88
dipercaya dapat menyehatkan badan, maka dari itu para keluarga memilih untuk membiarkan keturunan mereka untuk mengikuti kebiasaan konsumsi
tuak.
G. Peran Petugas Kesehatan dalam Mengatasi Pola Konsumsi Tuak di Desa
Lumban Siagian Jae
Petugas kesehatan memegang peran penting dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae. Kedua informan
menyatakan bahwa petugas kesehatan tidak berperan banyak dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae.
Informan 1:
“Kita enggak berperan banyak ya, karena memang ini sudah jadi kebiasaan di masyarakat. Jadi kami cuma berperan saat
konsumsi itu mendatangkan penyakit, jadi secara individual, kalau masyarakat belum”.
Informan 2:
“Ya, enggak ada lah. Tapi kalau memang ada orang disini yang sakit, pasti dinasehati biar enggak banyak-banyak minum lagi
kan”. Pernyataan kedua informan tersebut didukung dengan data yang diperoleh dari
responden.
89
Grafik 5.14 Tanggapan Peminum Tuak Mengenai Peran Petugas Kesehatan dalam
Mengatasi Perilaku Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada responden yang merasakan peran petugas kesehatan dalam mengatasi perilaku konsumsi
tuak. Proporsi peminum tuak yang menyatakan bahwa tidak ada respon dari petugas kesehatan lebih besar 76,3 dari pada proporsi yang menyatakan
bahwa petugas kesehatan tidak berperan dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak 23,7.
Petugas kesehatan tidak berperan banyak dalam melakukan pengendalian terhadap perilaku konsumsi tuak. Petugas kesehatan tidak
melakukan penanggulangan kepada masyarakat holistik, namun lebih cenderung kepada individu, yaitu dengan memberikan konseling saat para
peminum datang untuk berobat. Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae mengonsumsi tuak karena
pekerjaan berat yang telah dilakukan pada siang hari sehingga tuak diperlukan sebagai pelepas letih. Petugas kesehatan setempat juga memaklumi perilaku
23.7 76.3
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Tidak Tidak ada respon
Per se
nt as
i
Tanggapan
90
konsumsi tuak pada masyarakat karena beban kerja yang berat. Hal tersebut dipaparkan oleh informan kedua sebagai berikut.
Informan 2:
“Ya wajar ajalah ya, kan orang ini kan sering ke sawah, kerja pula. Namanya udah capek siangnya, dari pada dengar suara
anaknya cengeng kan mending keluar dulu bentar, entah ketawa, entah nyanyi-
nyanyi”.
Penanggulangan secara khusus dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak pada masyarakat belum diadakan. Anggapan masyarakat bahwa tuak
merupakan minuman tradisional menjadi salah satu hambatan untuk melakukan penanggulangan terhadap perilaku konsumsi tuak, namun menurut
beliau, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara telah merencanakan peraturan terkait pengendalian konsumsi tuak pada masyarakat. Peraturan tersebut masih
dalam bentuk arahan, informasi dan belum dalam bentuk instruksi. Peraturan tersebut sedang dalam proses untuk menjadi kebijakan baku dan tertulis.
Informan 1:
“Jadi pemerintah sekarang, Bupati, sedang membuat kebijakan baru mengenai pembatasan waktu untuk lapo tuak, jadi lapo
tuak nanti buka hanya sampai jam 8 mala m”.
Solusi yang ditawarkan oleh informan kedua untuk mengatasi perilaku konsumsi tuak adalah dengan melakukan musyawarah desa dengan melibatkan
semua pihak di Desa Lumban Siagian Jae, misalnya sesepuh desa, petugas kesehatan dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Musyawarah tersebut
91
diharapkan dapat membantu untuk memperoleh sebuah mufakat yang dapat membantu petugas kesehatan dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak di Desa
Lumban Siagian Jae. Hal tersebut dipaparkan oleh informan kedua, yaitu sebagai berikut.
Informan 2:
“Ya memang seharusnya melibatkan semua pihak di desa ini ya. Sesepuh desa, Bidan Desa juga kan. Tapi awak juga jarang
dipanggil. Harusnya disini sering dibuat musyawarah desa, biar dibahas disitu semuanya. Walaupun sekali setahun kan, setidaknya
ada usaha pasti ada perubahan walaupun dikit. Tapi kan, sedikit demi sedikit lama-
lama jadi berubah 360 derajat kan”.
H. Keluhan Kesehatan Akibat Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa