke stusktur pengetahuan siswa yang sudah ada. 2
Tidak cukup hanya memahami fakta, harus dipraktekkan, dihapalkan dan ditransfer ke kasus lain.
3. Keterampilan “Micro Teaching”
Tujuan “micro teaching” adalah untuk memberi keterampilan mengajar dan mempersiapkan mahasiswa mengajar di lapangan pada kuliah PPL. Drs R. Widodo 2002 merangkum panduan materi
34
Pengajaran Mikro “Micro Teaching” yang diterbitkan oleh Universitas Sebelas Maret Surakarta, mensarikan 8 keterampilan pengajaran mikro sebagai berikut :
a Keterampilan Bertanya
Pertanyaan diajukan oleh guru agar siswa belajar dan meningkatkan kemampu an berpikir. Dalam proses belajar mengajar setiap pertanyaan baik berupa kalimat tanya atau suruhan yang menuntuk
siswa meningkatkan kemampuan berfikir, memperbesar partisipasi dan mendorong siswa agar berinisiatip sendiri digolongkan dalam keterampilan bertanya.
b Keterampilan Memberi Penguatan
Dalam proses belajar mengajar setiap kemampuan memberi peng-hargaan, persetujuan atas jawaban siswa atau sebaliknya dapat di-golongkan dalam keterampilan memberi penguatan.
Tujuan memberi penguatan untuk meningkatkan perhatian siswa, menjaga dan membangkitkan
motivasi, memudahkan belajar serta mengontrol tingkah laku siswa agar menjadi positip. c
Keterampilan Menjelaskan
Dalam proses belajar mengajar setiap kemampuan menyajikan informasi lisan atau tertulis secara sistematis yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan sebabakibat dapat digolongkan dalam
keterampilan menjelaskan. Tujuan memberi penjelasan untuk memberi pemahaman, menolong dan mendapatkan logika siswa
yang benar dari masalah yang dihadapi oleh siswa. d
Keterampilan Mengadakan Variasi
Dalam proses belajar mengajar setiap kemampuan memberi perubah an dalam pembelajaran dapat digolongkan dalam keterampilan meng adakan Variasi.
Variasi memuat aspek keterampilan lain, bertujuan untuk meningkat kan minat belajar, memberi kesempatan berkembangkanya bakat siswa, memperoleh cara lain agar siswa lebih memahami
masalah serta lebih meningkatkan kadar cara belajar siswa aktif.
e Keterampilan Membuka Pelajaran
Yang dimaksud keterampilan membuka pelajaran adalah aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada kegiatan
belajarnya. f
Keterampilan Menutup Pelajaran
Yang dimaksud keterampilan menutup pelajaran adalah aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran, digunakan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang
apa yang telah dipelajarinya.Keterampilan membuka dan menutup pelajaran harus mempe timbangkan prinsip-prinsip :
o Bermakna, guru hendaknya memilih cara yang relevan dengan isi dan tujuan pelajaran.
o Berurutan dan bersinambungan, aktivitas guru dalam menjelas-kan, merangkum kembali
pokok-pokok pelajaran hendaknya sebagai kesatuan yang utuh dengan susunan yang tepat,
35
ber-hubungan dengan minat siswa dan berkaitan secara erat dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
o Menegaskan jawaban yang berkaitan dengan masalah yang telah diajukan.
g Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil
Percakapan dalam kelompok hanya dapat dikatakan diskusi bila memenuhi syarat : 1
Melibatkan kelompok 2
Berlangsung dalam bentuk tatapmuka sehingga tiap kelompok dapat melihat, mendengar serta berkomunikasi secara bebas dan langsung.
3 Bekerjasama untuk saling mengisi dalam mencapai tujuan.
4 Berlangsung menurut cara yang sistematis, menuju satu ke-simpulan.
5 Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur melibatkan sekelompok orang dalam
interaksi tatap muka sehingga dapat berkomunikasi secara bebas secara sistematis untuk memecahkan masalah dan menarik satu kesimpulan.
h
Keterampilan Mengajar Mengelola Kelas
Keterampilan mengelola kelas dimaksukan sebagai keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, mengantisipasi gangguan dalam proses belajar agar
tidak menjadi gangguan yang berkelanjutan Prinsip penggunaan keterampilan mengelola kelas adalah :
o Kehangatan dan keantusiasan.
o Tantangan dalam arti sebagai usaha yang dapat meningkatkan gairah siswa belajar dan selalu
memperhatikan kegiatan guru. o
Bervariasi agar siswa tidak jenuh menerima pelajaran. o
Keluwesan tingkah laku guru akan mecegah gangguan pem-belajaran.
4. Keterkaitan Reflektive Teaching, Struktur Pembelajaran Ilmiah Dan Keterampilan “Micro
Teaching”
Struktur Pembelajaran Ilmiah
Keterampilan “Micro Teaching”
o Memberi Motivasi
o Merumuskan Masalah
o Menyusun Opini
o Perencanaan - Konstruksi
o Melakukan Percobaan
o Menarik Kesimpulan
o Abstraksi
o Konsolidasi - Aplikasi
o Bertanya
o Memberi Penguatan
o Menjelaskan
o Mengadakan Variasi
o Membuka Pelajaran
o Menutup Pelajaran
o Mengajar Kelompok Kecil
o Mengajar Mengelola Kelas
Dalam Kegiatan Pengajaran Mikro Terjadi Proses Pembelajaran Ilmiah Secara Parsial Atau Integral
36
Gambar 1. Keterkaian Struktur Pembelajaran Ilmiah dan Micro Teaching
Gambar 2. Peran Refleksi Mahasiswa Saat Praktek Mengajar “Micro Teaching“
Jamzuri 2006 penelitian pembuatan SOP kuliah “micro Teaching”, menunjukkan keterkaian Struktur Pembelajaran Ilmiah dan “Micro Teaching“ yang dapat terkait secara parsial atau
integral, sedang keterkaitan tersebut selalu dapat dikaitkan dengan“reflective teaching“ dalam arti
setiap langkah harus direfleksikan agar selalu terarah untuk mencapai tujuan pembelajaran gambar 1. Secara parsial, bermakna bahwa setiap pembelajaran dapat dilatihkan satu atau lebih bagian
dari 8 struktur pembelajaran ilmiah, misal hanya mengambil struktur merumuskan masalah dari penggalan materi pelajaran secara utuh, dilaksanakan selama 20 menit.
Tetapi bila dilaksanakan secara integral, maka pembelajaran dilatihkan secara utuh dari 8 struktur pembelajaran ilmiah dilaksanakan dalam waktu 45 menit sampai 80 menit.
Gambar 2. Pada saat salah satu mahasiswa praktek mengajar dalam kuliah “micro teaching“
mahasiswa lainnya melaksanakan pengamatan, yang pada giliranya akan melaksanakan praktek mengajar pula. Kegiatan berulang 3 sampai 4 kali praktek, maka akan terjadi putar gilir peran
mahasiswa sebagai “guru“ dan atau sebagai “pengamat“ refleksi mahasiswa secara keseluruhan akan
saling menerima dan memberi pengalaman mengajar.
J. Rencana Penelitian
1. Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian
Tabel 2. Siklus Persiapan Kuliahan “Micro Teaching”
Kegiatan Tugas Pengalaman Yang
Diperoleh 1. Tahap Persiapan
M ah
asis wa P
rak te
k sebagai
“gu ru
” D al
am K
ul iah
M icr
o Teac h
in g
Te rja
di R efle
ksi P ea
ng al
aman
antar maha
sis w
a saling
mene rima
da n memb
eri
pe nga
lama n meng
ajar Mahasiswa berperan
sebagai “pengamat” Mahasiswa berperan
sebagai “pengamat” Mahasiswa berperan
sebagai “pengamat” Mahasiswa berperan
sebagai “pengamat”
Dosen sebagai pembimbing memberi komentar evaluasi “micro teaching”
37
T er
jad i i
n ter
aksi se
car a
akti f ant
ara kon sul
tan
dan Pem
b im
b ing
Memilih Konsultan Dosen berpengalaman
telah mengikuti pelatihan dan menjadi
konsultan SEQIP
1.
Melatih dosen sebagai pembimbing
2.
Sebagai guru model
3.
Menjelaskan 8 Struktur pembelajaran
4.
Menjelaskan cara menilai
5.
Menjadi koordinator “Micro teaching”
Memilih Pembimbing Dosen yang telah
mengikuti pelatihan “micro teaching” dari
konsultan
1.
Mengikuti pelatihan pembimbing Berdiskusi menyamakan
persepsi 8 struktur pembelajaran ilmiah.
2.
Latihan menggunakan format tabel 2
3.
Menjadi model yang tampil sebagai contoh guru di depan
mahasiswa peserta kuliah
6.
Membimbing mahasiswa
2. Tahap Pembentukan kelompok
T er
jad i i
n ter
aksi anta
ra Pem
bi m
b ing
-
m ahas
iswa d a
la m
m em
ah am
i st
ruktur
pem be
laj aran
Memilih Koordinator Dosen yang telah
meng-ikuti pelatihan “micro teaching” dari
konsultan
1.
Memimpin kelompok “micro teaching”
2.
Mengumpulkan format penilaian
3.
Memberi saran perbaikan pembelajaran yang telah
berlangsung
4.
Memimpin diskusi dalam kelompok
Pembimbingan Proses pembimbingan
3 sd 4 mahasiswa pada pembimbing
1.
Penentuan materi pelajaran pada latihan “micro teaching” dengan
8 struktur pembelajaran ilmiah.
2.
Kontrak pelaksanaan perkuliahan Kuliah 1 Koordinator
berperan sbg guru model contoh PBM yg
dilaksanakan dalam kelompok 12 - 15 mhs
dgn 3 pembimbing
1.
Penjelasan koordinator sbg guru model di depan mhs.
2.
Penjelasan 8 Struktur pembelajar an dan cara menilai pada mhs.
3.
Penj elasan tugas kuliah “micro
teaching” dan diskusi kelompok
3. Tahap Revisi Rencana Pembelajaran
E val
uas i
Perencan aan
Evaluasi diri
1.
Evaluasi 8 struktur pembela jaran oleh mhs
2.
konsultasi dgn pembimbing Perbaikan
1.
Berdiskusi dgn teman sejawat
2.
Memperbaiki rencana PBM
3.
Menyerahkan perbaikan pada pembimbing.
Tabel 3. Siklus Praktek Mengajar “Micro Teaching”
Kegiatan Tugas Pengalaman Yang
Diperoleh 1. Praktek Mengajar Pertama
P r
a Praktikan
1.
Menyerahkan kontrak persiapan
38
Mahasiswa yang ditunjuk sesuai giliran
praktek pada kelompoknya
praktek mengajar dg 8 struktur pembelajaran.
2.
Praktek mengajar selama 20 menit.
3.
Siap menerima evaluasi dari diri sendiri maupun teman mhs.
Penilai
Terdiri dari 3 mhs, pembimbing dan koor
dinator kelompok. Penilaian mengguna -
kan Format Pengamat an Pembelajaran
Fisika Lampiran 1
1.
Mhs 1 : menilai dg format Pembelajaran no 1 sd 5 2 menit
2.
Mhs 2 : menilai dg format Pembelajaran no 6 sd 10 2 menit
3.
Mhs 3 : menilai dg format Pembelajaran 11 sd 15 ..2 menit
4.
Pembimbing : menilai dg format Pembelajaran yg perlu…5 menit
5.
Koordinator bila perlu
2. Pengalaman Mahasiswa Selama Kuliah
K es
im patan E
v al
ua si
d ir
i
pd pu
taran k e 2
Praktikan
3 mahasiswa yang praktek mengajar tiap
tatap muka
1.
Direncanakan 12 x kuliah.tatap muka
2.
Setiap mahasiswa diberi kesempatan 3 x praktek.
Penilai Formal diarti kan penilaian tertulis
dan diungkapkan secara lesan, Non
formal hanya menilai secara tertulis saja.
1.
Mhs diberi kesempatan menilai secara formal dan Non formal dgn
Format Pembelajaran Lamp 1
2.
Memperoleh masukan dari pembimbing.
3.
Merefleksi pengalaman teman.
3. Praktek Mengajar Kedua
B el
aj a
r l ebi
h b anyak
dan
B er
m akn
a Praktikan
Mahasiswa yang ditunjuk sesuai giliran
praktek pada kelompoknya
1.
Seperti kegiatan praktek 1
2.
Mempunyai bekal mengajar 1 x , menilai non formal 12 x dan
menilai formal 11 x
3.
Sempat menata ulang strategi PBM
Penilai
Mempunyai bekal mengajar 1 x , menilai
non formal 12 x dan menilai formal 11 x
1.
Lebih jeli 36 x menggunakan format Pembelajaran Lamp 1
2.
Lebih sadar mengatur PBM
3.
Berkesempatan tata ulang PBM
4.
Merefleksi pengalaman teman.
4.
Praktek Berikutnya :
o
Mahasiswa mempunyai pengalaman yang lebih banyak dan lebih baik tentang pelaksanaan pembelajaran dengan 8 struktur
pembelajaran ilmiah.
o
Hanya mahasiswa pada putaran ke 2 yang belum menuju perbaikan akan dibimbing secara khusus oleh konsultan.
2. Variabel Penelitian
a Kemampuan menyusun Rencana Program Pembelajaran RPP berstruktur ilmiah
b Kemampuan melaksanakan RPP dalam pembelajaran berstruktur ilmiah
c Kemampuan merefleksikan Implementasi saat pelaksanaan RPP dalam kelas
3. Analisis dan Refleksi
39
a Penilaian Rencana Program Pembelajaran RPP menggunakan format penilaian pada
lampiran 4 b
Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran sesuai RPP menggunakan format penilaian pada lampiran 5
c Refleksi kegiatan Proses Belajar Mengajar PBM dilakukan oleh diri sendiri, teman sejawat
dan dosen pembimbing dengan desain seperti pada table 2 dan table 3. 4.
Data dan cara pengum-palannya 5.
Indikator Kinerja
K. Jadwal Penelitian
Sesuai kurikulum yang berlaku di Program P.Fisika Jurusan P.MIPA FKIP UNS, kuliah “micro teaching” dilaksanakan pada semester VI genap, maka tahap persiapan dan tahap pelaksanaan
kuliah umum dilaksanakan pada bulan Januari minggu pertama sampai ke tiga. Sedang pelaksanaan praktek ”micro teaching” 3 kali putaran dimulai pada bulan Pebruasi sampai Juli 2007.
Tabel 4. Jadual Penelitian Januari – Pebruari
No Kegiatan
Bulan Pelaksanaan Januari
Pebruari Minggu ke
Minggu ke 1
2 3
4 1
2 3
4 1. Tahap Persiapan
a Pemilihan konsultan
x b
Sosialisasi kegiatan x
x c
Pelatihan dosen pembimbing x
x d
Penyamaan persepsi format x
x e
Pembentukan kelompok x
x
2. Tahap Pelaksanaan Kuliah Umum
a Pembimbing sebagai model
x b
Sosialisasi kegiatan x
x c
Penyamaan persepsi format x
x d
Undian Praktek x
x e
Pembimbingan praktek x
x
3. Praktek ”micro Teaching Putaran 1 Kelompok
a Pertama
: 3 mahasiswa x
b Kedua
: 3 mahasiswa x
c Ketiga
: 3 mahasiswa x
d Keempat
: 3 mahasiswa x
e Evaluasi setiap praktek
x x
x x
Tabel 5. Jadual Penelitian Maret - April No
Kegiatan Bulan Pelaksanaan
Maret April
Minggu ke Minggu ke
1 2
3 4
1 2
3 4
4. Praktek ”micro Teaching Putaran 2 Kelompok
a Pertama
: 3 mahasiswa x
40
b Kedua
: 3 mahasiswa x
c Ketiga
: 3 mahasiswa x
d Keempat
: 3 mahasiswa x
e Evaluasi setiap praktek
x x
x
5. Praktek ”micro Teaching Putaran 3 Kelompok
a Pertama
: 3 mahasiswa x
b Kedua
: 3 mahasiswa x
c Ketiga
: 3 mahasiswa x
d Keempat
: 3 mahasiswa x
e Evaluasi setiap praktek
x x
x x
Tabel 6. Jadual Penelitian Mei - Juni No
Kegiatan Bulan Pelaksanaan
Mei Juni
Minggu ke Minggu ke
1 2
3 4
1 2
3 4
6. Praktek ”micro Teaching Putaran 4 Kelompok
a Pertama
: 3 mahasiswa x
b Kedua
: 3 mahasiswa x
c Ketiga
: 3 mahasiswa x
d Keempat
: 3 mahasiswa x
e Evaluasi setiap praktek
x x
x No
Kegiatan Bulan Pelaksanaan
Mei Juni
Minggu ke Minggu ke
1 2
3 4
1 2
3 4
7. Praktek ”micro Teaching Putaran 5 Kelompok
a Pertama
: 3 mahasiswa x
b Kedua
: 3 mahasiswa x
c Ketiga
: 3 mahasiswa x
d Keempat
: 3 mahasiswa x
e Evaluasi setiap praktek
x x
x x
Tabel 7. Jadual Penelitian Juni- Juli No
Kegiatan Bulan Pelaksanaan
Juni Juli
Minggu ke Minggu ke
1 2
3 4
1 2
3 4
a Masukan dari koordinator
x
x x
x x
x x
x b
Penerapan format pembel x
x x
x x
x x
x c
Struktur pembel ilmiah x
x x
x x
d Diskusi antar pembimbing
x
Tabel 8. Jadual Penelitian Juni- Juli No
Kegiatan Bulan Pelaksanaan
Agustus September
Minggu ke Minggu ke
1 2
3 4
1 2
3 4
Laporan Penelitian a
Pengumpulan data
x
x x
x x
x x
x b
Desiminasi hasil x
x x
x x
41
c Laporan
x
42
L. Personalia Penelitian
M.
Rencana Anggaran
Tabel 9. Biaya Penelitian
No Kegiatan
Volume Harga Jumlah
1 2
3 4
1. Tahap persiapan a. Makalah
30 x3xRp 15000 1,350,000.00
b. CD Micro 2 cdx4xRp50000
400,000.00 c. Bahan
1 setx4xRp 100000 400,000.00
d. Format amatan 1 set x4xRp 3000
12,000.00 2. Pelatihan Pembimbing Oleh Konsultan
a. Kertas HVS 1 rimxRp 24000
24,000.00 b. Spidol
15 bijixRp 3000 45,000.00
c. Rekaman Video 1 kasetxRp 50000
50,000.00 d. Sewa LCD 6 jam
6 xLCDxRp 50000 300,000.00
e. Sewa Laptop 6 x1 bhxRp 25000
150,000.00 3. Pelatihan 4 kelompok mahasiswa oleh 15 Pembimbing
a. Kertas HVS 2 rimx Rp24000
48,000.00 b. Spidol
4 klpx12xRp 3000 144,000.00
c. Rekaman Video 4 klp x Rp 50000
200,000.00 d. Rekaman data
1 Flash x Rp352000 352,000.00
e. Sewa LCD 6 jam 6x4LCDxRp 50000
1,200,000.00 f. Sewa Laptop
6 x4 bh x Rp 25000 600,000.00
4. Tahap Kuliah 12 Tatap muka “Micro Teaching” a. Alat dan bahan
50 mhsxRp 10000 500,000.00
b. Spidol 50 mhsxRp 4000
200,000.00 c. Rekaman Video
10 kasetxRp 50000 500,000.00
5. Seminar Hasil Penelitian
Ketua Peneliti :
a.
Nama dan Gelar
b.
Jenis Kelamin
c.
Pangkat, Gol, NIP
d.
Program StudiJurusan
e.
Fakultas
f.
InstitutUniversitas
g.
Alamat rumah:
h.
No HP
Email
: : Drs Jamzuri MPd
: Pria : Lektor kepala, IV B 130 902 519
: P. Fisika Pendidikan MIPA : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
: Sebelas Maret : P Telukan Grogol Sukoharjo
: 08122981617 jamzuri_unsyahoo.com Anggota Peneliti 1 :
a.
Nama dan Gelar
b.
Jenis Kelamin
c.
Pangkat, Gol, NIP
d.
Program StudiJurusan
e.
Fakultas
f.
InstitutUniversitas
g.
Alamat rumah
h.
No. telepon :
43 a. Analisis data
1 set x Rp 100000 100,000.00
b. Naskah Laporan 1 set x Rp 100000
100,000.00 c. Transparansi
10 lb x Rp 1.500 15,000.00
d. Penampil Laporan 2 jam x Rp 50.000
200,000.00 e. Sewa Laptop
2 jam x Rp 25.000 50,000.00
6. Perbaikan Laporan Berdasarkan Saran Seminar Penelitian a. Analisis data
1 set x Rp 200000 200,000.00
b. Naskah laporan 1 set x Rp 100000
100,000.00 c. Pengetikan Laporan 50 lb x Rp 1000
50,000.00 d. Penggandaan
50 lbx10 set Rp 100 50,000.00
e. Jilid Laporan 10 setxRp10000
100,000.00 7. Honorarium
a. Ketua 1 x8 bl x Rp50000
400,000.00 b. Anggota
2 x6 bl x Rp30000 360,000.00
c. Pembimbing 15x6 blxRp20000
1,800,000.00
Jumlah 10,000,000.00
Sepuluh juta rupiah
N. Daftar Pustaka