106
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan cenderung tidak memberikan pengaruh yang kuat terhadap munculnya perilaku mengonsumsi
tuak. Hal tersebut dapat dilihat dari proporsi peminum yang meminum tuak dalam jumlah 500 mL dan dalam jangka waktu 8 tahun paling banyak
dibandingkan dengan proporsi lainnya, sementara pengetahuan mereka mengenai tuak paling banyak pada tingkat cukup. Penelitian Salakory 2013
mendukung hal tersebut dengan menyebutkan bahwa konsumsi minuman beralkohol pada nelayan di Kelurahan Bitung Kota Manado tidak berhubungan
dengan pengetahuan yang dimiliki oleh para nelayan tersebut. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya faktor kepercayaan dan tradisi
konsumsi tuak yang dipegang erat oleh masyarakat Desa Lumban Siagian Jae. Kepercayaan terhadap khasiat tuak dan kebiasaan yang telah turun temurun
menjadi faktor yang sangat kuat mendorong munculnya perilaku mengonsumsi tuak.
Pengendalian konsumsi tuak dapat dilakukan melalui peningkatan pengetahuan mengenai dampak dan manfaat tuak. Pendekatan dan bina
suasana kepada masyarakat sangat penting dilakukan sehingga penyuluhan dan pengendalian konsumsi tuak, yang berkaitan dengan tradisi Batak Toba dan
kemungkinan sulit diterima oleh masyarakat, dapat dilakukan secara optimal.
D. Sikap Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae terkait Konsumsi
Tuak
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu rangsangan yang tidak dapat dilihat secara nyata, namun dapat ditafsirkan. Sikap mengandung
107
penilaian secara emosional, baik secara afektif, kognitif dan konatif Maulana, 2007. Menurut Simamora 2008, terdapat 4 empat fungsi sikap pada
seseorang, yaitu sebagai penyesuaian, pertahanan ego, ekspresi nilai dan sebagai pengetahuan, dimana keempat fungsi tersebut secara keseluruhan akan
mendorong seseorang melakukan tindakan berdasarkan sikap yang
diyakininya.
Sikap merupakan faktor predisposisi yang mempengaruhi pola konsumsi tuak. Sikap terkait konsumsi tuak merupakan respon para responden
terhadap rangsangan yang diberikan, rangsangan tersebut berupa pertanyaan mengenai konsumsi tuak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peminum tuak
lebih banyak 69,7 memiliki sikap negatif terkait konsumsi tuak, dengan kata lain para peminum mendukung dan menyetujui konsumsi tuak di Desa
Lumban Siagian Jae. Berdasarkan tanggapan yang diberikan oleh responden terhadap pernyataan yang diberikan, maka dapat disimpulkan bahwa sikap
masyarakat Lumban Siagian Jae terdapat pada tingkat valuing, dimana mereka sering membahas mengenai konsumsi tuak dengan orang lain dan bahkan
mengajak atau mempengaruhi orang lain untuk ikut mengkonsumsi tuak Simamora, 2008.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Faot dkk 2010 yang menyebutkan bahwa 65 masyarakat Kelurahan Oelpuah Kota Kupan
memiliki sikap negatif terkait konsumsi tuak. Menurut Faot, sikap negatif masyarakat berkaitan dengan kecenderungan mereka yang berpendapat bahwa
konsumsi minuman keras sudah menjadi kebiasaan yang sangat sulit
108
dihilangkan karena sudah merupakan adat turun temurun dari para leluhur mereka.
Berbeda dengan hasil penelitian Pratama 2013 yang menyebutkan bahwa kebanyakan remaja Desa Jatigono Kabupaten Lumajang memiliki sikap
positif terkait konsumsi minuman keras, dengan kata lain masyarakat remaja tidak mendukung dan tidak menyetujui konsumsi minuman keras. Sikap positif
dari remaja kemungkinan dipengaruhi oleh adanya penyelenggaraan pengajian bagi para remaja yang diadakan oleh tokoh masyarakat dan tenaga kesehatan
untuk mensosialisasikan gaya hidup sehat, salah satunya mengenai dampak dan bahaya minuman keras.
Sosialisasi gaya hidup sehat sebenarnya telah dilakukan oleh Masyarakat Batak, dimana mereka memiliki Lima Kiat Sehat yang tersurat
pada slogan Poda Na Lima Lima Nasehat dan kelimanya menyerukan masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan, baik kebersihan fisik maupun
non-fisik. Berikut ini adalah isi dari nasehat tersebut Boangmanalu 2008: 1
Paias rohamu bersihkan hatimu 2
Paias pamatangmu bersihkan badanmu 3
Paias paheanmu bersihkan pakaianmu 4
Paias bagasmu bersihkan rumahmu 5
Paias alamanmu bersihkan pekaranganmu.
