75
Grafik 5.5 Waktu Peminum Tuak untuk Mengonsumsi Tuak
Grafik di atas menunjukkan bahwa peminum tuak paling banyak 65,8 memilih untuk mengonsumsi tuak pada malam hari Peminum tuak
lebih memilih waktu malam karena pada pagi hingga siang hari mereka lebih memilih untuk bekerja dan malam dijadikan sebagai waktu untuk bersantai dan
melepaskan keletihan.
B. Pengetahuan Mengenai Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa
Lumban Siagian Jae
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku mengonsumsi tuak. Adapun hal-hal yang ditanyakan
dalam menentukan pengetahuan adalah mengenai pengertian, kandungan, dampak dan manfaat tuak.
13.2 21.1
65.8
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Sore Sore-Malam
Malam P
er se
n ta
si
Waktu
76
Grafik 5.6 Tingkat Pengetahuan Peminum Tuak Mengenai Konsumsi Tuak di Desa Lumban
Siagian Jae
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae paling banyak memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai tuak 64,5 dan hanya 7,9 dari peminum tuak yang memiliki pengetahuan yang baik.
C. Sikap Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Terkait Konsumsi
Tuak
Sikap juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola konsumsi
tuak di Desa Lumban Siagian Jae. Sikap masyarakat terhadap tuak diukur dengan tanggapan terhadap pernyataan seputar tuak.
27.6 64.5
7.9 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
Kurang Cukup
Baik
P er
sen tasi
Tingkat Pengetahuan
77
Grafik 5.7 Sikap Peminum Tuak Terkait Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae
Grafik di atas menggambarkan bahwa proporsi peminum tuak yang memiliki sikap negatif terkait konsumsi tuak lebih besar 69,7 dari pada proporsi
peminum dengan sikap positif 30,3.
D. Tradisi Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae
Faktor lain yang mendorong konsumsi tuak yaitu tradisi. Hampir semua masyarakat Desa Lumban Siagian Jae menganggap bahwa tuak sudah menjadi
tradisi di desa tersebut. Hal tersebut diungkapkan oleh informan utama dan informan pendukung.
Informan 1:
“Minum tuak itu ya sudah jadi kebiasaan disini”.
Informan 2:
“Tuak itu minuman tradisional orang Batak. Sejak zaman dulu, tuak ini sudah dijadikan sebagai minuman untuk menjamu
tamu”.
69.7
30.3 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
Negatif Positif
Per se
nt as
i
Sikap
78
Data yang diperoleh membuktikan bahwa 96,1 peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae menganggap bahwa minum tuak merupakan tradisi
Masyarakat Suku Batak Toba. Jika ditanyakan mengenai kaitan tradisi dengan konsumsi tuak yang
marak di Desa Lumban Siagian Jae, kedua informan menyebutkan bahwa konsumsi tuak pasti dipengaruhi oleh tradisi.
Informan 1:
“Jelas ada, dari dulu sudah dilakukan itu minum tuak oleh oppung kita. Tidak mungkin kita melakukan hal-hal yang sudah
jadi kebiasaan sampai sekarang tanpa ada dorongan dari masa lalu, iya kan”.
Informan 2:
“Tradisi ya, ada kaitannya pasti. Kalau disini, tuak itu memang rada-rada sudah mendarah daging. Dari dulu itu sudah jadi
minuman yang diistimewakan, seperti itu”.
Konsumsi tuak sudah menjadi kebiasaan yang telah diturunkan oleh nenek moyang masyarakat Desa Lumban Siagian Jae sehingga menjadi tradisi
hingga saat ini. Menurut Bapak Haposan Panggabean, selaku informan pertama, dahulu para raja selalu mengonsumsi tuak jika sedang berkumpul dan
melakukan musyawarah di Sopo Partungkoan, tuak tersebut juga sering diminum sambil menikmati Buah Pisang Sitanduk.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dahulu tuak juga disajikan sebagai jamuan untuk tamu, namun sekarang tuak hanya dapat diminum di
lapo tuak karena menurut Bapak Dohar Pasaribu, selaku informan kedua,
79
sekarang tamu lebih menikmati kopi atau teh sebagai jamuan. Pada penyelenggaraan upacara adat, seperti pesta pernikahan, para undangan,
terutama Dalihan Na Tolu, juga sebenarnya dijamu dengan tuak, akan tetapi sekarang tuak sudah tidak dipakai untuk jamuan, maka tuak tersebut diganti
dengan uang. Menurut Bapak Haposan Panggabean, tuak memiliki cerita yang
dipercaya oleh masyarakat sebagai asal usul munculnya tuak di Tanah Batak, meskipun cerita tersebut tidak diketahui kebenarannya.
Informan 1:
“Dulu ada cerita begini, tapi ini cuma mitos ya. Dulu ada perempuan Boru Sitompul yang dijodohkan dengan laki-laki, tapi si
Boru Sitompul ini enggak suka dia. Nah, karena itu, dia kabur dari rumah terus nangis dan berdiam diri dia di suatu tempat dan jadi pohon
enau. Air dari pohon enau ini, itulah air nira itu, disebut dari air mata si Boru Sitompul itu tadi, makanya orang-orang banyak yang
meminumnya”.
Berdasarkan cerita tersebut, dapat diketahui bahwa tuak berasal dari air mata seorang wanita yang menangis karena tidak ingin dijodohkan dengan laki-laki
yang tidak dicintainya. Kesimpulan yang diperoleh dari pemaparan dan informasi responden
dan informan penelitian adalah bahwa konsumsi tuak merupakan tradisi masyarakat Desa Lumban Siagian Jae. Kebiasaan minum tuak sudah dilakukan
sejak peradaban kerajaan Batak dan masih menjadi kebiasaan hingga saat ini.
80
Faktor tradisi konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae menjadi salah satu faktor yang mendorong konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae.
E. Kepercayaan Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae terhadap Konsumsi