68
26:36-39, perhentian keenam “Yesus Ditangkap” Mat 26:47-50, perhentian ketujuh “Yesus diinterogasi imam-imam kepala” Mat 26:59-63, perhentian
kedelapan “Yesus dijatuhi hukuman mati” Mrk 15:6-15, perhentian kesembilan “Yesus terjatuh di bawah beratnya tindihan salib” Luk 23:27-28, perhentian
kesepuluh “Simon dari Kirene membantu Yesus memanggul salib-Nya” Luk 23:26, perhentian kesebelas “Yoh 19:23-24”, perhentian keduabelas “Yesus
disalibkan bersama dengan dua orang penyamun” Mrk 15:25-27, perhentian ketigabelas “beberapa perempuan berdiri dekat salib Yesus” Yoh 19:25-27,
perhentian keempatbelas “Yesus wafat di salib” Mat 27:49-50, dan perhentian kelimabelas “Yesus yang bangkit menemani para murid-Nya” Luk 24:13-32
Heinz, 2006: 57. Devosi jalan salib dengan lima belas perhentian ini memiliki arti
kesinambungan sejak awal hidup Yesus di dunia hingga berakhir pada kemuliaan Yesus setelah wafat di kayu salib dengan penuh kehinaan. Devosi jalan salib ini
membuktikan bahwa bentuk devosi jalan salib dapat berubah sesuai dengan kebutuhan umat beriman. Perhentian tetap sama ataupun berbeda namun
renungannya dapat disesuaikan dengan keadaan umat yang ada. Oleh sebab itu devosi jalan salib merupakan kebaktian non-liturgis yang berkembang di dalam
Gereja Katolik. Susunan devosi jalan salib dapat disusun sesuai dengan kebutuhan umat yang melaksanakannya. Dikatakan sebagai kebaktian non-liturgis karena
sifatnya yang dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan uamt yang melaksanakan terutama dalam renungan tanpa mengganti susunan pemberhentian
Leks, 1990: 18.
69
Romano Guardini 1963: 3 menyatakan bahwa devosi jalan salib merupakan kebaktian yang lahir dalam hati rakyat, karena rakyat ingin
mengetahui dan merasakan sendiri bagaimana penebusan terlaksana. Berawal mula dari dorongan-dorongan hati umat yang ingin secara langsung hadir dalam
peristiwa penyelamatan maka terciptalah kebaktian jalan salib. Jalan salib merupakan kebaktian paling murni yang berada di Gereja. Menjadi kebaktian
paling murni karena dalam pelaksanaannya menyangkut persatuan antara gambar dan pikiran, tindakan lahir dan batin, kenyataan sejarah dan kepercayaan.
2. Sejarah Devosi Jalan Salib
Sejarah devosi jalan salib muncul berkaitan dengan kebiasaan umat mengikuti ziarah perjalanan ke Yerusalem bersama kelompok Fransiskan pada
abad ke-14. Devosi jalan salib pada awalnya dilaksanakan oleh para peziarah kota suci di sekitar makam Yesus. Tujuan akhir dari para peziarah adalah Gereja
Kuburan Suci yang dibangun oleh Kaisar Konstantine tahun 335 di atas kuburan Yesus dan puncak Kalvari. Rute yang diambil para peziarah menuju Gereja
Kuburan Suci dimulai dari rentuhan benteng Antonia. Para peziarah mempercayai rute ini adalah jalan Yesus menapaki penderitaan-Nya, hingga wafat di salib. Rute
yang ditempuh oleh para peziarah sekarang ini dikenal sebagai Via Dolorosa, jalan penuh kedukaan Haryono, 2011b: 93 .
Perhentian-perhentian yang terdapat pada devosi jalan salib berawal mula di lokasi tempat terjadinya penderitaan Yesus. Latar belakang dari ke-14
perhentian dalam devosi jalan salib terdapat pada injil Lukas 23. Lukas
70
menceritakan kisah penderitaan Yesus mulai dari kejadian di hadapan Pilatus hingga penguburan-Nya. Namun, tidak semua perhentian devosi jalan salib
terdapat pada injil Lukas. Ada beberapa perhentian yang dipercaya oleh peziarah sebagai kisah tradisi di Yerusalem. Perhentian tersebut adalah perjumpaan dengan
para wanita yang ada di sekeliling Yesus. Perjumpaan dengan ibunda-Nya, kisah Veronica yang mengusap wajah-Nya, dan kisah jatuhnya Yesus di bawah salib
merupakan kisah tradisi yang dipercaya sebagai kisah nyata sehingga dimasukan dalam kisah sengsara-Nya Haryono, 2011b: 95.
Bentuk devosi jalan salib saat ini dipenggaruhi oleh para peziarah Kristen Eropa. Pada abad pertengahan praktek devosi jalan salib ini mulai diperkenalkan
kepada umat oleh St. Bernadus dari Clairvaux, St. Fransiskus Asisi, dan St. Bonaventura dari Bagnoregio melalui devosi kontemplatif sengsara Yesus. Pada
abad ke-16, kelompok Fransiskan mulai memperkenalkan devosi jalan salib dengan 14 perhentian yang terdiri dari sembilan perhentian yang terdapat pada
Injil dan lima perhentian yang berkembang dalam tradisi Yerusalem Haryono, 2011b: 98-99.
Sembilan perhentian yang terdapat dalam injil adalah perhentian pertama “Yesus dihukum mati Mat 27:26: bdk. Mrk 15:15, Luk 23:24, 19:16Yoh ”,
perhentian kedua “Yesus memanggul salib Mat 27:31: bdk. Mrk 15:20, Luk 23:26, Yoh 19:17”, perhentian kelima “Yesus ditolong oleh Simon dari Kirene
Mat 27:32: bdk. Mrk 15:21, Luk 23:26 ”, perhentian kedelapan “Yesus menasehati wanita Yerusalem yang menangis Luk 23:28-29”, perhentian
kesepuluh “pakaian Yesus ditanggalkan Mat 27:35: bdk. Mrk 15:24;23:34b, Yoh
71
19:23”, perhentian kesebelas “Yesus dipaku di kayu salib Mat 27:35: bdk. Mrk 15:24”, perhentian keduabelas “Yesus wafat di kayu salib Mat 27:50: bdk. Mrk
15:37, Luk 23:46, Yoh 19:30”, dan perhentian ketigabelas “Yesus diturunkan dari salib Mat 27:59: bdk. Mrk 15;46;23:53, Yoh 19:41”.
Sedangkan lima perhentian yang berkembang sesuai dengan tradisi di Yerusalem adalah perhentian ketiga “Yesus jatuh yang pertama kali di bawah
Salib”, perhentian keempat “Yesus berjumpa dengan ibu-Nya”, perhentian keenam “Veronika mengusap wajah Yesus”, perhentian ketujuh “Yesus jatuh
yang kedua kalinya di bawah Salib”, dan perhentian kesembilan “Yesus jatuh yang ketiga kalinya di bawah Salib” Haryono, 2011b: 100.
Jalan salib dengan 14 perhentian untuk pertama kalinya dilaksanakan di Spanyol di pertengahan pertama Abad ke 17 khususnya di Komunitas Fransiskan.
Pada awalnya jalan salib dilaksanakan di kapel dengan dekorasi gambar ataupun patung yang menggambarkan kisah penderitaan Yesus untuk direnungkan. Baru
setelah abad ke 18 dibuatlah perhentian-perhentian di dalam gereja, yakni dengan menaruh gambar-gambar sengsara Yesus pada dinding gereja Leks, 1990: 16.
3. Dasar Teologis Devosi Jalan Salib
Devosi jalan salib tidak dapat terpisahkan dengan salib Yesus. Dalam pembahasan teologi jalan salib ini menggunakan pendekatan berdasarkan salib.
Salib adalah suatu balok yang melintangi balok yang lain yang pada zaman dahulu dipergunakan sebagai alat penyiksaan bagi para tawanan yang tidak patuh
pada pemerintah. Salib berasal dari bahasa Yunani stauros yang mempunyai arti
72
menyalibkan. Ada tiga macam salib yang dikenal secara umum yang berbentuk X crux decussata, yang berbentuk seperti huruf T crux comissa, dan yang
terakhir adalah salib yang berbentuk † crux immissa. Salib merupakan alat hukum yang paling mengerikan pada zaman dahulu. Sebelum tawanan disalibkan
biasanya diawali dengan penderaan yang menyakitkan. Penderaan dilakukan dengan alat yang terbuat dari cambuk yang ujungnya diperkuat dengan batu-batu
timah atau tulang punggung binatang. Setelah penderaan yang kejam, tawanan memikul sendiri salib yang akan menjadi alat kematiannya. Tawanan membawa
sendiri kayu palang patibulum salib menuju tempat eksekusi yang terletak di tempat yang stategis dengan tujuan agar dapat dilihat oleh masyarakat Indra
Sanjaya, 2004: 80. Indra Sanjaya 2004:83 mengungkapkan bahwa salib yang digunakan
oleh Yesus adalah salib crux immissa †. Yesus memanggul palang salib patibulum dan tulisan diatas kepala-Nya Luk 23:38 menjadi bukti kuat akan
bentuk salib Yesus. Kisah penyaliban Yesus biasanya terkenal dengan kisah sensara. Dalam injil Lukas tahap kisah sengsara penyaliban Yesus terbagi menjadi
tiga bagian Jacobs, 2006: 150 yaitu jalan ke Golgota, peristiwa di Golgota, dan jalan dari Golgota.
Luk 23:26-32 menceritakan mengenai jalan sengsara Yesus dalam memanggul salib menuju Golgota. Selama perjalanan menuju Golgota Yesus
banyak menghibur wanita-wanita yang meratapi Dia. Hiburan Yesus kepada para wanita mengandung arti akan sikap untuk meratapi nasib Yerusalem yang
nantinya akan dihukum karena ketidakpercayaannya. Hukuman yang akan
73
dijatuhkan kepada para wanita yang hamil dan menyusui bayi. Perjalanan panjang Yesus menempuh jalan salib dilalui-Nya dengan keberanian dan tanpa salah
Jacobs, 2006: 142. Luk 23:33-49 juga menjelaskan tentang makna penyaliban Yesus di
Golgota dengan menafsirkan ucapan Yesus mengenai doa bagi orang yang mencaci-Nya. “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang
mereka perbuat” Luk 23:34. Doa ini menjadi salah satu bentuk teladan penyaliban Yesus mengenai kasih kepada musuh. Yesus dalam penderitaan-Nya
di kayu salib tetap tabah dan sabar dalam menghadapi para serdadu yang mengolok-olok mengenai karya penyelamatan-Nya di tengah umat. Salib menjadi
tanda akan ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi segala percobaan, hal ini dibuktikan dengan keteladanan Yesus dalam menanggapi segala cacian dari para
serdadu. Dalam proses penyaliban Yesus tidak sendiri, Ia ditemani oleh dua orang penyamun yang dihukum sama seperti-Nya. Dalam hal ini ada teladan Yesus yang
ingin ditunjukan oleh Lukas yaitu sikap percaya yang dapat menimbulkan keselamatan abadi bersama dengan-Nya. Kerendahan hati untuk mengakui
kesalahan dan sikap percaya yang ditunjukan oleh salah satu penyamun menjadi bukti bahwa Yesus terbuka kepada siapa saja yang percaya akan diri-Nya Jacobs,
2006: 152. Luk 23:50-55 menambahkan mengenai suasana yang terjadi setelah Yesus
disalibkan dengan gambaran yang mencekam. Suasana yang akhirnya membawa pertobatan besar kepada orang-orang yang semula ragu bahkan tidak percaya akan
Yesus putra Allah. Dengan melihat tanda-tanda yang muncul setelah Yesus
74
menyerahkan diri kepada Allah, maka kepala pasukan langsung memuliakan Allah dengan berkata “sungguh, inilah orang benar” Luk 23:47. Akhirnya semua
orang yang semula mengolok-olok Yesus menjadi sadar dan bertobat dan akhirnya menjauh dari Golgota. Hanya ada bebrapa kerabat Yesus yang tetap
bertahan di bawah salib-Nya. Hingga akhirnya Yesus wafat dan diturunkan dari salib untuk di makamkan Jacobs, 2006: 154.
Luk 24:1-54 mengisahkan mengenai kisah kemuliaan Yesus yang dimulai dari makam kosong, penampakan di Emaus, penampakan kepada para rasul, dan
berakhir pada kenaikan Yesus ke surga. Kisah mengenai makam kosong merupakan kisah para wanita yang berkabung akan kematian Yesus. Wanita
menjadi sasaran pertama akan kabar kebangkitan Yesus yang disampaikan oleh dua malaikat yang berada di makam Yesus. Reaksi yang muncul pertama kali
adalah rasa takut dan kehilangan yang dirasakan oleh para wanita yang hendak memberikan rempah-rempah bagi jenasah Yesus. Namun, ketika mendengar
penjelasan yang diberikan oleh malaikat akan pesan paskah bahwa Yesus telah bangkit dan hidup kembali, para wanita langsung memberitakan hal tersebut
kepada para murid Yesus Jacobs, 2006; 156. Penampakan Yesus di Emaus Luk 24:13-35 menjadi kisah kemuliaan
Yesus yang kedua. Penampakan Yesus kepada dua murid di Emaus digambarkan dengan perayaan Ekaristi yang didahului dengan liturgi sabda dan diakhiri dengan
pemecahan roti. Duka yang menyelimuti kedua murid masih terasa hingga mereka tak menyadari bahwa Yesus sedang berjalan dan berbincang bersama dengan
mereka sepanjang perjalanan menuju Emaus. Kedua murid mulai sadar bahwa
75
Yesus bersama mereka ketika Ia bersedia untuk singgah ke dalam rumah dan memecahkan roti serta mengucapkan syukur bersama dengan mereka. Namun,
ketika kedua murid sadar bahwa Yesus bersama mereka lenyaplah Ia dari tengah para murid. Seketika itu kedua murid segera kembali ke Yerusalem untuk
mewartakan kabar gembira bahwa Yesus telah bangkit dari alam kematian Jacobs, 2006: 159.
Kisah kemuliaan yang ketiga adalah penampakan Yesus kepada para rasul yang berada di Yerusalem. Namun berita akan kebangkitan Yesus sudah tersebar
diantara para rasul mulai dari makam kosong, penampakan kepada dua murid di Emaus, dan kejadian pemecahan roti yang disaksikan oleh dua murid di Emaus.
Tujuan utama Yesus menampakan diri kepada para rasul adalah perutusan kepada para rasul agar menyampaikan warta gembira akan kerajaan surga bahwa kerajaan
surga telah datang. Warta gembira yang menjadi ajaran Yesus adalah mengenai kebangkitan-Nya pada hari ketiga diantara orang mati, penebusan dosa yang
dilakukan oleh Yesus untuk pertobatan segala bangsa, pewartaan harus dimulai dari Yerusalem, dan Yesus akan mengutus roh kudus sebagai rahmat akan para
rasul Jacobs, 2006: 161. Yoh 12:33 dan Yoh 18:32 memunculkan penegasan bahwa kematian
Yesus merupakan peninggian-Nya di kayu salib. Dengan penyaliban maka umat manusia akan meninggikan Yesus yang disalib hal ini terjadi karena Yesus
ditinggikan dari bumi dengan naik ke kayu salib. Naiknya Yesus ke kayu salib mempunyai arti bahwa Yesus naik ke tahta kerajaan dengan penuh kemenangan
Indra Sanjaya, 2004: 59. Bukti peninggian Yesus di kayu salib terdapat pula
76
pada ungkapan INRI yang berada di atas kepala Yesus merupakan singkatan dari bahasa latin “Iesus Nazarenus Rex Iudaeorum” artinya “Yesus, Orang Nazaret,
Raja orang Yahudi Yoh 19:15.”. Ungkapan ini diucapkan oleh Pilatus selaku wakil kaisar sebagai sebuah pernyataan tentang kebenaran padahal bagi orang
Yahudi tidak ada raja yang lebih besar dan agung selain kaisar Indra Sanjaya, 2004: 73. 97.
Dan bukti peninggian Yesus yang lain adalah dari kisah akhir sengsara Yesus selalu digambarkan dengan penyerahan nyawa-Nya kepada Bapa, bukan
dengan kata wafat atau mati. Yohanes tidak menjelaskan bahwa Yesus wafat atau mati namun hanya menyerahkan roh-Nya kepada Allah dalam keadaan sadar. Hal
ini mengungkapkan bahwa saat penyaliban adalah saat pemuliaan Yesus sehingga Dia dapat menyerahkan roh-Nya kepada Bapa Indra Sanjaya, 2004: 128. Bukti
peninggian terakhir adalah keluarnya darah dan air dari lambung Yesus merupakan pengenapan akan kutipan Zak 12:10 mengenai janji Allah untuk
mencurahkan roh pengasihan dan roh pemohonan. Darah dan air disejajarkan dengan makna pencurahan roh Indra Sanjaya, 2004: 148.
Yesus naik ke surga menjadi kisah kemuliaan yang terakhir dalam Luk 24:50-53. Yesus memberikan berkat kepada para rasul dengan mengangkat
tangan-Nya seketika itu terangkatlah Ia ke surga. Hal yang terakhir terlihat adalah tangan Yesus yang terus memberkati para rasul ketika Ia mulai menghilang
dibalik awan. Hal ini menjadi tanda bahwa Yesus selalu menyertai para rasul walaupun Ia sudah tidak ada di bumi. Perpisahan antara Yesus dan para rasul
meninggalkan kesan kegembiraan yang menyemangati mereka dalam karya
77
pewartaan kabar gembira di dunia sambil menanti turunnya Roh Kudus seperti janji Bapa.
Teologi memahami salib Yesus sebagai tanda perdamaian antara manusia dengan Allah sebagai tindakan pembenaran akan iman kepada Allah sendiri.
Jalan salib dipilih oleh Allah bagi Yesus untuk menunjukkan kebenaran kepada manusia agar manusia percaya kepada Allah dan mau menyerahkan diri kepada-
Nya. Dengan menapaki jalan salib dan derita Yesus, salib menjadi penebusan akan dosa manusia yang selama ini menjauhkan manusia dengan Allah. Ketika
salib Yesus menjadi sarana penobatan-Nya sebagai Sang Raja Agung, maka manusia dapat mengambil makna penderitaan manusia bukan sebagai tanda
kebinasaan, kekalah, ataupun kehancuran, namun sebagai sarana untuk mencapai kemuliaan yang tidak terdapat di dunia.
“Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku” Luk 9:23. Menjadi landasan
teologis devosi jalan salib dalam Gereja. Devosi jalan salib mempunyai makna akan kisah sengsara Yesus yang dimulai dari malam penghianatan yang dilakukan
oleh muridnya hingga kisah kemuliaan naiknya Yesus ke surga dengan berkat yang ditinggalkan kepada para murid-Nya. Devosi jalan mempunyai dua misteri
yaitu misteri penjelmaan Yesus menjadi manusia yang rela menyerahkan nyawa- Nya demi menebus dosa umat manusia dari roh jahat. Dengan penjelmaan Yesus,
Yesus menjadikan dirinya sebagai tempat perjumpaan antara manusia dengan Allah. Misteri kebangkitan Yesus menjadikan umat manusia suci dan pantas
menjadi tempat untuk bertemu secara langsung dengan Allah.
78
Dalam Gereja, devosi jalan salib dipercaya sebagai kekuatan khusus yang sumbernya langsung dari diri Yesus. kekuatan yang didapat dengan merenungkan
setiap peristiwa sengsara Yesus dimaknai dengan kekuatan cinta kasih yang mampu untuk menguatkan umat manusia dalam menjalani peziarahan di bumi.
Dasar dari segala permenungan yang berada dalam devosi jalan salib adalah kitab suci. Dengan kitab suci maka umat dapat mencintai dan merenungkan sengsara
Yesus sebagai bentuk pembenaran sejati dan bentuk cinta sejati yang ditampakan dalam pribadi Yesus.
4. Makna Devosi Jalan Salib bagi Umat
Paulus berkata: “Kita harus bangga akan Salib Tuhan Yesus Kristus pohon keselamatan, kehidupan, dan kebangkitan kita, sumber penebusan dan
pembebasan kita” Gal 6:14. Dalam salib terkandung dan terpancar misteri cinta Allah kepada manusia. Cinta Allah yang menyelamatkan, menghidupkan,
membangkitkan, menebus, dan membebaskan umat manusia dari dosa dengan menyerahkan Putra-Nya yang tunggal, sampai wafat di salib. Cinta Allah kepada
manusia yang dinyatakan dalam diri Yesus lewat penderitaan di kayu salib. Setiap langkah penderitaan Yesus adalah jalan menuju Allah dengan
pemenuhan rencana keselamatan. Rencana keselamatan Allah mulai dari pengampunan Luk 23:34, hati yang tertikam Yoh 19:36, kurnia seorang ibu
Yoh 19:26-27, dan kurnia Roh Mat 27:50. Penderitaan Yesus dimaknai sebagai benih-benih sukacita bagi umat. Kerelaan hati Yesus untuk dicemooh oleh
79
sahabat, musuh, dan orang yang acuh tak acuh merupakan satu pelajaran pengampunan untuk rekonsiliasi dan damai Haryono 2011b: 101.
Dalam Yoh 12:24 bulir gandum yang mati akan menghasilkan buah menjadi perbandingan Yesus mengenai keberadaan-Nya di dunia ini. Kematian
Yesus menjadi persembahan kepada Allah sebagai wujud cinta kasih dalam hidup baru. Yesus menerjemahkan hidup, kematian, dan kebangkitan-Nya melalui
Ekaristi. Pusat misteri Ekaristi menjadi arah utama dalam jalan salib. Jalan salib adalah jalan yang mengarahkan umat pada persatuan yang mendalam bersama
Yesus. Menurut Heinz 2006: v dalam pengantar buku jalan salib: Yesus Sang
Perantau dan Pengungsi , devosi jalan salib mempunyai makna penghayatan akan
sengsara Yesus pada masa ini. Terkhusus umat yang saat ini berada di tempat yang jauh dari tanah kelahiran karena sedang merantau atau sedang mengungsi
dalam keadaan yang menderita. Perjalanan Yesus yang panjang penuh dengan penderitaan untuk menuju kemuliaan sama halnya dengan umat manusia yang
menjalankan peziarahan di dunia ini dengan sengsara, derita, dan kematian yang siap menghampiri. Namun, dengan devosi jalan salib semua perjalanan tersebut
disatukan dengan kemuliaan Yesus yang memberikan harapan baru. Leks 1990: 11 mengungkapkan bahwa devosi jalan salib membantu umat
beriman untuk semakin mencintai Yesus yang dengan sengsara dan wafat-Nya menunjukkan kasih-Nya dengan nyata dan tanpa mengeluh menghadapi
penderitaan. Jalan sengsara yang harus dipikul Yesus hingga akhirnya wafat di kayu salib merupakan tindakan yang mewujudkan cinta kasih Allah kepada umat-
80
Nya. Dengan merenungkan penderitaan Yesus melalui devosi jalan salib, umat beriman diharapkan agar semakin menghayati tindakan Yesus yang sungguh luar
biasa demi penebusan dosa manusia.
C. Peranan Devosi Jalan Salib Dalam Penghayatan Iman Umat
Iman merupakan tanggapan akan sapaan Allah kepada manusia ataupun penyataan diri Allah kepada manusia. Dengan iman manusia percaya bahwa telah
diberi keselamatan oleh Allah melalui Salib Yesus. Melalui iman manusia dapat merasakan cinta Allah yang begitu besar tanpa keragu-raguan. Dengan merasakan
cinta Allah manusia secara tidak langsung mempunyai penghayatan iman akan- Nya. Penghayatan iman umat merupakan motivasi, pendorong, dan landasan dari
sikap umat untuk memperkuat relasinya dengan Allah. Relasi dengan Allah berkaitan dengan perasaan mendalam manusia akan kebaikan-Nya dalam
kehidupan di dunia. Semakin dalam penghayatan iman umat, semakin tinggi pula tingkat kehidupan spiritualitasnya. Umat yang berada dalam tahap spiritualitas
misalnya, karena dalamnya cinta pada Tuhan, maka dia akan mampu menumbuhkan harapan dan kegembiraan dalam diri sesamanya, karena dia
berbuat sesuatu kepada sesamanya seakan-akan dia melakukan itu untuk Tuhan yang dia rasakan begitu mencintainya.
Ungkapan akan penghayatan iman kepada Allah biasanya nampak dalam kegiatan doa atau devosi melalui simbol-simbol. Simbol yang digunakan biasanya
berupa patung-patung, gambar-gambar, dan salib. Simbol yang digunakan mempunyai pengertian sebagai sarana untuk mengungkapkan iman kepada Allah
81
sehingga penghayatan iman manusia menjadi lebih bermakna. Setelah mengungkapan penghayatan iman manusia diajak untuk bertindak secara nyata
demi perwujudan iman kepada Allah baik melalui ritus, devosi, maupun melalui spiritualitas Martasudjita, 2011: 25.
Martasudjita menjelaskan bahwa dimensi ritual merupakan perwujudan penghayatan iman yang berupa praktek-praktek liturgi yang sudah tersusun dalam
tradisi Martasudjita, 2011: 25. Dimensi devosi atau dimensi doa merupakan penghayatan dan pengungkapan iman umat diluar liturgi yang berciri spontan dan
bebas. Devosi sering dilaksanakan oleh umat karena mudah untuk diterima, dipahami, dan dilaksanakan oleh umat Martasudjita, 2011: 248. Sedangkan
spiritualitas menjadikan umat untuk selalu bersemangat dalam kehidupan bersama dengan sesama, sehingga pengalaman konkret menjadi pengalaman dasar yang
dapat dikembangkan sebagai perwujudan penghayatan iman Martasudjita, 2011: 280.
“Salib, bagi orang-orang yang akan binasa memang merupakan kebodohan, tetapi bagi kita yang di selamatkan salib adalah kekuatan Allah” 1
Kor 1:18. Salib menjadi simbol kekuatan bagi umat dalam menjalankan peziarahan di bumi ini dengan segala resiko yang ada. Salib merupakan
perendahan di lihat dari peristiwa-peristiwa yang menyertai penyaliban Yesus. Dengan sabar Yesus menerima olok-olok, hinaan, dan perendahkan yang
dilakukan oleh banyak orang yang melihatnya. Penerimaan diri Yesus terhadap peristiwa yang mengantarkan dia menjadi kekuatan yang memancarkan
kehidupan, penyelamatan, dan penebusan dari salib. Dengan iman yang kuat dan
82
penyerahan diri, Yesus mengajarkan kepada umat beriman agar selalu meneladan contoh kehidupan-Nya. Karena dengan
menderita maka keselamatan,
pembebasan, dan penebusan umat beriman menjadi nyata. Salib merupakan jalan perendahan yang dipilih Allah untuk menyatakan kuasa kehidupan dan penebusan
kepada umat manusia yang sering terpuruk ke dalam ketidakberdayaan dan kebesaran semu. Salib menjadi teladan hidup umat beriman untuk selalu belajar
dari kerendahan hati Yesus Darminta, 2006b: 39. Devosi menjadi salah satu perwujudan penghayatan iman umat yang
paling populer di tengah umat. Hal ini disebabkan karena devosi dihayati oleh umat sebagai sesuatu yag memenuhi kebutuhan afeksi, emosi, dan kerinduan hati
kepada Allah. Devosi membantu umat untuk mengungkapkan iman secara terbuka dan bebas. Devosi memiliki unsur yang spontan dan kreatif karena devosi
dilakukan secara bebas dan sesuai dengan kebutuhan umat Martasudjita, 2011: 258. Praktek devosi biasanya dilandasi dengan itensi khusus agar umat
mendapatkan berkat spiritual. Devosi yang dilaksanakan dapat berhasil karena pelaksanaan devosi berdasarkan pada iman yang kuat dan dengan sikap hati yang
sederhana. Begitu pula dengan devosi jalan salib yang dilaksanakan umat mempunyai makna tersendiri. Devosi jalan salib dipercaya akan semakin
menguatkan iman umat untuk menjalani peziarahan yang ada di dunia ini. Romano Guardini 1963: 5 menyatakan devosi jalan salib mempunyai dua
peranan penting bagi penghayatan iman umat. Peran penting pertama adalah merasakan secara fisik bagaimana penderitaan Yesus ketika menderita dalam jalan
sengsara hingga wafat di kayu salib. Umat secara tidak langsung ikut terlibat
83
berjalan mengikuti Yesus dengan memanggul salib dengan-Nya melalui devosi jalan salib. Melalui tindakan ini umat dapat merasakan tindakan cinta kasih Allah
dan secara langsung umat dapat mengetahui besarnya dosa umat yang mengakibatkan Yesus harus menebus dosa melalui jalan penderitaan yang tidak
mudah dilalui hingga akhirnya wafat di kayu salib. Dengan demikian umat dapat menyesali dosa-dosa dan dapat merasakan rahmat Allah yang begitu besar dengan
jalan salib. Peran penting kedua adalah devosi jalan salib mengajari umat untuk
melatih diri sendiri. Dalam sengsara-Nya Yesus tidak hanya badan-Nya yang merasakan penderitaan namun juga merasakan penderitaan melalui jiwa-Nya.
Yesus memberikan teladan kepada umat-Nya untuk selalu menanggapi penderitaan dengan kasih Allah yang tanpa batas. Sikap Yesus yang tidak
mengeluh dan tidak menghindari kenyataan yang ada menguatkan iman umat agar selalu dengan pantang menyerah menghadapi cobaan-cobaan yang selalu ada
selama peziarahan di bumi. Bagi Leornardo Boff 1992: 8 jalan salib merupakan jalan keadilan yang
mampu mengembangkan refleksi umat akan kisah sengsara Yesus. Jalan salib terpusat pada Yesus yang rela dihukum, disiksa, dan dibunuh untuk penyelamatan
dunia dari segala dosa. Yesus memperjuangkan nilai-nilai kebenaran mengenai kerajaan surga Kis 3:14 dari ahli-ahli Farisi yang begitu jahat. Sengsara Yesus
merupakan konsekunsi kesetiaan terhadap Allah dan manusia. Dalam kehidupan saat ini sengsara Yesus dimaknai oleh korban-korban karena masalah-masalah
keadilan. Korban yang berjatuhan karena membela yang benar dan membela
84
rakyat kecil harus menghilang ataupun meninggal, hal ini membuktikan bahwa mereka menderita karena mengorbankan diri demi kebenaran sama seperti
sengsara Yesus. Heinz 2006: vi mengungkapkan bahwa merenungkan devosi jalan salib
sama halnya dengan merenungkan misteri penderitaan Yesus dalam menyelamatkan umat manusia. Dalam misteri tersebut, umat mampu menemukan
Allah yang mengundang umat-Nya untuk ikut ambil bagian dalam misteri penyelamatan pada zaman saat ini dengan jalan ikut membela memperjuangkan
kehidupan, berjuang demi hak martabat manusia, berjuang dalam menciptakan keadilan, dan ikut menyebarkan ajaran cinta kasih kepada sesama umat beriman.