Nasehat tersebut, salah satunya, menyebutkan agar masyarakat selalu membersihkan badan. Menurut Aritonang 2007, badan yang bersih tidak
hanya dinilai dari organ luar, namun juga organ dalam. Seluruh sistem organ
109
manusia juga sebaiknya bersih dari zat-zat berbahaya dan memicu munculnya penyakit, termasuk tuak dan minuman beralkohol lainnya.
Adanya Poda Na Lima tersebut seharusnya dapat menjadi stimulus bagi masyarakat untuk membentuk sikap positif terkait konsumsi tuak, akan
tetapi Faot dkk 2010 menyebutkan bahwa sikap negatif terkait suatu objek dapat terbentuk karena adanya pemahaman dan persepsi masyarakat mengenai
objek tersebut. Sikap negatif masyarakat Batak terbentuk karena adanya faktor tradisi dan kebiasaan konsumsi tuak yang diturunkan dari nenek moyang
sehingga masyarakat menganggap bahwa konsumsi tuak adalah kebiasaan baik karena segala sesuatu yang diturunkan oleh para nenek moyang adalah hal-hal
yang baik dan tidak mungkin mendatangkan bahaya. Selain itu, Poda Na Lima merupakan slogan yang paling banyak dianut
oleh masyarakat Batak Mandailing Tapanuli Selatan, Padang Sidempuan, Padang Lawas, Padang Lawas Utara dan Mandailing Natal dan hanya
sebagian kecil masyarakat Batak Toba yang mengetahui slogan tersebut Simbolon, 1999 Boangmanalu, 2008. Maka dari itu, kelima nasehat
tersebut tidak memberikan pengaruh besar atau bahkan tidak berpengaruh sama sekali terhadap sikap masyarakat Batak Toba karena adanya dominasi
faktor pemahaman dan persepsi yang positif terhadap konsumsi tuak. Selain tradisi, sikap negatif peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae
juga dipengaruhi oleh faktor agama, dimana hampir semua masyarakat Desa Lumban Siagian Jae memeluk agama Kristen Protestan. Alkitab, kitab suci
agama Kristen, melarang untuk mabuk-mabukan dan mengonsumsi alkohol
110
secara berlebihan Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania, 2013. Sebagaimana disebutkan alkitab pada Efesus pasal 5 ayat 18
disebutkan, “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur
menimbulkan hawa nafsu”. Pendapat lainnya menyebutkan bahwa umat Kristen masih
diperkenankan untuk mengonsumsi alkohol dalam batas wajar karena meyakini bahwa sejak dulu, hamba-hamba Tuhan sudah terbiasa meminum
anggur Christian Educational, 2009. Hal tersebut dijelaskan dalam alkitab pada Kejadian pasal 27 ayat 25 yang menyebutkan,
“Lalu berkatalah Ishak: ‘Dekatkanlah makanan itu kepadaku, supaya kumakan daging buruan
masakan anakku, agar aku memberkati engkau’. Jadi didekatkanlah makanan
itu kepada ayahnya, lalu ia makan, dibawanya juga anggur kepadanya, lalu ia minum”. Berdasarkan informasi yang diperoleh mengenai pandangan
Kristen mengenai minuman keras, dapat diketahui bahwa masyakat Desa Lumban Siagian Jae tidak memiliki batasan keras terhadap konsumsi tuak
selama tidak memabukkan sehingga mereka masih tetap mendukung dan menyetujui adanya tuak.
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa sikap negatif peminum tuak terhadap konsumsi tuak didasari oleh adanya faktor tradisi dan agama yang
dianut. Pembaharuan sikap masyarakat terhadap konsumsi tuak penting dilakukan dengan adanya penyuluhan atau penjelasan mengenai dampak,
manfaat dan bagaimana hakikat konsumsi tuak dalam adat istiadat dan agama. Petugas kesehatan sebaiknya mampu melakukan pendekatan kepada sesepuh
111
desa, pendeta atau pemuka agama di Desa Lumban Siagian Jae sehingga penjelasan yang diberikan kepada masyarakat dapat diterima dengan baik
karena adanya sesepuh desa dan pemuka agama sebagai key person dalam kegiatan penyuluhan tersebut.
E. Tradisi Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae